Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • APRESIASI
    • LAPORAN UTAMA
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • KAJIAN
    • WAWASAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Pos Teratas
Rancangan Belum Matang, Rektorat Klaim Sistem UKT Baru...
Sekat Gender dalam Perburuhan Sawit di Kalimantan
Cita-Cita Karima
SSPU Tetap Jalan, Aksi Tolak Uang Pangkal Hasilkan...
Habis SSPI, Terbitlah SSPU dalam Dialog Panas Mahasiswa...
Peringati Hari Perempuan Internasional, Massa Aksi Kecam Diskriminasi...
Aksi IWD Yogyakarta Suarakan Perjuangan Melawan Patriarki
Demotivasi: Alat Menyingkap Motivasi yang Manipulatif
Dampak Neoliberalisasi, Mahasiswa Tak Lagi Berfokus pada Gerakan...
Gabung Komunitas Lomba, Mahasiswa Departemen Teknik Mesin Diancam...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • APRESIASI
    • LAPORAN UTAMA
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • KAJIAN
    • WAWASAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
OPINI

Kerja, Kerja, Gundulmu!

Juni 17, 2015
©Hanif.bal

©Hanif.bal

Di tengah terhimpitnya mahasiswa akan masa kuliah yang dituntut semakin singkat, dunia kerja tidak kunjung menemukan simpul yang tepat dengan dunia akademis. Betapa banyak mahasiswa yang harus menyia-nyiakan ilmu yang didapatnya di bangku perkuliahan; Betapa banyak dosen yang semakin melonggarkan standar kualitas pencapaian ilmu anak didiknya untuk mengejar akreditasi. Bahkan, metafora untuk menggambarkan pergeseran nilai perguruan tinggi menjadi sekedar peternak buruh tidak lagi relevan. Katakan, peternak macam apa yang membiarkan ternaknya mencari makan sendiri?

Tentu, pengusaha tidak kehabisan akal menghadapi hal ini. Hampir semua perusahaan besar memberikan pelatihan khusus untuk keahlian yang dibutuhkan masing-masing perusahaan. Tentu saja, mahasiswa yang telah sadar akan orientasi kerjanya akan mengambil start lebih dulu dengan bergabung di berbagai organisasi kemahasiswaan. Lalu, apa yang terjadi ketika satu-satunya ruang untuk siap menghadapi dunia kerja ini semakin dipersempit—karena harus lulus cepat?

Akhir-akhir ini berbagai pelatihan soft skills diadakan dalam rangkaian PPSMB, dengan rentang waktu yang singkat. Pelatihan itu sekedar dalih, karena tidak mungkin soft skills dikuasai jika hanya dijejali teori. Maka tidak heran jika lulusan-lulusan cumlaude gagap saat berhadapan dengan dunia kerja.

Bergabung dengan organisasi kemahasiswaan pun tidak memberikan harapan banyak, apalagi dengan tekanan lulus cepat itu tadi. Masih sering ditemui event hura-hura yang tidak jelas tujuannya, strategi pendanaannya pun payah. Mengamen dan jual kue basah masih menjadi andalan mereka, di samping proposal ngalor-ngidul yang diajukan tidak jelas maunya apa. Ketika sudah lelah dan muak dengan semua kegiatan kemahasiswaan, heroisme menyusun skripsi yang bakal teronggok di perpustakaan kampus adalah hal yang dilakukan kemudian, setelah sebelumnya turun gunung menggurui orang-orang desa dengan program KKN-PPM.

Keadaan ini tidak kemudian membuat keberadaan organisasi yang gemar aksi menjadi relevan. Selain itu, berlama-lama di kampus, apalagi mengakhiri studi dengan drop out pun bukan pilihan tepat, mengingat ongkos yang dihabiskan tidak sedikit. Romansa nostalgia reformasi memang masih kental menyelimuti aktivisme mahasiswa saat ini. Era koar-koar turun ke jalan; menghadapi bedil tentara dengan kerikil, sudah berakhir. Kakek Totaliter berperangai galak meninggal sudah sejak lama. Kini perannya digantikan oleh Si Bapak Naif yang dapat membuat kita menziarahi makam Si Kakek Totaliter tanpa menyuruh, apalagi memaksa.

Salah satu contoh, bagaimana Si Bapak Naif memainkan perannya, adalah pengadaan PKM. Program hibah yang digelontorkan dengan program berjubel ini tidak ada mekanisme audit sama sekali. Hal ini menyebabkan. Keberhasilan masing-masing kategorinya sulit untuk diukur. Satu pasal tidak tertulis yang harus diingat para aktivis PKM, yakni tidak boleh jujur. Kalau ongkos yang dihabiskan untuk implementasi itu tidak sebanyak estimasi yang disetujui, ya harus di-mark-up. Mahasiswa dapat uang lebih untuk beli gadget; dosen pendamping dapat honor tanpa perlu melakukan pendampingan apa-apa selain tanda tangan; pejabat dapat proyek. Semua senang.

Satu-satunya hal yang barangkali bisa dilakukan adalah mendurhakai Si Bapak Naif ini. Saat ruang-ruang berdialektika justru ditutup rapat-rapat di kampus, saat itulah ruang-ruang lain dibuka. Barangkali tidak lagi dalam bentuk gerakan mahasiswa, mengingat semakin tidak relevannya pemuda berstatus mahasiswa ini menandai perubahan zaman. Selain itu, melakukan pergerakan dengan netek perguruan tinggi sama sekali tidak bisa dibanggakan. Ruang itu mesti menghidupi dirinya sendiri, agar bebas sebebas-bebasnya untuk menemukan batasan.

 

Ahmad Syarifudin

Mahasiswa Sastra Indonesia UGM

KKN-PPMppsmbsoft skills
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Jangan Takut Referendum KM UGM

Memeriksa Dua Sisi: Perlunya Keterlibatan Konsumen dalam Penyejahteraan...

Bahaya Narsisme Intelektual dan Kaitannya dengan Media Sosial

Mengevaluasi Penanggulangan COVID-19

Pandemi COVID-19 dan Percepatan Transformasi Digital: Sudah Siapkah...

Tempat Ibadah dalam Miniatur Angan-Angan

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Rancangan Belum Matang, Rektorat Klaim Sistem UKT Baru Lebih Adil

    Maret 27, 2023
  • Sekat Gender dalam Perburuhan Sawit di Kalimantan

    Maret 22, 2023
  • Cita-Cita Karima

    Maret 19, 2023
  • SSPU Tetap Jalan, Aksi Tolak Uang Pangkal Hasilkan Pelibatan Mahasiswa dalam Kebijakan dan Penerapan

    Maret 16, 2023
  • Habis SSPI, Terbitlah SSPU dalam Dialog Panas Mahasiswa dengan Rektorat UGM

    Maret 16, 2023

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Spesies Invasif

Polisi Virtual

Fasilitas Mahasiswa Penyandang Disabilitas di UGM Belum Maksimal

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • MASTHEAD
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM