Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...
Kapan KKN Harus Dihapus?
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...
Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
ANALEKTABINGKAIKABAR

[Potret Story] Mantenan Agung : The Royal Wedding ala Yogyakarta

Oktober 21, 2011

Selasa (18/10), merupakan hari berbahagia bagi Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara dan Kanjeng Pangeran Harya (KPH) Yudhanegara yang baru saja menjadi sepasang suami-istri. Kebahagiaan ini juga disambut meriah oleh masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. Ribuan orang memadati jalan Malioboro sampai alun-alun utara Keraton. Mereka rela berdesak-desakan demi melihat kirab sepasang pengantin yang diarak dari Keraton menuju Kepatihan Yogyakarta. Kemeriahan yang berlangsung sepanjang sore ini berhasil menarik perhatian masyarakat baik nasional maupun internasional. Beberapa pertunjukkan

 

Mantenan Agung  The Royal Wedding ala Yogyakarta b

Sekitar 200 angkringan disiapkan sebagai hidangan gratis untuk masyarakat yang  menyaksikan kirab. Namun, hidangan tersebut belum boleh dimakan sebelum pengantin keluar dari Keraton dan tiba di Kepatihan. Saat hidangan telah digelar di Kepatihan, hidangan dari angkringan-angkringan juga akan turut dibuka. Sehingga keluarga Sultan dan semua rakyat yang hadir menikmati hidangan pada waktu bersamaan.

 

Mantenan Agung  The Royal Wedding ala Yogyakarta c

Pria tinggi ini merupakan salah satu pemain pertunjukan kesenian Reog Topeng Ireng dari Boyolali. Berdiri di atas egrang dan membawa tongkat dengan panjang sekitar dua meter, pria ini menarik perhatian ribuan penonton. Pertunjukkan tersebut merupakan bagian dari iring-iringan pengantin di sepanjang jalan Malioboro sesaat sebelum kirab dimulai.

 

Mantenan Agung  The Royal Wedding ala Yogyakarta d

Tak mau kalah dari Reog Topeng Ireng milik Boyolali, pelajar-pelajar dari Nusa Tenggara Timur (NTT) juga turut memeriahkan suasana dengan menampilkan tarian khas daerah. Selain dari NTT dan Boyolali, iring-iringan pengantin juga dimeriahkan oleh beberapa pertunjukkan dari daerah-daerah lain.

 

Mantenan Agung  The Royal Wedding ala Yogyakarta e

Beberapa masyarakat, terutama ibu-ibu paruh baya, jatuh pingsan dan harus dilarikan ke unit kesehatan terdekat akibat berdesak-desakan. Meski begitu, ribuan masyarakat lain tetap saja gigih berdesakan demi melihat pasangan pengantin Kesultanan.

 

Mantenan Agung  The Royal Wedding ala Yogyakarta f

Penari Bedhaya Manten laki-laki menunggang kuda menuju bangsal kepatihan. Kuda-kuda yang terlihat gagah ini juga melambangkan kejantanan.

 

Mantenan Agung  The Royal Wedding ala Yogyakarta g

Berbeda dengan para penari Bedhaya Manten laki-laki, para penari Bedhaya Manten perempuan menaiki kereta kencana menuju bangsal kepatihan.

 

Mantenan Agung  The Royal Wedding ala Yogyakarta h

Para prajurit Wirabradja berbaris rapi di belakang prajurit Lombok Abang. Terdapat lebih dari seratus prajurit yang turut mengawal kirab.

 

Mantenan Agung  The Royal Wedding ala Yogyakarta i

Akhirnya, pada pukul 16.50, kereta pengantin keluar dari Keraton dan mulai berjalan perlahan menuju Kepatihan. KPH Yudhanegara, melambaikan tangan kepada masyarakat yang sudah menantikan  pasangan pengantin ini. Adat yang dipakai dalam perayaan ini memang berbeda dengan pernikahan kedua putri Sri Sultan sebelumnya yang memakai kirab Mubeng Beteng. Pada pernikahan GKR Bendara ini, kirab tidak mengelilingi benteng Keraton, melainkan diarak menyusuri jalan dari Keraton menuju Kepatihan. Adat semacam ini pernah dipraktikkan pada zaman Sultan Hamengkubowono VII.

 

Mantenan Agung  The Royal Wedding ala Yogyakarta j

Kedua mempelai tak henti memancarkan senyum kebahagiaan dari atas kereta sepanjang jalan menuju kepatihan. Di belakang kereta kuda mempelai, lima kereta kuda lain yang mengangkut para kerabat dekat mempelai berjalan menyusul.

 

Mantenan Agung  The Royal Wedding ala Yogyakarta k

Para penari menampilkan tarian Bedhaya Manten dihadapan kedua mempelai di Balai Kepatihan Yogyakarta. Tarian Bedhaya Manten merupakan hasil karya Sultan HB IX dan simbol perjalanan cinta sepasang kekasih sejak kecil hingga ke pelaminan. Tarian ini diiringi permainan dua paken gamelan keraton yang memang khusus digunakan untuk tarian gaya Yogyakarta.

 

Mantenan Agung  The Royal Wedding ala Yogyakarta l

Suasana malam hari di Balai Kepatihan saat resepsi sedang berlangsung. Resepsi pernikahan dihadiri oleh ratusan pejabat dan empat puluh raja-raja dari seluruh nusantara. Prosesi resepsi yang dilangsungkan di Kepatihan ini pun mengikuti adat pelaminan pada masa Sultan HB VII. [Sonia Fatmarani]

Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendarajalan MalioboroKanjeng Pangeran Harya (KPH) Yudhanegaraputri keratonRoyal WeddingSultan HB IX danThe Royal Wedding ala Yogyakartayogyakarta
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

Rintih Dara

Antara Stigma dan Setara

Tak Kasat Makna

Anggaran Tersedot Misterius (ATM)

Berebut Gunungkidul

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau

    Juni 12, 2025
  • Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang

    Juni 4, 2025
  • Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran HAM

    Juni 3, 2025
  • Mitos Terorisme Lingkungan

    Mei 25, 2025
  • Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan Mahasiswa

    Mei 24, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM