Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...
Kapan KKN Harus Dihapus?
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...
Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
BUKUKABARNALAR

Potret Ideologi Pasca Reformasi

Juni 9, 2012

© anung. bal

Judul           : Gerakan-gerakan Sosial-Politik Dalam Tinjauan Ideologis

                     “Ideologi Gerakan Pasca Reformasi”

Penulis        : As’ad Said Ali

Penerbit       : Jakarta, LP3ES

Edisi            : Cetakan Pertama 2012

Tebal           : xii, 156 hlm


“Ideologi adalah sintesa pemikiran mendasar dari suatu konsep hidup” (Francis Bacon)

Kita adalah saksi, sebagian mungkin adalah pelaku atas perubahan besar yang terjadi pada tahun 1997-1998. Gerakan demonstrasi besar-besaran rakyat dan mahasiswa mampu merobohkan sebuah rezim yang bertahan selama 32 tahun. Tumbangnya era yang bernama “Orde Baru” berganti sebuah “era Reformasi” ditandai dengan liberalisasi politik yang luar biasa. Kebijakan ini penting, sebab prasyarat pokok sebuah negara demokrasi memang harus terdapat kebebasan politik.  Di samping itu, kebebasan politik dapat menjadi penanada yang jelas dengan rezim sebelumnya yang serba otoritarian. Akibatnya, berdasarkan nama demokrasi, aneka warna gerakan sosial-politik bermunculan di berbagai daerah.

Di tengah suasana eforia kebebasan itu, kekuatan ideologi yang hampir mati mulai mendapat ruang sosial-politik kembali. Memanfaatkan liberalisasi politik yang terjadi, gerakan tersebut  kemudian berusaha menemukan modus pergerakan baru. Pola pergerakannya melalui partai politik atau masih dalam bentuk lama yaitu gerakan kelompok sosial. Tujuan dari kelompok tersebut tidak lain adalah berebut kekuasaan melalui proses tarik-menarik ideologi. Sehingga, yang terjadi adalah, memicu konflik horizontal di berbagai daerah. Kondisi tersebut berdampak pada ketidak stabilan iklim sosial-politik dan keamanan di Indonesia.

Dalam catatan penulis, ada lima tipologi besar ideologi politik yang secara aktual menjadi orientasi politik berbagai kelompok pergerakan di Indonesia. Empat di antaranya bersumber dari pemikiran Barat, dan satu lagi bersumber dari pemikiran Keagamaan (Islam). Kelima tipologi ideologis itu memiliki varian yang berbeda-beda dan bahkan bertentangan satu sama lain. Namun jika di petakan secara sederhana, kelima tipologi ideologis itu yakni, kiri-radikal, kiri-moderat, kanan-konservatif,kanan-liberal dan Islamisme. Istilah kiri dan kanan sebenarnya berasal dari tradisi politik prancis. Kelompok politik kanan adalah mereka yang secara umum mendukung kebijakan pemerintah saat itu. Berbeda dengan kelompok kiri yang identik terhadap kritik dan perlawanan terhadap kebijakan pemerintah.

Ideologi kiri-radikal muncul akibat ketidak percayaan terhadap sistem demokrasi. Karena pada dasarnya sistem demokrasi dengan liberalisasi ekonominya hanya menguntungkan kaum kapitalis. Mereka yang berhalauan dengan ideologi ini menginginkan mobilisasi politik kelompok-kelompok tertindas, khususnya buruh dan petani. Kemunculan wacana ini di Indonesia diarahkan untuk membangun demokrasi yang partisipatoris dan kesetaraan retribusi ekonomi. Kelompok ini bergerak melalaui gerakan-gerakan sosial yang mereka bentuk. Front Perjuangan Rakyat misalnya, merupakan kekuatan kelompok sosial yang menyatukan kekuatan proletariat industri dan proletariat agraris.

Berbeda dengan ideologi kiri-moderat, pada masa Orde Baru umumnya tumbuh di kalangan gerakan mahasiswa dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Dalam buku ini, ada dua jenis ideologi kiri-moderat yang berkembang yaitu, Sosial Demokrasi dan Gerakan Sosial Baru. Sosial demokrasi gagasan pokoknya berupa welfare state serta kombinasi antara persamaan sosial dan pasar ekonomi. Sedangkan bentuk pergerakannya, melalui lembaga-lembaga perwakilan kepentingan rakyat. Sedikit berbeda dengan Gerakan Sosial Baru, yang merupakan varian dari sosial demokrasi yang biasa disebut “jalan ketiga”. Pandangan ini menginginkan jalan demokrasi yang memungkinkan wakil rakyat tidak diuntungkan dengan adanya sistem kapitalisme. Pergerakan ini muncul untuk mencari jalan tengah antara kapitalisme dan sosialisme dalam sebuah sistem negara.

Selama pasca reformasi, ideologi kanan yang menjadi orientasi gerakan sosial, dapat dibedakan antara kanan-konservatif dan kanan-liberal. Konservatisme itu sendiri adalah sebuah falsafat ilmu politik yang mendukung nilai tradisional dalam struktur demokrasi. Kelompok ini mengawal jalannya arus reformasi agar nilai-nilai tradisional, seperti Pancasila tidak larut dalam arus liberalisme. Sementara itu, kanan- liberal cenderung berkembang sejalan dengan kapitalisme dan filsafat liberalisme. Dalam filsafatnya, mereka berkeyakinan dengan mengenai pentingnya kebebasan individu untuk mencapai setiap tujuan yang diharapkan.

Tipologi yang terakhir yaitu islamisme, sebagai salah satu ideologi politik terbesar diantara ideologi lainnya. Secara garis besar, penulis membagi islamisme dalam kategori islam mainstream yaitu  Nahdlatul Ulama (NU),Muhammadiyah,Persatuan Islam(Persis) dan sejenisnya.  Yang Kedua, islam nonmainstream yaitu gerakan baru yang mengikatkan diri dengan semangat mewujudkan doktrin secara kaffah berdasarkan sumber literal. Ideologi ini serta varian-varianya bersaing dengan ideologi lain yang berasal dari barat untuk memperebutkan pengaruh politik dalam suasana liberalisme.

Di akhir tulisannya, As’ad memberikan beberapa pesan penutup kepada pembaca. Diantaranya, perkembangan ideologi yang beragam tersebut, sebaiknya tidak menjadikan kita terperangkap dalam bentuk suatu dua sikap ekstrem. Pertama, kita menjadi paranoia terhadap perkembangan ideologi. Titik ekstrem kedua adalah terlalu masa bodoh dengan perkembangan ideologi nonmainstream. Sejarah bangsa ini sudah memberikan pelajaran sikap paronia terhadap ideologi luar,seperti masa Orde Baru yang dianggap terlalu mengadopsi ideologi impor. Sebaliknya, apabila terlalu abai, seperti awal reformasi, menjadikan kita kehilangan pegangan ketika terjadi gejolak konflik yang luas.

Buku yang di tulis As’ad, merupakan hasil investigasi selama menjabat sebagai salah satu anggota Badan Intelijen Negara (BIN). Tulisan beliau layak mendapat apresiasi karena mampu memetakan berbagai varian ideologi pasca reformasi dengan skema yang jelas. Namun, kurangnya deskripsi yang mumpuni berkaiatan dengan organisasi yang menjalankan ideologi-ideologi itu, menjadikan buku ini kurang terasa lengkap. [Ach Fikri Syahrul M.]

gerakanideologipasca reformasisaid adli
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Perangai Egois di Balik Aksi Heroik

Demotivasi: Alat Menyingkap Motivasi yang Manipulatif

Instabilitas Demokrasi Indonesia Pasca-Orde Baru

Menari di Bawah Rezim Kebudayaan

Hutan Adat Bukan Tanpa Tuan

Tak Semanis (Harga) Kakao

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau

    Juni 12, 2025
  • Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang

    Juni 4, 2025
  • Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran HAM

    Juni 3, 2025
  • Mitos Terorisme Lingkungan

    Mei 25, 2025
  • Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan Mahasiswa

    Mei 24, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM