Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...
Kapan KKN Harus Dihapus?
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...
Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
ANALEKTA

Penutupan TPST Piyungan Mengakibatkan Jalanan Penuh Sampah

Maret 20, 2024

Tumpukan sampah di Jalan Ring Road Selatan. ©Sarah/Bal

Tumpukan sampah terlihat jelas di beberapa titik Ring Road Selatan dalam beberapa bulan terakhir. Tepatnya, semenjak penutupan TPST Piyungan pada 23 Juli 2023 lalu. Tumpukan sampah ini sering ditemui berupa kumpulan buntalan plastik yang sengaja dibuang di pinggir jalan. Sampah-sampah ini rentan terlindas pengendara yang melintas di sepanjang Ring Road Selatan. Keselamatan pengguna jalan menjadi rawan bahaya.

Tumpukan sampah yang masuk ke ruas jalan cukup mengganggu pengendara. ©Sarah/Bal

Berbagai macam tanda peringatan hingga ancaman tipiring bagi oknum pembuangan sampah liar pun banyak ditemui di jalanan Jogja. Namun, usaha tersebut tak kunjung membuat masyarakat jera. Tumpukan sampah liar masih tampak di mana-mana. Fenomena tersebut dapat dilihat pula di Simpang Empat Tamansari. Banyak masyarakat membuang sampah sembarangan di area ini, yang ironisnya hanya terpaut 30 meter dari TPS Tamansari. 

Keberadaan tumpukan sampah liar bukan merupakan persoalan kesadaran individu semata. Jam operasional TPS yang tidak jelas juga memberi dampak. Ketidakjelasan tersebut tampak dari sangat terbatasnya jam operasional TPS. Padahal, pemerintah mengatakan telah menambah jam operasional. Sosialisasi pembatasan jam operasional TPS tersebut juga sangat kurang. Bahkan, ada beberapa depo yang bertuliskan “LIBUR” atau tertutup oleh terpal. Timbunan sampah di Simpang Empat Tamansari menjadi salah satu lokasi yang terdampak ketidakjelasan tersebut. 

Sampah liar di area Simpang Empat Taman Sari. ©Sarah/Bal

TPS Taman Sari bertuliskan “LIBUR”. ©Sarah/Bal

Selain terbatas, jam operasional TPS juga tidak konsisten. Yanto, pemulung yang memilah sampah di TPS Keparakan, menyampaikan perihal jam operasional TPS yang tidak pasti. “Kalau hari apa bukanya tiap TPS itu beda-beda, Mbak. Kalau di sini tadi buka, tapi hanya sampai jam tiga sore,” ucap Yanto pada Jumat (27-10). 

Yanto seorang pemulung saat diwawancarai. ©Sarah/Bal

Kondisi di TPS Keparakan. ©Sarah/Bal

Di TPS Keparakan sendiri terlihat beberapa sampah yang sudah dipilah menjalar ke ruas pejalan kaki. Penumpukan sampah di pinggiran jalan Brigjen Katamso ini merupakan sampah anorganik berupa botol yang memang sudah dipilah oleh pemulung sekitar. Yanto menuturkan bahwa sampah yang sudah dipilah akan dibawa ke TPS khusus daur ulang, seperti TPS3R Nitikan. “Kalau yang udah dipilah ini kemudian nanti dijual ke bank sampah, kalau sampah residu nanti diolah lagi jadi biopori atau pupuk kompos,” jelas Yanto saat tengah beristirahat.

TPS3R di Nitikan. ©Sarah/Bal

Berdasarkan wawancara dengan Sri Martini Wakil Ketua II Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta pada Rabu (04-10-2023), TPS3R Nitikan nantinya akan dialihfungsikan sebagai Bank Sampah Sentral di Yogyakarta. Menurut Sri, hal ini dilakukan untuk bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mendaur ulang sampahnya sendiri. Selain itu, dengan penutupan total TPA Piyungan, masyarakat Yogyakarta wajib mengurusi sampahnya sendiri. 

Penulis: Fatimah Azzahrah
Penyunting: Fanni Calista
Fotografer: Fatimah Azzahrah

5
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

Ekspresi Ruang dan Waktu di ARTJOG 2024

Nyaman Kita adalah Luka Mereka

Gunungan Hasil Bumi dan 17 Tahun Perjuangan Warga...

Bangunan Sebagian Kawasan Kerohanian

Hasil Bumi Wadas dan Memorabilia Represi Ganas

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau

    Juni 12, 2025
  • Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang

    Juni 4, 2025
  • Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran HAM

    Juni 3, 2025
  • Mitos Terorisme Lingkungan

    Mei 25, 2025
  • Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan Mahasiswa

    Mei 24, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM