Balairungpress
  • REDAKSI
    • APRESIASI
    • BERITA JOGJA
    • KILAS
    • LAPORAN UTAMA
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • KAJIAN
    • WAWASAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • Rektra 2022
  • EnglishEnglish
  • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
Pos Teratas
Surat Pengadilan
Pintu Ajaib “Pemecah Masalah Mahasiswa” Itu Bernama Crisis...
Tetapkan Uang Pangkal, UGM Bukan Lagi Kampus Kerakyatan
Penerbitan Perppu Ciptaker Masih Penuh Polemik dan Merugikan...
Memburu Keadilan, Melawan Ketidakadilan Aparat atas Kasus Salah...
Bualan Reformasi Polri Tanpa Lembaga Pengawas Eksternal
Bayang-Bayang Masalah Struktural dalam Penanganan Kesehatan Mental
Antarkata Antar Pikiran
SSPI Cacat Formil, Mahasiswa Berencana Ajukan Gugatan ke...
Wadas dalam Genggaman Kuasa Media

Balairungpress

  • REDAKSI
    • APRESIASI
    • BERITA JOGJA
    • KILAS
    • LAPORAN UTAMA
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • KAJIAN
    • WAWASAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • Rektra 2022
  • EnglishEnglish
  • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
BERITA JOGJA

Memahami Tan Malaka

Oktober 20, 2010

Diskusi mengenai peran gerakan kiri dalam revolusi Indonesia pernah ditutup rapat oleh rezim Orde Baru. Lebih dari 30 tahun, wacana mengenai gerakan kiri dibungkam. Kiri diberi stigma sebagai gerakan yang anti agama dan tak bermoral.Dua belas tahun setelah kejatuhan rezim yang ditandai dengan peristiwa reformasi, stigma itu masih memperlihatkan sisa-sisanya. Setidaknya itu bisa dilihat dari beragam diskusi mengenai gerakan kiri yang banyak menggunakan analisis kanan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Eric Hiariej ketika menjadi pembicara bersama Nanang Indra Kurniawan dan Harry Poeze dalam diskusi dan peluncuran buku “Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia Jilid 3” karya Harry Poeze, di Ruang Seminar Pasca Sarjana Fisipol UGM (20/10). Menurutnya, pendekatan kanan tersebut membuat kita gagal mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai gerakan kiri dan dinamikanya dalam revolusi di republik ini. “Termasuk ketika melihat Tan Malaka, kita bingung menempatkan dia sebagai seorang kiri, nasionalis, atau populis?” tanya Eric.

Senada dengan Eric, Nanang menjelaskan bahwa untuk memahami Tan Malaka, mula-mula kita harus meninggalkan segala bentuk romantisisme sejarah. Sejarah revolusi republik ini tidak hanya berkaitan dengan kehereoikan dan gegap gempita para pejuang. Revolusi juga mengisahkan tentang sosok Tan Malaka yang kesepian dalam pelarian dari satu negara ke negara lain. Dengan berganti-ganti nama dan rupa, Tan Malaka gigih memperjuangkan kemerdekaan republik ini. “Tidak dapat dipungkiri, pelarian Tan yang lintas negara itu membuat ia mampu membayangkan imajinasi geografis mengenai Indonesia,” ujar dosen Jurusan Politik dan Pemerintahan UGM tersebut.

Sementara itu Harry Poeze, penulis buku ini, menjelaskan bahwa sosok Tan Malaka adalah sosok yang kontroversial namun dirindukan. Sosok yang selama ini dilupakan dalam ingatan kolektif masyarakat Indonesia. Karena itu, era kebebasan yang muncul pascareformasi harus digunakan betul untuk menempatkan nama dan peran Tan Malaka dalam posisi yang pantas dalam sejarah republik ini.

“Namun kita harus hati-hati,” Eric mengingatkan. Menurutnya, kita tidak boleh terjebak memahami Tan hanya sebatas sebagai simbol. “Jangan sampai diskusi yang masif mengenai Tan hanya memiliki tujuan bagi keuntungan ekonomi semata,” ujar Eric. [Wisnu]

diskusigerakan kirirevolusisejarahtan malaka
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Pedagang Kaki Lima Stasiun Wates Digusur Tanpa Dasar...

Aliansi Solidaritas untuk Wadas Kecam Represifitas Aparat dan...

Aliansi Rakyat Bergerak Tuntut Pemerintah Cabut Pergub DIY...

Aksi Selamatkan Warga Yogya Tuntut Pemerintah Cabut UU...

Peringati Satu Tahun Omnibus Law, Massa Aksi Serukan...

Lewat Mata dan Telinga, Bersama Jaga KPK

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Surat Pengadilan

    Februari 1, 2023
  • Pintu Ajaib “Pemecah Masalah Mahasiswa” Itu Bernama Crisis Center

    Januari 24, 2023
  • Tetapkan Uang Pangkal, UGM Bukan Lagi Kampus Kerakyatan

    Januari 20, 2023
  • Penerbitan Perppu Ciptaker Masih Penuh Polemik dan Merugikan Buruh

    Januari 16, 2023
  • Memburu Keadilan, Melawan Ketidakadilan Aparat atas Kasus Salah Tangkap Klitih Gedongkuning

    Januari 14, 2023

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Spesies Invasif

Polisi Virtual

Fasilitas Mahasiswa Penyandang Disabilitas di UGM Belum Maksimal

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • MASTHEAD
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM