GENIUS
di kota ini
aku sering mencari
sebuah kafe
yang menjual kesepian
telingaku
tidak bisa akrab
dengan suara binatang
buatan manusia.
di kota ini
untuk memiliki teman
aku harus menguasai
bahasa gamers
manusia makin pintar
membuat jarak
dengan tanah
dan aku semakin sulit
menemukan manusia
yang bisa diajak ngobrol
mulut mereka
sudah tidak biasa
membicarakan hidup
yang bergantung
pada tanah
kepala mereka
dipenuhi jakarta dan surabaya.
di kota ini
aku sering mencari
sebuah kafe
yang menjual kesepian
kesepian yang sering
berkunjung
ke perpustakaan
atau kesepian
yang biasa kau lihat
di lapak toko buku pinggir jalan
dan kau tidak pernah sekalipun
berhenti di depannya
dan di waktu bersamaan
kau berharap
anak-anak di rumah
tumbuh sehat dengan kecerdasan
di luar kepala.
2020
DI HADAPAN MASA DEPAN
di hadapan masa depan
aku tidak tahu
kelak apakah tanganmu
yang akan menggantikan tangan ibuku
untuk merawat tubuhku.
aku
sudah selesai
menjadi anak kecil
menjadi dewasa
hanyalah
kesempatan sempurnakan
beribu-ribu macam kelemahan.
di hadapan masa depan
aku berdoa
semoga kelak tanganmu
menjadi tangan paling rajin
mencari letak
kelemahan
di sekujur tubuhku
dan kita adalah surga yang menolak
sembunyi di bawah telapak kaki ibu.
2020
PULANG
sejak
pulang kampung
aku kembali memiliki
kesempatan
berguru kepada orang-orang
yang ketika berbicara
neraka begitu mudah keluar dari mulutnya.
sebelum
berguru kembali
kepada mereka
kerap kali kubilang
“aku sudah tidak memiliki
agama yang berurusan dengan neraka.”
nyaris
setiap menit
aku sering menyalakan api
beberapa senti dari bibirku.
gaya hidupku
memang membakar.
itu terjadi
sudah sejak umurku
baru delapan tahun: membakar tembakau.
para pakar
kesehatan bilang bahwa
membakar tembakau yang dihisap
asapnya tidak baik bagi kesehatan.
aku bilang
kepada mereka
kalau aku berhenti
membakar tembakau
sambil menghisapnya
negaraku akan menghilang.
dan
guruku
sudah dari dulu
berhasil membuatku
jatuh cinta kepada negara.
dan
di waktu
bersamaan
aku tidak tahu
caranya menghentikan
cintaku yang berlebihan
terhadap negara dengan cara
membakar tembakau sambil menghisap
asapnya dalam-dalam.
aku
sudah rela
memiliki umur pendek
asal negaraku memiliki umur panjang.
2020
Sengat Ibrahim,
Pemilik buku Bertuhan pada Bahasa, (Basabasi, 2018) & Asmaragama, (LiterIsi, 2018) Bisa disapa melalui akun Twitter & Instragram: @dialogbolong. Karya-karyanya pernah dimuat di koran; Media Indonesia, Republika, Koran Tempo, Pikiran Rakyat, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Suara NTB, Minggu Pagi, Merapi, Solo Pos, Radar Surabaya, Banjarmasin Post, Harian Rakyat Sultra, Lombok Post, Medan Ekspres, Harian Sumbar, Majalah Simalaba, dan Malangvoice, Litera.Co, LiniFiksi.Com, PoCer.co, Ideide.id, Basabasi.com.
2 komentar
Bang, seneng banget deh baca puisinya. Tapi gimana ya bang cara buat kita PD ngebuat puisi. Karena kalau aku sendiri jujur masih selalu kurang puas. Kalau udah liat puisi orang lain. Entah itu kenapa.
Mantap…