Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Mata Kekuasaan Mengintaimu
Wisnu Prasetya Utomo: Tantangan Pers Mahasiswa di Persimpangan...
Episode-Episode Perjalanan: Episode 2 dan Episode…
Monika Eviandaru: Reorientasi Pers Mahasiswa Dalam Neoliberalisasi Perguruan...
Episode-Episode Perjalanan
SANGKAR Ungkap Dugaan Salah Tangkap 14 Anak di...
Didik Supriyanto: Kebangkitan Gerakan Mahasiswa Menuju Reformasi
Abdulhamid Dipopramono: Jejak dan Orientasi Awal BPPM Balairung
Perlawanan Warga Kampung Laut Atas Penggusuran Lahan Lapas...
Program MBG Timbulkan Keracunan Massal, Ibu-Ibu Gelar Aksi

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARKILAS

Wujudkan Kedaulatan Pangan Lewat Pertanian Terpadu

Februari 18, 2013
© istimewa

© istimewa

“Jihad jangan hanya dimaknai negatif atau diasosiasikan dengan teroris, karena mewujudkan kedaulatan pangan pun berarti jihad,” ujar Prof. Dr. Ali Agus, DEA, DAA,  Dekan Fakultas Peternakan UGM. Hal itu ia sampaikan dalam Seminar bertajuk Integrated Farming in Achieving Food Sovereignty pada Sabtu (16/2). Seminar ini bertempat di Auditorium Fakultas Teknologi Pertanian UGM dan dihadiri sekitar 200 peserta. Tujuannya adalah agar mahasiswa sadar akan konsep kedaulatan pangan. Seminar ini merupakan salah satu rangkaian acara Kongres Nasional ke-18 International Association of Student in Agricultural and Related Sciences (IAAS) Indonesia.

Komite lokal IAAS Universitas Gadjah Mada mengangkat tema integrated farming atau pertanian terpadu karena dinilai sebagai sektor penting dalam mewujudkan kedaulatan pangan. Konsep pertanian terpadu tidak terbatas pada bercocok tanam, tapi juga dapat diaplikasikan pada bidang peternakan. Melalui pertanian terpadu, hasil pertanian dimanfaatkan secara optimal hingga tidak ada komoditi yang terbuang. Pengelolaan pertanian terpadu tidak hanya menghasilkan satu jenis komoditi, namun juga produk sampingan lain. “Bahkan limbah pertanian pun dapat dimanfaatkan untuk kepentingan petani,” ujar Prof. Agus. Ia mencontohkan, air seni dan kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk sedangkan tulangnya diolah menjadi tepung. Optimalisasi sektor pertanian inilah yang akan mendorong lahirnya kedaulatan pangan.

Prof. Agus mengungkapkan bahwa mewujudkan kedaulatan pangan melalui pertanian terpadu tidak akan ada tanpa pendampingan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan tenaga ahli yang bersedia ditempatkan di daerah-daerah untuk mendampingi petani. “Kita hanya pintar perencanaan, tapi enggan berjihad langsung di lapangan. Silahkan menjadi kelompok mujahid pangan Indonesia, pelaku dan pejuang pangan,” tuturnya.

Usaha pertanian terpadu telah dilakukan oleh Adhita Sri Prabakusuma, S.P., pengusaha muda Agribisnis yang merupakan pembicara dalam seminar ini. Adhita merangkul petani di Gunung Kidul untuk membudidayakan lele. Selain menjual lele segar, kelompok taninya juga mengolah lele menjadi produk lain. “Kulit lele kami jadikan kerupuk, dagingnya diolah menjadi abon dan kepalanya juga dimanfaatkan sebagai pakan indukan,” tutur  Adhita.

Pelaksanaan pertanian terpadu tidak lepas dari kendala dan tantangan, seperti diungkapkan oleh Siti Aminah, salah satu peserta sekaligus pengusaha pertanian terpadu. Mahasiswa S1 Kedokteran Hewan ‘09 ini memberdayakan kelompok tani Desa Giri Mulyo untuk menanam sayuran organik. ”Kendala yang kami hadapi adalah persoalan distribusi dan marketing serta produksi yang belum dapat dilakukan secara massal,” terang mahasiswa yang akrab disapa Ami ini. Walaupun demikian, Ami mengatakan bahwa ia tetap optimis dengan konsep pertanian terpadu. “Saya harap petani Indonesia kedepannya bisa makmur melalui pertanian terpadu,” tuturnya. [Krisnia Rahmadany]

0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

SANGKAR Ungkap Dugaan Salah Tangkap 14 Anak di...

Perlawanan Warga Kampung Laut Atas Penggusuran Lahan Lapas...

Program MBG Timbulkan Keracunan Massal, Ibu-Ibu Gelar Aksi

Diskusi Film DEMO(k)RAS(i) Ungkap Ketidakadilan Iklim oleh Pemerintah

BARA ADIL Lakukan Siaran Pers, Ungkap Catatan Penangkapan...

Solidaritas Warga Warnai Aksi Jogja Memanggil

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Mata Kekuasaan Mengintaimu

    Oktober 27, 2025
  • Wisnu Prasetya Utomo: Tantangan Pers Mahasiswa di Persimpangan Jalan

    Oktober 25, 2025
  • Episode-Episode Perjalanan: Episode 2 dan Episode…

    Oktober 23, 2025
  • Monika Eviandaru: Reorientasi Pers Mahasiswa Dalam Neoliberalisasi Perguruan Tinggi dan Pasca-Reformasi 1998

    Oktober 20, 2025
  • Episode-Episode Perjalanan

    Oktober 16, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM