Sejarah memang milik orang-orang yang menang dalam berbagai pertarungan kepentingan. Oleh karena itu, sejarah selalu mengalami rekonstruksi, tergantung kepada pihak yang memangku kuasa. Pancasila pun begitu. Di bawah bendera Orde Baru, Pancasila kerap ditanamkan untuk mengibarkan panji-panji penindasan atas masyarakat. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila adalah salah satu jalan untuk mengaburkannya.
Berbekal keprihatinan itu, Yusuf Bilyarta Mangunwijaya yang akrab disapa Romo Mangun, menegaskan bahwa masyarakat tak bisa menandai suatu bentuk pemerintahan dari slogan yang mereka gencarkan. Dalam wawancara yang dimuat di Majalah BALAIRUNG No. 29/TH. XIV/1998, arsitek sekaligus imam Gereja Katolik Roma itu juga mengkritik kalangan komunis di Indonesia yang mengaku Kiri, tetapi sepak terjangnya kerap Kanan. Berikut wawancara selengkapnya.
Bagaimana Anda melihat Pancasila yang diideologikan?
Pancasila itu bukan ideologi. Pancasila adalah platform bersama; lapangan sepak bola bersama; tempat orang punya aturan yang sama. Pancasila itu aturan. Kalau di kampus mungkin disebut pegangan kerja. Semua negara begitu. Amerika juga punya. Negara dengan ideologi berbeda punya aturan yang sama. Saya pernah bilang kepada Dita Indah Sari (Sekretaris Jenderal Pusat Perjuangan Buruh Indonesia saat itu), “Kenapa tidak suka Pancasila?” Karena mereka, katanya, sosial demokrat. Lho, Pancasila itu sosial demokrasi. Baca saja keadilan sosial, kerakyatan, kemanusiaan. Itu Kiri.
Artinya, ideologi Kiri bisa diberi ruang?
Bisa saja. Pancasila itu Kiri. Keliru kalau Pancasila itu tidak Kiri. Pancasila itu diciptakan orang-orang Kiri. Soekarno itu Kiri, Hatta Kiri. Para perintis Kemerdekaan itu Kiri, yang Islam Kiri, yang Kristen Kiri. Kalau Orde Baru itu Kanan.
Sebenarnya, batasan Kiri dan Kanan itu seperti apa?
Kiri itu orang, golongan, atau kelompok yang memperjuangkan orang tertindas dari rezim kapital, sistem imperialisme, dan sistem eksploitasi. Ia melawan ketidakadilan dan feodalisme. Itu Kiri. Pancasila juga tak pernah Kanan. Baru tahun 1965 itu, Pancasila disebut Kanan. Kiri itu internasional. Kiri-Kanan itu suatu kesepakatan bersama dari komunitas internasional. Kaum Kanan itu selalu merujuk kepada kaum kapitalis kaya raya, feodal, fasis, dan militeristik.
Mengapa selama ini Kiri tampaknya kalah pengaruh?
Siapa bilang kalah? Itu kan omongannya P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Di Eropa, saat Hatta sekolah di sana, orang Belanda, Inggris, dan Prancis itu banyak orang miskinnya; lebih dari orang Jawa. Berkat gerakan Kiri, kaum sosialis Eropa Barat makmur, ada keadilan sosial.
Bukan karena kapitalisme di sana yang agak manusiawi dengan welfare state-nya?
Itu karena dipaksa, bukan karena sadar sendiri. Di Amerika, sosialisme tidak berkembang dan kemiskinannya jauh lebih ngeri dari Eropa Barat. Jutaan orang tidak punya rumah, tidur di stasiun. Di Eropa tidak ada karena pernah mengalami fase sosialis, apalagi di Skandinavia. Kenapa? Karena dulu memakai gerakan buruh. Sosialisme itu yang membuat keseimbangan.
Bukankah Eropa saat ini Kanan?
Ya, Kiri di sana itu. Kiri terhadap bangsanya sendiri. Kalau terhadap orang Asia dan Afrika, mereka itu Kanan.
Di sini, Kiri sering diidentikkan dengan komunis?
Komunis itu Kanan. Kelirunya orang kita kan di situ. Komunis itu musuhnya orang Kiri. Partai Komunis Indonesia (PKI) tidak kenal demokrasi. Semua harus patuh kepada Moskow dan Beijing. Penyelewengan kaum komunis itu seperti Orde Baru yang menyelewengkan Pancasila. Menyatakan Pancasila, tetapi perbuatannya anti-Pancasila. Kaum komunis menyatakan Marxis, tetapi perbuatannya anti-Marxis.
Orde Baru sering berkampanye tentang bahaya ekstrem Kiri sambil menunjuk PKI…
Orde Baru itu kan antikomunis, tetapi gerakannya sendiri seperti komunis juga; antara yang diomongkan dan kenyataan berbeda. Tiongkok dan Rusia itu klaimnya demokrat, bahkan republik demokratik. Jangan dilihat omongannya, tetapi lihat sesuatu yang mereka lakukan.
Kiri itu sebenarnya diinspirasi oleh siapa?
Antara lain oleh Karl Marx. Agama juga. Agama itu mestinya selalu Kiri.
Sejauh mana Peran Marx dalam gerakan Kiri?
Besar sekali. Anda tidak bisa memahami masyarakat dengan orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin tanpa Marx. Para perintis Kemerdekaan kita sadar terhadap eksploitasi dan kolonialisme setelah mempelajari ajaran Karl Marx.
Mengapa ideologi Kiri sering digunakan untuk melawan penindasan?
Karena Kiri itu melawan penindasan lalu tidak disukai oleh orang-orang yang menindas, diktator, dan feodal. Pasti, karena kaum kiri melawan mereka.
Apakah Kiri itu inheren dengan demokrasi?
Kiri itu prinsipiel demokratik. Anda harus tahu bahwa Karl Marx itu mendasarkan diri kepada Hegel, tesis-antitesis-sintesis. Kalau tidak demokratik, tidak akan ada tesis, antitesis, dan sintesis. Macet. Macet dalam tesis. Demokrasi itu justru ada yang punya tesis, setuju; ada yang antitesis, tidak setuju; lalu dari itu ada sintesis baru. Demokrasi seperti itu.
Adakah di Indonesia saat ini kelompok yang diidentifikasikan sebagai Kiri?
Partai Rakyat Demokratik. Mereka memperjuangkan referendum di Timor Timur, itu Kiri. Membuka diri terhadap wacana negara federal, itu Kiri. Megawati saja mestinya Kiri, tetapi saya heran Marhaenisme kok tidak disebut. Megawati tanpa Marhaenisme itu apa? Dulu Partai Sosialis Indonesia itu Kiri, Murba itu juga Kiri. Kalau Partai Nasional Indonesia itu priyayi, Sukarno yang Marhaenis.
Kapan masyarakat bisa memahami wacana ini?
Tergantung generasi muda. Jangan tanya yang tua.
Bagaimana membangun gerakan Kiri?
Tidak sulit. Jadilah orang Kiri. [Hery Trianto dan Asep Mulyana]
Artikel ini ditulis ulang dengan penyuntingan oleh Albertus Arioseto.