Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...
Kapan KKN Harus Dihapus?
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...
Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
ALMAMATER

Memahami Tan Malaka

Oktober 20, 2010

Diskusi mengenai peran gerakan kiri dalam revolusi Indonesia pernah ditutup rapat oleh rezim Orde Baru. Lebih dari 30 tahun, wacana mengenai gerakan kiri dibungkam. Kiri diberi stigma sebagai gerakan yang anti agama dan tak bermoral.Dua belas tahun setelah kejatuhan rezim yang ditandai dengan peristiwa reformasi, stigma itu masih memperlihatkan sisa-sisanya. Setidaknya itu bisa dilihat dari beragam diskusi mengenai gerakan kiri yang banyak menggunakan analisis kanan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Eric Hiariej ketika menjadi pembicara bersama Nanang Indra Kurniawan dan Harry Poeze dalam diskusi dan peluncuran buku “Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia Jilid 3” karya Harry Poeze, di Ruang Seminar Pasca Sarjana Fisipol UGM (20/10). Menurutnya, pendekatan kanan tersebut membuat kita gagal mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai gerakan kiri dan dinamikanya dalam revolusi di republik ini. “Termasuk ketika melihat Tan Malaka, kita bingung menempatkan dia sebagai seorang kiri, nasionalis, atau populis?” tanya Eric.

Senada dengan Eric, Nanang menjelaskan bahwa untuk memahami Tan Malaka, mula-mula kita harus meninggalkan segala bentuk romantisisme sejarah. Sejarah revolusi republik ini tidak hanya berkaitan dengan kehereoikan dan gegap gempita para pejuang. Revolusi juga mengisahkan tentang sosok Tan Malaka yang kesepian dalam pelarian dari satu negara ke negara lain. Dengan berganti-ganti nama dan rupa, Tan Malaka gigih memperjuangkan kemerdekaan republik ini. “Tidak dapat dipungkiri, pelarian Tan yang lintas negara itu membuat ia mampu membayangkan imajinasi geografis mengenai Indonesia,” ujar dosen Jurusan Politik dan Pemerintahan UGM tersebut.

Sementara itu Harry Poeze, penulis buku ini, menjelaskan bahwa sosok Tan Malaka adalah sosok yang kontroversial namun dirindukan. Sosok yang selama ini dilupakan dalam ingatan kolektif masyarakat Indonesia. Karena itu, era kebebasan yang muncul pascareformasi harus digunakan betul untuk menempatkan nama dan peran Tan Malaka dalam posisi yang pantas dalam sejarah republik ini.

“Namun kita harus hati-hati,” Eric mengingatkan. Menurutnya, kita tidak boleh terjebak memahami Tan hanya sebatas sebagai simbol. “Jangan sampai diskusi yang masif mengenai Tan hanya memiliki tujuan bagi keuntungan ekonomi semata,” ujar Eric. [Wisnu]

diskusigerakan kirirevolusisejarahtan malaka
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Kicau Riuh Kampus Hijau UGM

SSPU Tetap Jalan, Aksi Tolak Uang Pangkal Hasilkan...

Habis SSPI, Terbitlah SSPU dalam Dialog Panas Mahasiswa...

Bebani Mahasiswa dengan Biaya Mahal, UGM Bersembunyi di...

Penerapan Uang Pangkal, Neoliberalisasi Berkedok Solusi

Pedagang Kaki Lima Stasiun Wates Digusur Tanpa Dasar...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau

    Juni 12, 2025
  • Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang

    Juni 4, 2025
  • Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran HAM

    Juni 3, 2025
  • Mitos Terorisme Lingkungan

    Mei 25, 2025
  • Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan Mahasiswa

    Mei 24, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM