Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • APRESIASI
    • LAPORAN UTAMA
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • KAJIAN
    • WAWASAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Pos Teratas
Rancangan Belum Matang, Rektorat Klaim Sistem UKT Baru...
Sekat Gender dalam Perburuhan Sawit di Kalimantan
Cita-Cita Karima
SSPU Tetap Jalan, Aksi Tolak Uang Pangkal Hasilkan...
Habis SSPI, Terbitlah SSPU dalam Dialog Panas Mahasiswa...
Peringati Hari Perempuan Internasional, Massa Aksi Kecam Diskriminasi...
Aksi IWD Yogyakarta Suarakan Perjuangan Melawan Patriarki
Demotivasi: Alat Menyingkap Motivasi yang Manipulatif
Dampak Neoliberalisasi, Mahasiswa Tak Lagi Berfokus pada Gerakan...
Gabung Komunitas Lomba, Mahasiswa Departemen Teknik Mesin Diancam...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • APRESIASI
    • LAPORAN UTAMA
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • KAJIAN
    • WAWASAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KILAS

Aksi IWD Yogyakarta Suarakan Perjuangan Melawan Patriarki

Maret 11, 2023

©Damar/Bal

“Ternyata, perjuangannya memang belum selesai. Ada banyak misi, ada banyak ketidakadilan yang masih harus diperjuangkan (untuk dilawan),” ungkap Regina, salah seorang partisipan dalam aksi Hari Perempuan Internasional, yang diselenggarakan pada Rabu (08-03). Aksi yang diinisiasi oleh International Women’s Day (IWD) Yogyakarta 2023 ini melibatkan sejumlah komunitas, diantaranya Srikandi UII, Srikandi UGM, Girl Up UGM, Serikat Pembebasan Perempuan (Siempre), Pusat Perjuangan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (Pembebasan), Asrama Kamasan, serta komunitas LGBTQ+. Firda Ainun selaku Komite IWD 2023 menganggap bahwa aksi ini perlu dimaknai sebagai refleksi dan momentum perjuangan bersama agar gerakannya tidak tersegmentasi pada kelompok tertentu saja. 

Pada tahun ini, IWD mengangkat 14 tuntutan yang tercatat dalam Manifesto Hari Perempuan Internasional 2023. Tuntutan tersebut diantaranya menolak Rancangan Peraturan Daerah yang dinilai dapat mempersekusi hak-hak LGBTQ+; mendesak adanya peningkatan kesejahteraan dan ruang aman bagi buruh perempuan, legalisasi praktek aborsi yang aman, revisi UU TPKS, serta pembentukan kurikulum pendidikan gender. Selain itu, massa aksi juga mendesak pemerintah untuk menghadirkan ruang aman di instansi pendidikan dan keagamaan serta keadilan bagi perempuan untuk berpartisipasi di dalam jabatan publik.

Pukul 12.05 WIB, sambil menyanyikan lagu-lagu perjuangan, massa aksi memulai longmars dari Kampung Ketandan menuju Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Sesampainya di Titik Nol, panggung orasi digelar dengan menyuarakan sejumlah tuntutan. Menurut Firda, aksi kali ini dianggap sebagai aksi yang relatif lebih banyak menghimpun partisipan. “Sebetulnya aksi tahun ini adalah aksi yang paling ramai karena aksi IWD tahun kemarin, di Tugu, sepi banget. Kalau tidak salah, hanya dihadiri 30 orang,” terangnya.

Radi, Koordinator Lapangan yang tergabung dalam Girl Up UGM, menjelaskan bahwa aksi ini merupakan bentuk perlawanan terhadap patriarki. Ia juga menegaskan bahwa tuntutan yang diangkat telah bersesuaian dengan apa yang dialami perempuan saat ini. “Ini tuntutan kolektif, kami juga mendengar opini dan pengalaman orang-orang serta merefleksikan kondisi di seluruh Indonesia,” ujar Radi.

Sejalan dengan Radi, Bambang Muryanto, salah seorang peserta aksi, juga mengakui bahwa tuntutan yang disuarakan dalam aksi ini relevan dengan perjuangan kaum perempuan. Bambang juga berpendapat bahwa dilibatkannya isu masyarakat adat dalam aksi ini sangat menarik. “Disuarakannya isu masyarakat adat dalam tuntutan aksi sangat menarik. Mereka mengalami penindasan dari relasi patriarkis dan tekanan dari pemerintah,” tegas Bambang. 

Setelah menyuarakan sejumlah tuntutan dalam orasi, aksi kemudian dilanjutkan dengan menggelar sebuah acara bertajuk “Panggung Rakyat”. Firda mengungkapkan, Panggung Rakyat ditujukan sebagai media bagi semua orang untuk bersuara dan menuangkan kreativitasnya. “Panggung Rakyat merupakan cara alternatif bagi teman-teman untuk mengekspresikan perasaannya,” terang Firda.

Sejumlah partisipan mengaku bahwa sifat aksi yang terbuka membuat masyarakat umum lebih leluasa untuk bergabung dan memberi tanggapan. Tidak sedikit dari mereka yang bukan bagian dari komunitas tertentu ikut menaruh harapan pada semangat aksi ini. “Walaupun ini adalah agenda tahunan, kami tetap mengikuti aksi ini untuk menuntut kesetaraan gender dan melawan ketimpangan hak antara laki-laki dan perempuan,” ungkap seorang mahasiswa peserta aksi yang tak ingin disebut namanya. 

Penulis: Dias Nashrul Fatha, Fais Adnan Hidayat, dan Reyhan Maulana Adityawan
Penyunting: Edo Saut Hutapea
Fotografer: Zidane Damar

1
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Rancangan Belum Matang, Rektorat Klaim Sistem UKT Baru...

SSPU Tetap Jalan, Aksi Tolak Uang Pangkal Hasilkan...

Habis SSPI, Terbitlah SSPU dalam Dialog Panas Mahasiswa...

Peringati Hari Perempuan Internasional, Massa Aksi Kecam Diskriminasi...

Dampak Neoliberalisasi, Mahasiswa Tak Lagi Berfokus pada Gerakan...

Gabung Komunitas Lomba, Mahasiswa Departemen Teknik Mesin Diancam...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Rancangan Belum Matang, Rektorat Klaim Sistem UKT Baru Lebih Adil

    Maret 27, 2023
  • Sekat Gender dalam Perburuhan Sawit di Kalimantan

    Maret 22, 2023
  • Cita-Cita Karima

    Maret 19, 2023
  • SSPU Tetap Jalan, Aksi Tolak Uang Pangkal Hasilkan Pelibatan Mahasiswa dalam Kebijakan dan Penerapan

    Maret 16, 2023
  • Habis SSPI, Terbitlah SSPU dalam Dialog Panas Mahasiswa dengan Rektorat UGM

    Maret 16, 2023

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Spesies Invasif

Polisi Virtual

Fasilitas Mahasiswa Penyandang Disabilitas di UGM Belum Maksimal

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • MASTHEAD
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM