Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Warga Pesisir Semarang dalam Getir Tata Kelola Air
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...
Kapan KKN Harus Dihapus?
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KILAS

Warga Hidup Tak Pasti Pasca Penggusuran, Aliansi Bong Suwung Gelar Konferensi Pers

Oktober 8, 2024

©Ester/Bal

“Kita benar-benar melihat kehancuran di depan mata, ketika ekskavator itu benar-benar merusak, menghancurkan, meratakan semuanya,” ungkap Rani, salah satu warga Bong Suwung saat konferensi pers pada Jumat (04-10). Konferensi yang bertempat di kantor Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Yogyakarta ini merupakan buntut respons warga atas penggusuran yang telah menimpa rumah warga Bong Suwung. Setidaknya, hingga tulisan ini terbit, beberapa warga Bong Suwung masih belum memiliki tempat tinggal dan harus mengungsi.

Sebelumnya, PT KAI secara resmi menggusur wilayah Bong Suwung pada hari Rabu (02-10). “Kemarin, dilakukan sterilisasi pagi-pagi yang kemudian kami tidak diberi waktu untuk membongkar semuanya,” ungkap Restu, selaku kuasa hukum Aliansi Bong Suwung. Restu menambahkan bahwa dari awal advokasi kasus ini, PT KAI tidak memberikan toleransi waktu terkait penggusuran. 

Ana, selaku perwakilan Aliansi Bong Suwung, menyebutkan bahwa beberapa warga hingga kini belum mendapatkan tempat tinggal. Akibatnya mereka harus mengungsi ke PKBI. Menurut Ana, sejauh ini tim aliansi Bong Suwung telah menghubungi Dinas Sosial Yogyakarta sebagai upaya untuk mencarikan penampungan bagi warga yang belum mendapatkan tempat tinggal, tetapi hasilnya nihil. “Mereka berpendapat bahwa di kota Yogyakarta ini sudah tidak ada tempat penampungan lagi,” terang Ana.

Siska selaku perwakilan dari pihak PKBI mengatakan bahwa PKBI hanya bisa memberi bantuan berupa bangunan. Sementara itu untuk kebutuhan lain warga yang mengungsi di PKBI masih dibantu dengan kolektif dari berbagai institusi, komunitas, dan penggalangan dana. Siska juga menuturkan harapannya terkait solusi konkrit dari pemerintah. “Tidak mungkin teman-teman ini ditaruh, dipindah-pindahkan dari satu shelter ke shelter yang lain. Harus ada segera rencana dari pemerintah, bagaimana baiknya untuk mengatasi masalah ini,” terang Siska. 

Menurut Nia, salah satu warga Bong Suwung, penggusuran atau sterilisasi yang dilakukan PT KAI memberikan dampak trauma pada warga Bong Suwung, terutama pada anak-anak. Banyak anak-anak yang tidak mau sekolah setelah ada penggusuran. “Kita trauma, jadi banyak anak-anak yang merasa takut dan ingin melindungi ibunya. Jadi, mereka gak mau sekolah, mereka berhenti sekolah dan ingin ikut orang tuanya untuk berjuang di penggusuran ini,” ujar Nia.

Tidak hanya dampak trauma, Damar, salah satu warga Bong Suwung mengatakan bahwa beberapa anak juga terpaksa berpisah dengan keluarganya. Menurutnya, hal itu terjadi karena uang kompensasi yang diberikan sangat kecil sehingga orang tua tidak sanggup menanggung biaya hidup anaknya. “Enam anak ini ibunya sudah tidak sanggup menyekolahkan karena dia dapat bangunannya cuma 900 ribu. Meterannya terlalu kecil, jadi dengan berat mereka harus melepaskan anaknya,” ungkap Damar. Ia lanjut menuturkan bahwa anak-anak tersebut akhirnya harus tinggal terpisah di beberapa panti.

Meski begitu, Restu menjelaskan bahwa kedepannya warga Bong Suwung akan tetap melakukan perjuangan. Sebelumnya, ada kesepakatan dari warga Bong Suwung untuk aksi di DPRD Yogyakarta dengan tidur di sana. Namun, aksi tersebut ditunda setelah warga Bong Suwung mempertimbangkan kondisi anak-anak dan para lansia. “Kami juga butuh atur napas dulu, perbaiki kondisi mental, kondisi fisik. Itu juga menurut kami penting untuk dilakukan terlebih dahulu, sebelum melanjutkan perjuangan,” ungkap Restu. 

Sebelum konferensi pers berlangsung, Aliansi Bong Suwung telah mengadakan audiensi dengan perwakilan pemerintah kota dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Audiensi ini sebagai upaya advokasi yang telah ditempuh Aliansi Bong Suwung. Restu juga menjelaskan langkah lain yang bisa diambil selanjutnya berupa langkah litigasi melalui jalur hukum. “Kita juga fokus di situ mas, jadi tetap mendorong agar negara ini hadir untuk bertanggung jawab terhadap warga negara,” tambah Restu.

Menjelang konferensi pers ditutup, Restu memberikan seruan bagi semua jaringan masyarakat untuk memberikan bantuan pada warga Bong Suwung. “Kami juga mengajak organisasi jaringan masyarakat sipil untuk membantu warga Bong Suwung,  baik itu  berupa penyediaan shelter atau sumbangan apapun itu, relokasi dan segala macam. Kami sangat membutuhkan itu,” ujar Restu. Kemudian, Restu juga mengajak semua masyarakat bersolidaritas untuk melawan perampasan ruang hidup yang dilakukan oleh negara dan korporasi.

Penulis: Achmad Zainuddin dan Tafrihatu Zaidan Al Akhbari
Penyunting: Catharina Maida
Fotografer: Ester Veny

0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...

Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...

Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah

Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...

SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan

Jejak Trauma Kolektif Korban Kekerasan Orde Baru dalam...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Warga Pesisir Semarang dalam Getir Tata Kelola Air

    Juni 30, 2025
  • Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau

    Juni 12, 2025
  • Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang

    Juni 4, 2025
  • Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran HAM

    Juni 3, 2025
  • Mitos Terorisme Lingkungan

    Mei 25, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM