Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Diskusi dan Perilisan Zine Maba Sangaji Basuara, Tilik...
Diskusi Buku dan Budaya, Soroti Peran Sastra Melawan...
Diskusi Di Balik Bendera Persatuan Ungkap Gerakan Antikolonial...
Mata Kekuasaan Mengintaimu
Wisnu Prasetya Utomo: Tantangan Pers Mahasiswa di Persimpangan...
Episode-Episode Perjalanan: Episode 2 dan Episode…
Monika Eviandaru: Reorientasi Pers Mahasiswa Dalam Neoliberalisasi Perguruan...
Episode-Episode Perjalanan
SANGKAR Ungkap Dugaan Salah Tangkap 14 Anak di...
Didik Supriyanto: Kebangkitan Gerakan Mahasiswa Menuju Reformasi

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARKILAS

Kekerasan Massa Warnai Revolusi Indonesia

Februari 15, 2014
©Aliftya.bal

©Aliftya.bal

“Kekerasan massa adalah bagian penting dari sejarah revolusi,” kata Dr. Abdul Wahid, Kamis (13/2). Ia menyampaikan hal tersebut dalam seminar bertema ‘Kekerasan Massa pada Masa Revolusi di Indonesia, 1945-1950’ di Fakultas Ilmu Budaya UGM. Ia kemudian menerangkan bahwa kekerasan massa berupa pemakaian kekuatan untuk membahayakan publik itu berkembang pesat pada masa revolusi.

Wahid menjelaskan bahwa maraknya kekerasan massa pada masa revolusi disebabkan oleh banyaknya konflik seperti peperangan. “Pada masa itu terjadi banyak peperangan, salah satunya perang antara Jepang dan Sekutu,” terangnya. Selain itu, proklamasi kemerdekaan dan pemberontakan para komunis juga turut membuat situasi politik Indonesia tidak stabil. Ia menyimpulkan, “Ketiga kejadian tersebut membuat kekerasan massa tidak terhindarkan.”

Pembicara dari KITLV Leiden, Dr. Harry Poeze, memaparkan bahwa secara umum kekerasan massa terdiri dari beberapa bentuk. Salah satunya adalah kekerasan internal. Ia menjelaskan bahwa kekerasan internal dilakukan rakyat untuk menggulingkan pemerintahannya sendiri. “Contoh pelaku kekerasan internal adalah Partai Komunis Indonesia (PKI),” rujuknya pada peristiwa G30S yang menelan banyak korban jiwa.

Selain kekerasan internal, menurut Wahid, bentuk lain dari kekerasan massa adalah kekerasan ‘bersiap’ di Pulau Jawa. Ia menerangkan bahwa kegiatan berupa teror dan pembunuhan yang dilakukan kelompok paramiliter Indonesia terhadap penduduk Eropa itu telah menelan ribuan korban jiwa. “Selain itu, terdapat puluhan ribu korban menghilang,” tambahnya.

Wahid melanjutkan bahwa kekerasan bersiap mirip dengan genosida. “Namun, genosida membutuhkan peran negara, sedangkan kekerasan bersiap tidak,” tambahnya. Ia menjelaskan bahwa genosida adalah pembantaian suatu suku bangsa atau kelompok. “Berdasarkan banyaknya jumlah korban, genosida dapat dikategorikan sebagai kekerasan massa,” pungkasnya.

Pembahasan mengenai kekerasan massa memancing komentar dari peserta seminar. “Kekerasan massa merupakan topik yang unik dan segar,” kata Iqbal Rizaldin, mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah 2009. Ia berharap agar wawasan dari seminar tersebut tak hanya diserap oleh kalangan akademisi, tetapi juga masyarakat umum. [Ratu Pandan Wangi, Budi Triwibowo Yuli Widhiyato]

 

 

fibIndonesiakekerasan massarevolusisejarah
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Diskusi dan Perilisan Zine Maba Sangaji Basuara, Tilik...

Diskusi Buku dan Budaya, Soroti Peran Sastra Melawan...

Diskusi Di Balik Bendera Persatuan Ungkap Gerakan Antikolonial...

SANGKAR Ungkap Dugaan Salah Tangkap 14 Anak di...

Perlawanan Warga Kampung Laut Atas Penggusuran Lahan Lapas...

Program MBG Timbulkan Keracunan Massal, Ibu-Ibu Gelar Aksi

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Diskusi dan Perilisan Zine Maba Sangaji Basuara, Tilik Perlawanan Warga Maba Sangaji

    November 4, 2025
  • Diskusi Buku dan Budaya, Soroti Peran Sastra Melawan Dehumanisasi

    November 2, 2025
  • Diskusi Di Balik Bendera Persatuan Ungkap Gerakan Antikolonial Perhimpunan Indonesia

    Oktober 28, 2025
  • Mata Kekuasaan Mengintaimu

    Oktober 27, 2025
  • Wisnu Prasetya Utomo: Tantangan Pers Mahasiswa di Persimpangan Jalan

    Oktober 25, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM