Puluhan massa yang tergabung dalam Jaringan Gugat Demokrasi (JAGAD) menggelar aksi bertajuk “Hancurkan dan Adili Rezim Jokowi, Selamatkan Demokrasi” sebagai bentuk tuntutan atas kegagalan rezim pemerintahan Jokowi. Aksi yang digelar pada Senin (12-02) diawali dengan long march dari Bundaran UGM menuju Jalan Colombo, Gejayan sebagai titik aksi. Beberapa lembaga dan aktivis turut hadir dalam aksi, diantaranya Forum Cik Di Tiro, Aliansi Rakyat Bergerak, dan Solidaritas Perempuan (SP) Kinasih.
Fahrudin, salah satu massa aksi, menjelaskan aksi ini digelar untuk mempertanyakan transisi demokrasi di Indonesia telah dipermainkan. Dalam orasinya, negara disebut asyik mempermainkan konstitusi dengan kroni-kroninya saat transisi demokrasi. “Pemerintah tidak bisa menjaga dirinya untuk tidak menggunakan alat kekuasaan. Mereka semena-mena menggunakan semua fasilitas negara termasuk mempolitisasi bantuan sosial,” ujarnya.
Aksi kali ini juga sebagai seruan penolakan terhadap berbagai kebijakan dan regulasi yang dinilai merampas ruang hidup rakyat. Sana, perwakilan SP Kinasih, menyebutkan bahwa masa pemerintahan Jokowi masih dipenuhi kasus-kasus perampasan ruang hidup rakyat. Salah satunya adalah proyek lima puluh energi bersih yang digadang-gadang akan menjadi sumber energi terbarukan. Menurut Sana, energi bersih yang dijanjikan pemerintahan Jokowi tersebut dinilai tidak dijalankan dan hanya menjadi omong kosong semata. “Lebih dari lima puluh proyek energi bersih terbarukan yang konon menjadi energi yang digadang-gadang, semuanya omong kosong,” ucapnya.
Esti, salah satu massa aksi, juga mengamini pernyataan bahwa isu lingkungan masih belum ada perubahan. Ia menyayangkan ketidaksanggupan pemerintah dalam menyelesaikan konflik lingkungan yang semakin menjadi dan berdampak pada kelangsungan hidup masyarakat. “Dampaknya udah ke rakyat dan dalam jangka waktu yang lama, tapi tidak ada perubahan sama sekali, itu kan memang batu, ya,” keluh Esti.
Beranjak sore, massa aksi mulai berbondong mendekati panggung orasi. Di tengah panggung berdiri replika guillotine dari kayu yang telah disiapkan. Seorang aktor pengganti bertopeng Joko Widodo memasuki panggung dan bersiap untuk dipenggal. Bersamaan dengan pemenggalan itu, Hima, salah satu koordinator aksi mengakhirinya dengan orasi penuntutan keadilan terhadap pemerintahan Jokowi. Menurutnya, aksi ini hadir sebagai simbol eksistensi gerakan rakyat yang mampu menumbangkan kekuasaan. “Pemenggalan ketidakadilan, pemenggalan bagi rezim yang tiran,” pungkasnya.
Penulis: Andreas Hanchel Parlindungan Sihombing, Titik Nurmalasari, Tuffahati Athallah
Penyunting: Ilham Maulana
Fotografer: Bayu Tirta Hanggara