Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Pos Teratas
Katakan Saja Kebijakan Agraria, Bukan Reforma Agraria
DPRD Kota Yogyakarta Menjamin PKL Malioboro Terlibat dalam...
Keblinger Kapitalisme Hijau
Memoar Memori Musik Populer Indonesia
Hidup Mati setelah Relokasi
Audiensi Tak Memberikan Solusi bagi PKL Malioboro
Pekerja Fisipol UGM Resmi Membentuk Serikat
Perangai Egois di Balik Aksi Heroik
Riset Hak Pekerja Fisipol Temukan Upah Tak Layak
Kemandekan Demokrasi dalam Masa Transisi

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KONTRIBUSISASTRA

Puisi-puisi Faris Al Faisal

September 4, 2019

©Linus/Bal

 

Kerajaan Mimpi

 

Istana kaca air mengalir di bawah alam sadar

Memahkotai kepalaku dan kepalamu

Memerintah sebuah negeri kebahagiaan

Pada lanskap itu

 

Di sana kita membangun menara pandang

Setinggi langit

Meneroka pagi dan burung-burung

Memetik tangkai senja dari pohonnya

Menyalakan rembulan

Meneguk bintang-bintang

 

Dan gelas-gelas kristal

Berdenting ramai seperti riuh rindu

Masuk ke dalam daging anggur

Dan apel merah

 

Matahari yang tergenang di kolam kaca

Biarkanlah, ia santapan terlezat

Ikan-ikan yang berenang

Aku hanya meminta satu saja

Jangan kau mangsa mimpiku

 

Indramayu, 2018

 

 

 

Panen Puisi  

 

Kita akan berjalan membaca rumpun padi

Merunduk di hamparan kata-kata

Biji-biji puisi bunting

Padat seperti betis gadis

 

Dari sudut sunyi kita memetik

Momen-momen puitik

Butir-butir imaji melimpah

Jerami diksi dimakan sapi

 

Puisi-puisi menguning. Ini musim

Panen puisi

Petani adalah penyair. Memanen puisi

Berhimpun dalam sebuah antologi

 

Indramayu, 2018

 

 

 

Ada Salju

 

Tiba-tiba di sini ada salju

Turun membeku di antara percakapan

 

Si sulung matahari mengunci diri di kamar

Memotong kuku yang mencakar panas

Adiknya si rembulan sibuk berhias

Di depan cermin tersenyum-senyum

Kita berdua bermain bola salju

 

Aku tahu di bawah pokok batang

—liang hibenasi—ada keluarga tupai

Kelinci ataupun rakun mapache

Tentu mereka sedang memeluk musim dingin

 

Pohon, bangku taman, jalanan beraspal

Atap-atap rumah adalah padang rumput putih

Bahkan juga rambut-rambut di kepala

 

Indramayu, 2018

 

 

 

Manik-manik Hujan

 

Aku telah lama menanti hujan turun

Pagi ini kau membangunkanku

Bunyi guntur mengepung telinga

Hujan turun di matamu

 

Tapi kau menjadi bayang-bayang

Hanya bayang-bayang

 

Sebuah kenangan mengalir

Menggenang di kebun melon kamarku

Kususun dalam sebuah kesatuan

Menjadi manik-manik hujan

 

Hari pun kuyup terajut mata basah

Begitu banyak hujan

Aku jadi membencinya

 

Bagaimana menghentikan curahnya?

 

Aku kemudian belajar mencintai hujan

Menyayangi gerimis

Dan mulai merindukan bunyinya

 

Dingin, segelas embun, selimut tebal. Memberi kenyamanan

Betapa aku bahagia tanpa duka dan jeritan

 

Indramayu, 2018

 

 

 

Bus Kota

 

Aku duduk di jok belakang

Seperti memutar kenangan di bus kota ini

Warna kelabu joknya pernah kita rusak

Demi menuliskan nama: aku dan kau

Dalam lingkar berbentuk hati

Kita berdua tertawa tak kenal dosa

 

Jalanan memberi ingatan

Pada cita-cita lama

Plang-plang keinginan

Sebelum berhenti di lampu merah

Tak pernah berganti warna

 

“Ke mana Pak?” tanya kondektur.

“Ke jalan muda,” ucapku penuh harap

“Maaf, sudah terlewat jauh, bus tak bisa

Balik arah” jawabnya menyedihkan.

 

Aih, waktu telah merampas masa muda itu

Aku tercenung melihat di depan sana

Tertulis nama bandara

 

Haruskah aku tebang? Ke mana?

Barangkali kenangan itu yang harus diberangkatkan

Pergi menjauhiku

 

Indramayu, 2018

 

 

Faris Al Faisal

Lahir dan tinggal Indramayu, Jawa Barat, Indonesia. Bergiat di Dewan Kesenian Indramayu (DKI) dan Forum Masyarakat Sastra Indramayu (FORMASI). Menulis fiksi dan non fiksi. Karya fiksinya adalah novella Bunga Narsis Mazaya Publishing House (2017), Antologi Puisi Bunga Kata Karyapedia Publisher (2017), Kumpulan Cerpen Bunga Rampai Senja di Taman Tjimanoek Karyapedia Publisher (2017), Novelet Bingkai Perjalanan LovRinz Publishing (2018), dan Antologi Puisi Dari Lubuk Cimanuk Ke Muara Kerinduan Ke Laut Impian Rumah Pustaka (2018). Sedangkan karya non fiksinya yaitu Mengenal Rancang Bangun Rumah Adat di Indonesia Penerbit Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017).

faris al faisalkerajaan mimpikontribusipuisi
2
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Kota Kata

Cita-Cita Karima

Surat Pengadilan

Repih dan Puisi-Puisi Lainnya

Pigura Hidup dan Puisi-Puisi Lainnya

Soal Bertemu Tuhan dan Puisi-Puisi Lainnya

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Katakan Saja Kebijakan Agraria, Bukan Reforma Agraria

    September 24, 2023
  • DPRD Kota Yogyakarta Menjamin PKL Malioboro Terlibat dalam Validasi Data

    September 22, 2023
  • Keblinger Kapitalisme Hijau

    September 19, 2023
  • Memoar Memori Musik Populer Indonesia

    September 17, 2023
  • Hidup Mati setelah Relokasi

    September 13, 2023

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Spesies Invasif

Polisi Virtual

Fasilitas Mahasiswa Penyandang Disabilitas di UGM Belum Maksimal

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM