Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...
Kapan KKN Harus Dihapus?
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...
Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARLAPORAN UTAMA

Fingerprint, Antara Solusi dan Masalah

Desember 22, 2012
©Christiane Berliana

©Christiane Berliana

 

Saat ini, beberapa fakultas di Universitas Gadjah Mada telah memberlakukan sistem presensi menggunakan fingerprint. Fakultas yang menerapkan kebijakan tersebut adalah Fakultas Kedokteran, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, dan Fakultas Psikologi. Melalui sistem fingerprintini, mahasiswa melakukan presensi kehadiran perkuliahannya dengan sidik jari. Mahasiswa melakukan fingerprint saat jam perkuliahan berlangsung pada sebuah alat fingerprint yang ada di setiap kelas.

Menurut Mugiarto, Staf Sarana dan Prasarana Fakultas Kedokteran, tujuan penerapan sistem ini adalah membuat pekerjaan lebih sederhana, mengurangi SDM yang harus bertugas pada bagian itu, dan juga memudahkan presensi serta monitoring. Mugiarto juga menjelaskan, penerapan sistem ini dapat mempermudah mahasiswa dalam melakukan presensi kehadiran kuliah. “Mahasiswa cukup menempelkan jarinya pada fingerprint” ujarnya.

Mugiarto menerangkan, di Fakultas Kedokteran, alat fingerprint ini dibeli seharga 5 juta rupiah per buah. Menurutnya, pihak fakultas menghindari membeli alat fingerprint yang murah. Hal ini karena terkadang alat-alat yang murah biasanya tidak bagus dan akan menghabiskan banyak biaya untuk perawatannya. Selanjutnya, Mugiarto menuturkan harga yang mahal tidak menjadi masalah, asal untuk tujuan yang baik ke depannya. “Harga akan menentukan kualitas. Kita sengaja beli dengan harga cukup tinggi agar dapat kualitas yang bagus dan tidak bemasalah ke depan,” ujarnya.

Kebijakan fingerprint ini mendapat sambutan pro dan kontra dari mahasiswa. Salah satu mahasiswa yang pro terhadap kebijakan ini adalah Hamzah M. Hafik, mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter ‘12. Sistem fingerprint ini menurutnya memberi banyak keuntungan untuk mahasiswa. “Cara absennya mudah, cepat, selain itu juga efisien” katanya. Begitu juga dengan Heni Wijaya, mahasiswa Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan ‘12, yang mengatakan sistem ini mempunyai beberapa kelebihan. “Sebenarnya fingerprint ini memudahkan mahasiswa dalam melakukan presensi karena instan dan mempersingkat waktu.” Kata Heni.

Dibalik kemudahan untuk mengefektifkan waktu, ternyata sistem fingerprint ini menimbulkan beberapa masalah. Debrina Larasati, Mahasiswa Hubungan Internasional ’11, menyampaikan keluhannya mengenai sistem fingerprint ini, “Masalahnya, fingerprint itu kurang efektif aja, contohnya mesin  fingerprint sering mati” ujarnya.

Masalah lain yang timbul yaitu terkadang alat fingerprint sering mengalami eror. “Servernya sering banget asal-asalan. Di beberapa mata kuliah datanya eror, harusnya aku masuk terus tapi ditulis ga masuk satu sampai dua kali” keluh Debrina. Debrina mengatakan lebih lanjut, ia merasa dirugikan dengan kesalahan teknis dari server karena akan menentukan apakah dirinya bisa mengikuti ujian akhir atau tidak. “Di Fisipol ada peraturan maksimal ga masuk tiga kali, jadi kalo lebih dari tiga kali akan mendapat nilai D atau E, atau bahkan nilai ga keluar, jadinya harus ngulang.” Selain kesalahan server dan alat fingerprint sering mati, ternyata oknum mahasiswa menemukan celah untuk membolos kuliah. “Aku pernah bolos, pas sepuluh menit mau selesai kuliahnya, aku minta tolong temen buat sms, jadi aku cepet datang ke kelas dan tinggal fingerprint” aku Debrina.

Menanggapi keluhan-keluhan dari mahasiswa, Muhammad Khozim Ismail, petugas pelayanan akademik FISIPOL menyatakan, tidak mungkin terjadi kesalahan penghitungan presensi karena mesin fingerprint bisa memuat lebih dari seribu nama. “Tetapi memang saya akui bahwa sering terjadi kesalahan dari pihak akademik dikarenakan pengunduhan data absensi yang tidak tertib” ujarnya. Menurut Khozim, data presensi seharusnya diunduh per mata kuliah dan diserahkan ke pelayanan perkuliahan, tetapi pihak akademik baru menyerahkan data setelah satu bulan. Keterlambatan pengunduhan data ini menyebabkan data presensi menumpuk sehingga sering terjadi kesalahan.

Wacana awal sistem fingerprint ini menurut Khozim sudah bagus, tetapi tidak ada keseriusan dalam pelaksanaannya. Pihak akademik, menurutnya kurang melakukan kontrol terhadap pelaksanaan sistem ini. Selain itu, tidak dilakukan sosialisasi kepada mahasiswa mengenai bagaimana prosedur yang jelas untuk melakukan presensi. “Wacana sistem fingerprint ini dulu bagus, mungkin pihak akademik kurang melakukan kontrol sehingga banyak terjadi kesalahan” ungkap Khozim. [Muhammad Rinaldi Syahriza, Desinta Wahyu Kusumawardani]

0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Kelakar UGM, KKN Tak Boleh Kelar

Sendat Tetes Air Wadas dalam Jerat Tambang

Petani Pundenrejo dalam Belenggu “Hama” PT LPI

Setengah Mati Orang-Orang Bantaran Rel Kereta Api

Kicau Riuh Kampus Hijau UGM

Timbulsloko Tenggelam dalam Pasang Surut Kebijakan

2 komentar

fathor rozi September 16, 2017 - 10:24

bagus ,menjadi barometer bagi pendidikan yang lainnya..

Reply
fathor rozi September 16, 2017 - 10:25

memberikan inspirasi

Reply

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau

    Juni 12, 2025
  • Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang

    Juni 4, 2025
  • Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran HAM

    Juni 3, 2025
  • Mitos Terorisme Lingkungan

    Mei 25, 2025
  • Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan Mahasiswa

    Mei 24, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM