Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Pos Teratas
Masyarakat Perlukan Kesadaran Kolektif untuk Menegakkan HAM
Tidak Ada “Perempuan” dalam Kongres Perempuan Nasional
Membedah Metode Jakarta, Strategi Amerika Membantai Kaum Progresif
Mahasiswa UGM Peringati September Hitam atas Sejarah yang...
Katakan Saja Kebijakan Agraria, Bukan Reforma Agraria
DPRD Kota Yogyakarta Menjamin PKL Malioboro Terlibat dalam...
Keblinger Kapitalisme Hijau
Memoar Memori Musik Populer Indonesia
Hidup Mati setelah Relokasi
Audiensi Tak Memberikan Solusi bagi PKL Malioboro

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARKILAS

Mengamati Peran Pancasila dan Paradigma Politik

Maret 13, 2014
©Yesika.bal

©Yesika.bal

Tak kurang dari satu bulan lagi rakyat  Indonesia akan menyelenggarakan pesta demokrasi, namun semarak menyambut Pemilihan Umum (Pemilu )seperti lima tahun sebelumnya belum terasa. Ini dikatakan  Sindung Tjahyadi, moderator seminar bertajuk “Filsafat Politik Indonesia  Untuk Pemilu yang Berkeadilan,” Selasa pagi (11/03). Menurut Sindung, keadaan yang adem ayem menjelang Pemilu mengindikasikan dua hal. “Mungkin masyarakat sudah mencapai kedewasaan dalam berpolitik atau sebaliknya, memilih sikap apatis,” bebernya.

Dilatarbelakangi hal tersebut, Laboratorium Filsafat Nusantara (Lafinus) menghelat seminar yang menghadirkan Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, Prof. Dr. Kaelan dan Drs. Achmad Charris Zubair sebagai pembicara di University Club UGM.  “Seminar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang filsafat politik kepada masyarakat yang akan menghadapi Pemilu. Karena proses ini akan menentukan nasib Indonesia, setidaknya lima tahun kedepan, maka kami ingin masyarakat mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang filsafat politik,” terang Reno Wikandaru, koordinator acara.

Mengawali seminar, Prof. Franz Magnis Suseno, pakar filsafat politik dan etika yang akrab disapa Romo Magnis mengatakan bahwa  Indonesia sedang menghadapi lima tantangan. Tantangan-tantangan itu adalah ambruknya toleransi, budaya konsumtif/hedonistik, merosotnya solidaritas, kekerasan atas nama agama dan korupsi yang merajalela.

Di tengah himpitan masalah-masalah yang tak ringan,  Romo Magnis masih melihat harapan untuk menuntaskan tantangan-tantangan itu dengan baik, yaitu dengan kembali mengamalkan Pancasila. “Kita diwarisi Pancasila oleh pendiri-pendiri bangsa yang luar biasa sebagai paradigma, tapi Pancasila tidak bisa berbuat apa-apa jika tidak diamalkan dan menjadikannya pedoman,” tutur Romo berapi-api.

Prof. Kaelan, pakar filsafat Pancasila sebagai pembicara kedua menyoroti proses demokrasi Indonesia yang dianggapnya melenceng dari Pancasila.  Menurut Prof. Kaelan musyawarah adalah mekanisme pengambilan keputusan yang diinginkan Pancasila, namun tidak dijalankan. “Jika sistem voting digunakan untuk menentukan bahasa nasional, maka kita tidak akan menggunakan bahasa Indonesia, tetapi bahasa Jawa karena paling banyak penuturnya,” jelasnya.  Profesor yang menjadi pakar filsafat di Lafinus ini pun menganggap demokrasi tidak dapat diartikan bahwa setiap orang memiliki satu suara. “Seharusnya kita tidak perlu mengadakan Pemilu untuk setiap strata kepemimpinan. Lha kita, dari pemilihan RT sampai lurah perlu memilih. Betapa banyak uang yang dihamburkan untuk pemilu?!  Ini namanya korupsi atas nama demokrasi!” ujar Prof. Kaelan.

Tidak seperti dua pembicara pertama yang membahas Pancasila, Drs. Achmad Charris Zubair, dosen fakultas Filsafat UGM yang biasa disapa Charris, mengangkat logika politik sebagai topik pembicaraan. Menurutnya, logika atau paradigma politik yang buruk adalah awal dari rangkaian kekacauan yang terjadi di negara ini. Maka dari itu masyarakat perlu memahami logika politik para calon pemimpin. “Cara mengetahui logika politik mereka adalah dengan melihat rekam jejaknya selama berkiprah di dunia politik,” jelas Charris. Ia mencontohkan banyaknya partai yang mencalonkan public figure yang belum memiliki rekam jejak hanya karena dianggap dapat mendongkrak perolehan suara partai tersebut. “Logika politik mereka tidak jalan!” simpulnya.

Meski dibenturkan pada realitas tidak menguntungkan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Romo Magnis menghimbau masyarakat untuk tetap ikut serta dalam pemilu. “Sistem mungkin saja buruk, tapi bukan berarti menjadi alasan untuk golput. Mari kita tetap memilih, setidaknya yang lebih baik dari calon-calon yang tidak baik,” gugahnya. [Erni Maria Angreini]

filsafatKaelanpancasilapemiluseminar
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Masyarakat Perlukan Kesadaran Kolektif untuk Menegakkan HAM

Membedah Metode Jakarta, Strategi Amerika Membantai Kaum Progresif

Mahasiswa UGM Peringati September Hitam atas Sejarah yang...

DPRD Kota Yogyakarta Menjamin PKL Malioboro Terlibat dalam...

Audiensi Tak Memberikan Solusi bagi PKL Malioboro

Pekerja Fisipol UGM Resmi Membentuk Serikat

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Masyarakat Perlukan Kesadaran Kolektif untuk Menegakkan HAM

    Oktober 2, 2023
  • Tidak Ada “Perempuan” dalam Kongres Perempuan Nasional

    September 30, 2023
  • Membedah Metode Jakarta, Strategi Amerika Membantai Kaum Progresif

    September 30, 2023
  • Mahasiswa UGM Peringati September Hitam atas Sejarah yang Kelam

    September 28, 2023
  • Katakan Saja Kebijakan Agraria, Bukan Reforma Agraria

    September 24, 2023

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Spesies Invasif

Polisi Virtual

Fasilitas Mahasiswa Penyandang Disabilitas di UGM Belum Maksimal

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM