Nada lembut teruntai melalui gesekan violin. Lambat laun suara violin menghasilkan irama musik yang teratur. Tiupan trombon, horn dan trompet ikut melebur menciptakan harmoni klasik. Sepintas permainan musik tersebut menghadirkan musik khas orkestra. Namun begitu suara gitar listrik dan drum mengalun, seketika alunan musik rock mengguncang para pendengarnya. Teriakan penonton pun mengiringi tempo cepat dan nada keras musik rock tersebut. Kumpulan lagu karya komposer Hans Zimmer dalam film serial Pirates of Caribbean mengalun dalam perpaduan musik rock dan orkestra. Alunan musik tersebut menghadirkan ketegangan pertarungan bajak laut khas film yang diperankan aktor Johnny Deep tersebut.
Perpaduan musik orkestra dengan musik rock menjadi konsep yang diusung konser musik Classical Rock Sympony Orchestra (CRSO) pada kamis malam (14/04). Januhari Nugroho, selaku konduktor tim Orkestra menambahkan bahwa konser ini membawakan ulang berbagai lagu rock luar negeri. Konser ini sendiri diadakan oleh kumpulan komunitas rock dan metal yang bekerjasama dengan tim Orkestra Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Konser yang diadakan di auditorium Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta ini mengusung tema Time Capsule of Rock. “Tema ini diangkat karena kami ingin memperlihatkan musik rock mulai era 70-an hingga rock modern,” ujar Misya Hertanto, selaku ketua panitia acara.
Dengan mengangkat musik rock dari berbagai generasi, beragam jenis aliran musik rock ditampilkan dalam konser ini. Ditambah dengan paduan musik orkestra, membuat setiap penampilannya menyajikan kolaborasi musik yang berbeda. Melalui lagu pembuka A Little Piece of Heaven dari Avenged Sevenfold, penonton berteriak histeris terbius musik metal yang keras. Tempo cepat, nada tinggi hingga suara melengking khas penyanyi metal membuat penonton ikut larut dalam hentakan musik metal. Khusus pada bagian intro lagu, penonton dibuat terkesima oleh permainan violin dan piano yang menciptakan harmoni orkestra. Permainan irama yang dilakukan oleh konduktor dalam lagu ini memacu adrenalin para penonton.
Penonton juga dibawa bernostagia menikmati musik rock klasik. Melalui lagu Show Must Go On dari Queen dan lagu Stairway to Heaven dari Led Zeppelin, penonton disuguhkan dengan lagu rock tahun 70-an. Tempo pelan berpadu dengan nada tinggi petikan gitar memberikan sentuhan khas dalam penampilan tersebut. Suara piano yang mendominasi musik orkestra menghadirkan perpaduan rock klasik dan musik orkestra. Musik tersebut mengayun dengan tenang, namun tetap menciptakan harmoni klasik.
Yang tidak kalah menarik, kehadiran aliran japanese rock semakin menambah keberagaman musik rock yang ditampilkan. Demi menghibur penikmat rock jepang, CRSO melantunkan dua buah lagu dari Babymetal yaitu lagu Ijime, Damme, Zettai dan lagu Megitsune. Babymetal sendiri dikenal dengan perpaduan aliran pop pada vokal dan rock pada musiknya. Koreografi tari yang dibawakan setiap lagunya juga menjadi ciri khas group idola tersebut. CRSO sendiri membawakan lagu ini dengan nada tinggi dan menonjolkan musik rocknya. Suara violin dan piano mengiringi musik rock dengan tempo cepat. Gerakan penari latar mengikuti irama lagu semakin memperlihatan Babymetal a la CRSO. Perpaduan musik japanese rock yang khas, musik orkestra yang halus, serta koreografi tari yang manis meningkatkan gairah semangat para penonton.
Aksi solo gitar juga bisa menghadirkan permainan musik rock yang berirama. Galih Permana Saputra, gitaris asal Sasvrita menyulap permainan gitarnya menjadi paduan nada yang harmonis melalui lagu The Lost Orchestra. Kecepatan jari-jarinya memetik senar gitar mengundang decak kagum para penonton yang hadir. Perpaduan dengan musik orkestra membuat Galih semakin menjadi bintang malam itu. Permainan solo gitar Galih menjadi bentuk hiburan lain dalam menciptakan daya magis musik rock.
Konser ini sendiri berhasil menyuguhkan musik Rock dari berbagai generasi berpadu dengan musik orkestra. Tidak hanya mengalunkan musik rock yang gagah, CRSO juga berhasil memadukannya dengan kemegahan musik orkestra. Hal ini mendapat apresiasi dari Rian Arwanda, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta. “Acaranya menarik karena jarang sekali ada konser musik rock berbalut orckestra,” tambah Rian. Namun Denada Nadia Indrida, salah satu penonton yang hadir melihat masih ada kekurangan dalam acara ini. “Suara musik rock terlalu keras, sehingga musik orkestranya kurang terdengar,” jelas Denada.[Farhan Isnaen]