Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...
Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir
SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan
Jejak Trauma Kolektif Korban Kekerasan Orde Baru dalam...
Jurnalis Perempuan Selalu Rasakan Ketimpangan dan Kekerasan
Zine Media Perlawanan Alternatif Perempuan di Tengah Perayaan...
Proyek Kapitalisasi Kegilaan
Kelakar UGM, KKN Tak Boleh Kelar

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
APRESIASI

Babak Pencerahan Bongky

Juli 6, 2011

Saat jatuh, seringkali kita bersedih dan merintih. Namun, bila hidup telah di ujung jalan, masih maukah kita “pulang”, kembali pada cara hidup yang benar?         Pertanyaan ini tersirat dalam karya pelukis Irennius Bongky. Bongky, begitu ia disapa, menyentil kesadaran kita yang umumnya mendamba ketenangan surga semata. Dalam karya lukisan yang dinamai “Nikmat Surgawi”, ia menggambarkan sesosok yang bergaris hitam-putih. Jemarinya terkait tali, badannya setengah membungkuk. Di atasnya bertulisan: heavenly wisdom. Mengolaborasikan beberapa metode lukis di atas kanvas, karya itu merefleksikan suatu perjalanan hidup kepada para pengunjung ViaVia Travelers Café and Alternative Art Space, Yogyakarta, Rabu pekan lalu (29/6). Sekitar 40 karya lain juga menyajikan perenungan hidup yang dialami Bongky. Meski terbilang sukses pada pameran tunggal di tahun 2009, Bongky memasuki babak hidup yang berat akibat tergelincir lagi dalam candu obat-obatan. “Enlightment”, begitu tajuk pameran kala itu, seolah tak berarti lantaran berbuah duka. Bongky, seniman yang sempat mengenyam studi Seni Grafis Murni di Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini, harus mengecap kepedihan di balik jeruji besi. Selama hari-hari yang penuh kesendirian itu, ia juga menderita penyakit yang cukup menyiksa. Namun, Bongky kini menunjukkan dirinya kembali. Kehadirannya lewat eksibisi tunggal Re-Enlightment “My Journey on Earth” ini memberi pengharapan nyata dalam upaya meraih pencerahan kembali. Melalui pameran yang digelar 29 Juni–19 Juli ini, Bongky ingin berbagi cerita dan pengalaman atas jalan baru yang ia rengkuh selepas setahun di penjara. Meski satu demi satu semangat hidupnya rapuh, Bongky tidak mengeluh. Semasa menjalani hukuman, ia berusaha menghidupkan percikan ide dan imajinasinya. Baginya, melukis adalah memberi inspirasi, seperti torehan dalam diary yang menunggu untuk digoreskan. “Kalau orang lain menuliskan buku hariannya, saya membuatnya dalam gambar,” ungkapnya. Dengan lukisan, ia pun menyatakan keteguhannya untuk berubah. “Saya bisa, saya harus bisa. Tuhan selalu membuka jalan baru,” tuturnya yakin. Dalam karya-karya kali inilah segala pengalaman batin itu tumpah. Laiknya titian hidup, ada beragam kesan yang menyembul dari lukisan Bongky. Dalam “Dapatkah Kita Membantu?”, ia menuturkan ada sebuncah niat dalam dirinya untuk turut mengulurkan bantuan bagi para pengidap human immunodeficiency virus (HIV). Walau terkesan muram yang tampak dari gambar kepala-kepala terpisah dari badan, Bongky menyisipkan keceriaan dengan bubuhan belang-belang berwarna merah-kuning-hijau. Agaknya ini senada dengan yang ia katakan, “Bisakah kita tetap semangat? Dulu saya pecandu, tapi berusaha untuk bisa bangkit.” Sebagian karya yang dipajang memang dibuat dalam kombinasi teknik fotokopi, stensil, juga cat semprot. Tampak bahwa Bongky memainkan kreativitasnya dalam menggubah karya. Tak hanya lewat paduan rupa dan warna, media kertas pun ia gunakan untuk mengejawantahkan pesan personalnya. Apa yang kemudian terbetik dari lukisan lainnya, “Good Put a Smile on Your Face”, adalah ingin menuturkan, kita dapat bermuka cerah meski kepahitan masih menggantung. Wajah-wajah yang melintas dalam perjalanan hidup kita adalah jiwa yang menyapa dan mengajak untuk “kembali”. Bukan kali ini saja Bongky menggelar pameran tunggal setelah keluar dari penjara. Beberapa bulan lalu, karya-karya yang ia bikin selama di penjara dipajang pada pameran bertajuk “Buku Harian”. Berkat motivasi teman dan kerabatnya, sebagian lukisan ia anggit dengan memanfaatkan koran dan kardus bekas. Tejo, rekan Bongky yang ditemui saat pembukaan pameran mengungkapkan, sebagai sebuah komunitas, mereka saling mendukung terutama ketika Bongky menghabiskan setahun hidup dalam sel tahanan. “Kita support perjuangan. Di sini kita berkumpul, berbagi harapan, pengalaman, dan kekuatan,” ujarnya. Kini Bongky memperlihatkan kembali komitmennya dalam berkarya. Lebih dari itu, ia berkeinginan mengumpulkan hasil penjualan lukisannya untuk membantu kegiatan pendampingan bagi orang dengan HIV/ AIDS (ODHA). Hingga kini, ia pun masih menjalani program pemulihan di Panti Rehabilitasi Narkoba Siloam Yogyakarta. Esther Budhi S.Sos, MA., direktur panti tersebut, menekankan, Bongky memiliki motivasi tinggi untuk berubah meski masih dalam masa pengobatan. Adapun Mie, selaku konsultan travel ViaVia yang membuka pameran ini, menyebut bahwa Re-Enlightment menunjukkan kebangkitan Bongky dari jalan hidupnya yang menyimpang. “Ini bukti ternyata Bongky bisa hidup bersih kembali,” ujarnya disambut aplaus hadirin. [Robertus Rony Setiawan]

Irennius BongkylukisanODHARe-EnlightmentViaVia
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Awab Ajar Awam, Gunakan Daya dari Surya

Resistensi atas Trauma Korban Kekerasan ‘65

Belasut Puja-Puji Palsu Tubuh Perempuan dalam Kanvas

Pusparagam Perjuangan dalam Temukan Ruang Aman

Jalin Merapi Tak Pernah Ingkar Janji

Sastra untuk Semua lewat Sastra Suara

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah

    Mei 4, 2025
  • Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau

    Mei 4, 2025
  • Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender dalam Sejarah Indonesia

    Mei 3, 2025
  • Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

    April 30, 2025
  • SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan

    April 28, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM