Kamis (12-8), sidang gugatan Masyarakat Wadas terhadap Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terkait pertambangan di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Purworejo, Jawa Tengah digelar. Masyarakat Wadas yang didampingi oleh LBH Yogyakarta mendatangi Pengadilan Tata Usaha Semarang untuk mengawal jalannya persidangan.Â
Selama Sidang berlangsung, Masyarakat Wadas yang berada di luar persidangan menggelar aksi diam, mujahadah, dan membagikan besek membagikan besek berisi hasil bumi Wadas ke masyarakat sekitar. Berdasarkan keterangan salah satu warga Wadas yang enggan sebutkan namanya, gelaran aksi ini dilakukan untuk membantu mengawal persidangan ini. “Mujahadah dilakukan untuk mendoakan dan mendukung sidang agar lancar dan gugatan kita terkabulkan”, Jelas salah satu warga Wadas yang enggan disebut namanya.
Selain itu, aksi-aksi yang digelar tersebut juga merupakan wujud implementasi dari kearifan lokal Desa Wadas. Berdasarkan keterangan dari masyarakat Wadas yang sedang melakukan aksi, mujahadah, membuat besek, dan bagi-bagi hasil bumi merupakan kebiasaan yang telah mereka lakukan di desa. Sementara itu, menurut warga Wadas tadi, aksi membuat besek merupakan perwujudan dari kebiasaan ibu-ibu warga desa wadas yang seringkali mengisi waktu luangnya dengan membuat besek. “Mujahadah, dan aksi-aksi lainnya sebenarnya merupakan kegiatan rutin yang sudah membudaya, sudah jadi hal yang rutin kami lakukan di wadas,” imbuh warga Wadas yang enggan disebut namanya.
Aksi bagi-bagi hasil bumi merupakan cerminan bahwa kehidupan masyarakat Desa Wadas telah mencapai kemakmuran, seperti yang diungkapkan oleh salah satu warga Desa Wadas yang enggan disebutkan namanya. “kita menggantungkan hidup, membiayai sekolah, sampai ada yang bisa naik haji juga itu dari hasil bumi, kalau mau ditambang kita mau makan apa, kami sudah sejahtera berdaulat dengan bertani,” jelas warga Wadas yang tidak mau disebut namanya.
Daniel, perwakilan LBH Yogyakarta, membenarkan pernyataan warga tersebut. Ia menilai bahwa aksi ini merupakan simbol kemakmuran masyarakat Desa Wadas. “kita buat besek bareng ibu-ibu terus bagi-bagi makanan, itukan bentuk syukur kita, ini lho hasil bumi wadas itu selama ini sudah mencukupi kita dan kita berlebih. Kemudian kita mencoba untuk berbagi lah meskipun sedikit ke orang-orang sekitar,” jelas Daniel.Â
Daniel kemudian menambahkan, aksi diam digelar untuk menyongsong perjuangan masyarakat desa wadas dalam persidangan, juga sebagai bentuk partisipasi masyarakat desa wadas dalam aksi kamisan. “Aksi diam ini kebetulan dilakukan pada hari kamis. Harapannya, aksi ini juga bisa menjadi bentuk partisipasi kami dalam aksi kamisan Semarang,” ungkap Daniel.
Adapun, aksi yang digelar ini merupakan inisiatif dari warga desa Wadas sendiri. Menurut keterangan dari Daniel, aksi yang digelar warga desa murni ide dan inisiatif dari warga wadas sendiri. “Inisiatif untuk melakukan aksi-aksi di PTUN itu memang dari warga,” imbuh Daniel.Â
Terakhir, Daniel memberikan pesan kepada seluruh masyarakat untuk tidak menutup mata terkait dengan kasus-kasus yang seperti halnya warga Wadas rasakan. “kita jangan tutup mata dengan persoalan warga, mungkin wadas ini isunya udah cukup viral ya, banyak isu-isu lain yang tidak tersentuh publik,” terang Daniel. Ia juga berharap bahwa rekan-rekan mahasiswa dan rekan-rekan yang bergerak di bidang sosial untuk tetap menyuarakan isu-isu sejenis.
Sejalan dengan keterangan tersebut, Nadir, salah satu warga Desa Wadas yang juga merupakan massa aksi, menerangkan bahwa sebagian besar yang terlibat dalam aksi ini adalah masyarakat wadas sendiri. “Kalau yang terlibat dalam aksi ini ya seluruh masyarakat Wadas yang menolak pertambangan,” ungkap Nadir.
Lebih lanjut, ia menambahkan aksi ini merupakan bentuk perlawanan masyarakat Wadas untuk menghindari konflik. “kita sudah membuat berbagai aksi, tetapi pemerintah tidak merespon. Akhirnya, kita memilih untuk melakukan aksi ini,” jelasnya
Selain itu, Nadir juga menambahkan bahwa selama ini alam Desa Wadas telah mampu menyejahterakan dan menghidupi warga desa nya secara cukup. Namun, sebagaimana diungkapkan Nadir, apabila proyek pertambangan ini tetap berlangsung, kesejahteraan dan kehidupan masyarakat Wadas pun akan terdampak. ”Kita sudah berkali-kali menyampaikan keberatan dengan berbagai cara. Tentunya, kita memohon supaya berbagai aksi kami direspons,” imbuhnya.
Reporter: Fauzi Ramadhan
Penulis: Abiyyu Genta Rijadianto
Penyunting: Bangkit Adhi Wiguna