Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • APRESIASI
    • LAPORAN UTAMA
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • KAJIAN
    • WAWASAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Pos Teratas
Cita-Cita Karima
SSPU Tetap Jalan, Aksi Tolak Uang Pangkal Hasilkan...
Habis SSPI, Terbitlah SSPU dalam Dialog Panas Mahasiswa...
Peringati Hari Perempuan Internasional, Massa Aksi Kecam Diskriminasi...
Aksi IWD Yogyakarta Suarakan Perjuangan Melawan Patriarki
Demotivasi: Alat Menyingkap Motivasi yang Manipulatif
Dampak Neoliberalisasi, Mahasiswa Tak Lagi Berfokus pada Gerakan...
Gabung Komunitas Lomba, Mahasiswa Departemen Teknik Mesin Diancam...
Bebani Mahasiswa dengan Biaya Mahal, UGM Bersembunyi di...
Anomali Independensi dan Keberpihakan Media Lokal di Yogyakarta

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • APRESIASI
    • LAPORAN UTAMA
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • KAJIAN
    • WAWASAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
APRESIASIKABAR

Rainbow Symphony Warnai Konser Mini GMCO

Maret 20, 2013
©jojo. bal

©jojo. bal

Gedung Fakultas Ilmu Budaya UGM terlihat ramai sejak pukul 18.30. Ratusan orang mengantri untuk memasuki Ruang Auditorium di lantai tiga. Begitu memasuki ruangan, cahaya lampu berwarna biru, kuning dan merah berpendar menghiasi langit-langit. Setelah semua orang duduk dengan tenang, dua orang naik ke atas panggung dan mulai menyemarakkan suasana. Sesekali beberapa di antara penonton tertawa menanggapi lelucon keduanya. Dua orang  ini adalah pembawa acara konser mini Gadjah Mada Chamber Orchestra (GMCO). Tak lama setelah mereka membuka acara, lampu meredup. Perlahan, alunan melodi terdengar dari panggung, mencuri perhatian para penonton yang berada di ruang itu.

Serangkaian lagu anak-anak yang pernah dipopulerkan penyanyi cilik Tasya menjadi lagu pembuka konser mini kelima GMCO, Minggu (17/3) pukul 19.00. Selain lagu-lagu populer dari Tasya, Twinkle-Twinkle Little Star, Pelangiku, Laskar Pelangi dan lagu anak-anak lain turut dimainkan malam itu. Rachma Yulia Fatmawati, mahasiswa Jurusan Kimia ’12, selaku Ketua Panitia berharap lagu-lagu tersebut dapat mengingatkan penonton terhadap masa kecil mereka. “Lagu anak kecil sekarang sudah beda dengan dulu,” paparnya. Rachma menjelaskan alasan GMCO memilih cerita anak kecil sebagai tema utama mereka, “Orchestra biasanya identik dengan musik klasik, kami ingin mengangkat sesuatu yang berbeda”.

Selain lagu anak-anak, dalam konser mini kali ini GMCO menampilkan sebuah lagu hasil komposisi Yosef Adicita, mahasiswa Jurusan Filsafat 2008. Lagu berjudul Dahlia Rhapsody tersebut merupakan gabungan melodi beberapa lagu ternama, antara lain A Whole New Worlddan Perahu Kertas. Wilson Lisan, penata aransemen konser mini, percaya bahwa setiap lagu yang tergabung dalam Dahlia Rhapsody memiliki warna tersendiri. Ia mencontohkannya dengan warna putih yang dimiliki lagu Perahu Kertas. “Apabila kita gabungkan semua warna itu, akan terbentuk pelangi,” tuturnya. Menurutnya, melodi yang tercipta sangat sesuai dengan judul konser mini, Rainbow Symphony yang berartikan simfoni pelangi. Pendaran warna pelangi dianggap dapat merepresentasikan warna-warni cerita masa kecil yang menjadi tema konser.

Tidak semua lagu dibawakan dengan konsep full orchestra seperti Dahlia Rhapsody. Beberapa lagu di awal konser dibawakan hanya oleh dua hingga enam orang. Konsep ini dinilai cukup santai dan lebih mudah dinikmati penonton. Salah seorang penonton, Tiara Estu Amanda, mahasiswa Sastra Perancis ’10, lebih menyukai konsep lagu sederhana. “Saya suka lagu yang dibawakan hanya dengan cello dan keyboard itu,” rujuknya terhadap lagu berjudul I Miss Youkarya Henry Mancini. Berbeda dengan Tiara, Tyas Nurul Hidayati, mahasiswa Teknik Industri ’12, lebih menyenangi lagu Payphone yang dibawakan dengan konsep full orchestra. Ia berpendapat, “Kolaborasi musiknya jadi lebih kaya dan indah.”

Konser yang menampilkan empat belas lagu ini didominasi oleh penampilan anggota baru GMCO. Rachma menjelaskan bahwa konser mini GMCO kali ini merupakan ajang pengenalan anggota baru kepada dunia pertunjukan. “Untuk orientasi sih, sekaligus pembuktian kemampuan angkatan kelima GMCO,” terang Rachma. Wilson turut menjelaskan bahwa hanya sedikit angkatan atas yang turut tampil dalam konser mini ini. “Contohnya di bagian viola, itu pun karena angkatan baru nggak punya pemain viola,” jelasnya.

Antusiasme masyarakat UGM terhadap konser mini Rainbow Symphony cukup besar. Tiket yang berjumlah 250 lembar habis terjual dalam jangka waktu satu hari. Beberapa penonton merasa cukup beruntung mendapat tiket konser mini. Wida Wahyudi, mahasiswa Sastra Perancis ’10 menjelaskan bahwa ia selalu ingin menonton konser GMCO. “Ini pertama kali saya nonton, biasanya kehabisan terus,” ungkapnya.

Tanggapan positif penonton tidak hanya terlihat dari jumlah tiket yang terjual habis. Seluruh lagu yang disajikan selalu diakhiri dengan riuh tepuk tangan penonton. Tyas menceritakan kepuasannya, “Konsep konser secara keseluruhan bagus, jadi teringat masa kecil.” Menurutnya, konser ini dapat disebut sebagai usaha optimal angkatan kelima.

Di penghujung acara, teriakan kembali terdengar dari arah penonton. Beberapa pemusik terlihat berdiskusi sejenak menanggapi permintaan penonton untuk kembali memainkan satu lagu lagi. Semenit kemudian, musik kembali mengisi ruangan. Doremiemon yang merupakan paduan antara lagu Doraemon dan Doremi menjadi lagu terakhir dalam konser mini Rainbow Rhapsody kali ini. Perlahan, cahaya kembali menerangi seluruh sudut ruangan. Terlihat beberapa panitia berdiri berjajar dengan penonton. Rachma berkisah bahwa dalam setiap konser selalu ada skenario tersendiri. “Kali ini panitia yang minta tambah,” candanya. [Ganesh Cintika, Lintang Cahyaningsih]

 

BPPM Balairunggelanggang mahasiswakonserugmUKM
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Konsisten Melawan Represi, Warga Wadas Dirikan Tugu Perlawanan

Setahun Relokasi, Pemerintah Yogyakarta Masih Mengabaikan Nasib PKL...

Buntut Polemik Uang Pangkal, Mahasiswa UGM Gaungkan Tagar...

Pintu Ajaib “Pemecah Masalah Mahasiswa” Itu Bernama Crisis...

Tetapkan Uang Pangkal, UGM Bukan Lagi Kampus Kerakyatan

Penerbitan Perppu Ciptaker Masih Penuh Polemik dan Merugikan...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Cita-Cita Karima

    Maret 19, 2023
  • SSPU Tetap Jalan, Aksi Tolak Uang Pangkal Hasilkan Pelibatan Mahasiswa dalam Kebijakan dan Penerapan

    Maret 16, 2023
  • Habis SSPI, Terbitlah SSPU dalam Dialog Panas Mahasiswa dengan Rektorat UGM

    Maret 16, 2023
  • Peringati Hari Perempuan Internasional, Massa Aksi Kecam Diskriminasi LGBTQ+

    Maret 11, 2023
  • Aksi IWD Yogyakarta Suarakan Perjuangan Melawan Patriarki

    Maret 11, 2023

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Spesies Invasif

Polisi Virtual

Fasilitas Mahasiswa Penyandang Disabilitas di UGM Belum Maksimal

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • MASTHEAD
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM