“Apa yang buat kalian begitu nafsu untuk ikut komunitas? Seharusnya kalian selesaikan dulu Mechanical Exploration, baru bisa ikut komunitas,” ujar I Made Miasa, Sekretaris Prodi Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI), Fakultas Teknik UGM. Ujaran tersebut ia lontarkan dalam forum yang mendadak diadakan olehnya pada Senin (20-02) di salah satu ruang pertemuan DTMI. Melalui grup WhatsApp dan pengumuman Simaster, ia memanggil mahasiswa tahun pertama yang telah bergabung dalam komunitas lomba. Dalam hal ini, Made merujuk pada komunitas Bima Sakti, Semar, Arjuna, Gamantaray, GMRT, Gamaforce, dan Chem-E-Car.
Made mengatakan bahwa mahasiswa tahun pertama yang tergabung dalam komunitas lomba melanggar Peraturan tentang Kegiatan Mechanical Exploration (Ospek Jurusan Departemen Teknik Mesin) Nomor 1341404/UN1/FTK.3/TMI/KM.05.02/2022. Menurutnya, bergabung dalam komunitas lomba di tahun pertama menyebabkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mayoritas mahasiswa DTMI berantakan. “Saya sudah mewanti-wanti. Kalian belum ngapa-ngapain, nilainya sudah berantakan,” ucapnya dalam pertemuan tersebut. Padahal, menurut narasumber BALAIRUNG, mahasiswa angkatan 2022 yang bergabung dalam komunitas lomba hanya 13 orang.
Selain itu, panggilan kepada mahasiswa tahun pertama ini juga dilandasi oleh keluhan dari orang tua salah seorang mahasiswa DTMI. Menurut Made, terdapat laporan dari orang tua yang mengeluhkan anaknya pulang malam. Ia juga mengatakan bahwa keikutsertaan mahasiswa tahun pertama ke dalam komunitas hanya akan menjadi “pesuruh” dan membuat orang tua khawatir. “Ketika ada orang tua yang melapor, itu kami yang disalahkan,” ungkap Made.
Mendengar pernyataan Made, Ragum (bukan nama sebenarnya), salah seorang mahasiswa yang hadir dalam forum, mengatakan bahwa perihal pulang malam dan nilai IPK merupakan masalah personal dan dapat dikomunikasikan dengan orang tua. Ia kemudian menanyakan alasan Made menyalahkan komunitas lomba. Menolak protes Ragum, Made mengungkapkan bahwa aturan sudah ditetapkan dan tidak bisa diganggu-gugat. “You take it or leave it. Kita sudah mengonsep untuk penyesuaian kalian,” ucap Made.
Made kemudian mengungkapkan bahwa pihak departemen takut ada media luar yang menyebarkan kabar buruk tentang kegiatan Ospek Jurusan. Misal, kegiatan berlangsung terlalu malam, terjadi kekerasan, dan ada paksaan untuk ikut komunitas sehingga IPK-nya jelek. Selaras dengan Made, Adhika Widyaparaga, Sekretaris Departemen DTMI, juga mengungkapkan bahwa semestinya mahasiswa tahun pertama menerima keputusan DTMI. “Cuma tinggal beberapa bulan lagi. What the hell is so difficult about that?” ucapnya.
Sementara itu, Agung (bukan nama sebenarnya), salah satu anggota komunitas lomba, menanyakan, “Bagaimana dengan SK (Surat Keputusan) kami yang sudah disetujui oleh Ditmawa (Direktorat Kemahasiswaan), Pak?” Ia menjelaskan bahwa SK tersebut sudah diterbitkan dan menandakan keanggotaan resmi komunitas lomba oleh Ditmawa. Selain itu, komunitas lomba ini juga berdiri di bawah Ditmawa. Dengan demikian, menurut Agung, dirinya sudah boleh beroperasi walaupun masih tahun pertama.
Made kemudian menimpali pernyataan Agung dengan keras. “Ditmawa ga tahu, itu dari Prodi. Mereka ga mau tahu soal kebijakan kita, saya bisa ketemu sama mereka,” ucapnya. Ia kemudian mengatakan bahwa pilihan bagi mahasiswa tahun pertama adalah dinonaktifkan atau dikeluarkan dari komunitas lomba. Jika mahasiswa tahun pertama tetap bergabung dalam komunitas lomba, menurut Made, konsekuensinya akan digugurkan dalam kegiatan Mechanical Exploration.
Pengguguran tersebut, menurutnya, bukan tanpa sebab. Pasalnya, menurut Made, peraturan mengenai kegiatan Mechanical Exploration sifatnya sudah mutlak. Bagi yang melanggar kebijakan tersebut, telah tertuliskan beberapa konsekuensi. Pertama, tidak bisa mengikuti kegiatan yang dikelola atau dipanitiai oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Mesin, meliputi: asisten dosen, panitia seminar, panitia seminar Kerja Praktik, panitia lustrum, Kunjungan Industri. Kedua, tidak bisa ikut dalam tim-tim komunitas lomba yang melibatkan mahasiswa DTMI.
Namun, klausa tidak mengikuti kegiatan ini secara penuh dan bertanggung jawab, menurut Guman (bukan nama sebenarnya), salah seorang mahasiswa yang hadir dalam forum, multitafsir. Sebab, tidak ada larangan mengikuti komunitas lomba sebelum kegiatan Mechanical Exploration selesai. Lagi pula, menurutnya, mahasiswa tahun pertama yang bergabung dalam komunitas lomba akan menyelesaikan kegiatan tersebut. “Kami bahkan diwajibkan oleh senior di komunitas lomba untuk mengikuti kegiatan tersebut dan diperbolehkan izin dalam kegiatan komunitas lomba ketika bertabrakan dengan Mechanical Exploration,” ungkap Guman ketika diwawancarai oleh BALAIRUNG.
Selain itu, Guman mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui larangan mengikuti komunitas lomba di tahun pertama, sebagaimana dikatakan Made. Menurutnya, selama ini hanya berupa himbauan tidak mengikuti komunitas lomba di tahun pertama bukan larangan. Ia juga menjelaskan bahwa panitia Mechanical Exploration tidak melarang mengikuti komunitas lomba di tahun pertama. “Waktu angkatan 2020 dan 2021 tuh sudah ada anggota angkatan tahun pertama,” sambungnya.
Seturut dengan Guman, Agung menyatakan bahwa penafsiran kebijakan oleh departemen ini diikuti dengan ancaman kepada mahasiswa tahun pertama dan komunitas lomba. “Semua terkena imbasnya,” ujarnya. Komunitas lomba yang melibatkan angkatan pertama diancam tidak diberi bantuan dana oleh departemen. Selain itu, fasilitas komunitas lomba di bawah departemen akan dibekukan dan semua urusan surat-menyurat tidak dilayani.
Kemudian, klaim Made bahwa peraturan tersebut sudah disosialisasikan sedari awal, menurut Guman, tidak benar. Pasalnya, Made sendiri juga seorang pembimbing salah satu komunitas lomba. Namun, komunitas yang ia bimbing sendiri juga merekrut mahasiswa tahun pertama. “Menurutku, kami dipanggil hanya sebagai kambing hitam supaya waktu ketemu orang tua murid, kami yang disalahkan,” ucap Guman.
Bagi Guman, tergabung dalam komunitas lomba merupakan keinginannya sejak masuk jurusan Teknik Mesin. Ia ingin menjalani masa perkuliahan dengan kegiatan yang berskala internasional sekaligus sesuai dengan bidang ilmunya. Guman tidak rela apabila harus dikeluarkan dari tim. Menurutnya, proses tim masih panjang dan ketika dirinya keluar akan berpotensi mengganggu produktivitas tim secara menyeluruh. “Kalau ada yang sakit satu hari saja, produktivitas kami menurun,” pungkas Guman.
Penulis: Michelle Gabriela dan Vigo Joshua
Penyunting: Fauzi Ramadhan
Fotografer: Vigo Joshua