Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Pos Teratas
Masyarakat Perlukan Kesadaran Kolektif untuk Menegakkan HAM
Tidak Ada “Perempuan” dalam Kongres Perempuan Nasional
Membedah Metode Jakarta, Strategi Amerika Membantai Kaum Progresif
Mahasiswa UGM Peringati September Hitam atas Sejarah yang...
Katakan Saja Kebijakan Agraria, Bukan Reforma Agraria
DPRD Kota Yogyakarta Menjamin PKL Malioboro Terlibat dalam...
Keblinger Kapitalisme Hijau
Memoar Memori Musik Populer Indonesia
Hidup Mati setelah Relokasi
Audiensi Tak Memberikan Solusi bagi PKL Malioboro

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARKILAS

Jauh-Jauh ke UGM Jadi Penjaga Sepeda

Mei 21, 2011

Rabu(18/5) sore, perwakilan berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa(BEM KM), dan Forum Komunikasi (Forkom) UGM berkumpul di kafetaria Gelanggang Mahasiswa UGM. Mereka menghadiri acara diskusi tentang proyek sepeda biru yang diselenggarakan Koperasi Mahasiswa (KOPMA) UGM.Dalam acara bertajuk Obrolan Santai tersebut,  hadir Imam Bustomi (pegiat KOPMA) dan Azhar (pegiat BEM KM) sebagai narasumber.

Proyek sepeda biru merupakan salah satu upaya pihak rektorat UGM untuk mewujudkan kawasan kampus educopolis. Sebelumnya pihak rektorat juga  pernah mengeluarkan program serupa yang diberi nama sepeda hijau. Namun, beberapa masalah pengelolaan seperti sepeda yang hilang dan dijual oleh oknum-oknum tertentu membuat program ini tidak berjalan mulus. Akhirnya, pada 2011, pihak rektorat kembali membuat program serupa (baca: https://www.balairungpress.com/2011/04/sepeda-baru-di-kampus-biru-2/).

Dalam diskusi tersebut, dibahas beberapa kebijakan rektorat seputar proyek sepeda biru. Selain masalah titik-titik stasiun sepeda, hal yang cukup menyita perhatian adalah rencana pihak rektorat untuk menutup sebagian ruas jalan dan mempekerjakan mahasiswa sebagai penjaga stasiun sepeda.

Rencananya, guna mewujudkan kondisi lalu-lintas yang kondusif untuk bersepeda, beberapa ruas jalan di sekitar UGM akan ditutup. “Guna menghindari kecelakaan dalam penggunaan sepeda, rencananya pihak rektorat akan menutup ruas Jalan Kaliurang (Jakal) dan sekitarnya yang mengelilingi wilayah UGM,” tutur Atina, ketua Forkom UGM. Hal tersebut ditanggapi serius oleh peserta diskusi. Pasalnya, tindakan tersebut dapat menyebabkan kemacetan dan membuat warga dari Jakal yang ingin menuju Jalan Gejayan terpaksa mengambil jalan memutar.

Selain itu, rencana pihak rektorat untuk mempekerjakan mahasiswa sebagai penjaga shelterjuga mendapat perhatian. Menurut Bustomi, pihak rektorat berencana memberikan pekerjaan paruh waktu sebagai penjaga stasiun sepeda. Per jamnya mahasiswa akan dibayar empat ribu rupiah. Sehingga, dalam satu shift yang terdiri dari empat jam, mahasiswa bisa mendapat enam belas ribu rupiah. “Mungkin saja pihak rektorat ingin menanamkan jiwa enterpreneurkepada mahasiswa,” ujarnya. Selain itu, menurutnya, hal tersebut juga ditujukan untuk melibatkan mahasiswa dalam kebijakan kampus.

Hal tersebut dikritisi oleh Azhar. Menurutnya, rencana tersebut tidak bijak. Sangat naif apabila mahasiswa-mahasiswa cerdas yang berhasil diterima di UGM dipekerjakan sebagai penjaga stasiun sepeda. “Jiwa enterpreneur seperti apa yang ingin diajarkan dengan menjadi penjaga stasiun sepeda?” tandasnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, rencana mempekerjakan mahasiswa sebagai penjaga stasiun sepeda perlu dipertanyakan. Mahasiswa yang diterima di UGM adalah mahasiswa cerdas, disayangkan jika hanya dilibatkan dalam urusan teknis.  “Kan kasihan kalau jauh-jauh ke UGM dari kampung halaman hanya menjadi penjaga sepeda,” pungkasnya. [Ibnu]

0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Masyarakat Perlukan Kesadaran Kolektif untuk Menegakkan HAM

Membedah Metode Jakarta, Strategi Amerika Membantai Kaum Progresif

Mahasiswa UGM Peringati September Hitam atas Sejarah yang...

DPRD Kota Yogyakarta Menjamin PKL Malioboro Terlibat dalam...

Audiensi Tak Memberikan Solusi bagi PKL Malioboro

Pekerja Fisipol UGM Resmi Membentuk Serikat

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Masyarakat Perlukan Kesadaran Kolektif untuk Menegakkan HAM

    Oktober 2, 2023
  • Tidak Ada “Perempuan” dalam Kongres Perempuan Nasional

    September 30, 2023
  • Membedah Metode Jakarta, Strategi Amerika Membantai Kaum Progresif

    September 30, 2023
  • Mahasiswa UGM Peringati September Hitam atas Sejarah yang Kelam

    September 28, 2023
  • Katakan Saja Kebijakan Agraria, Bukan Reforma Agraria

    September 24, 2023

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Spesies Invasif

Polisi Virtual

Fasilitas Mahasiswa Penyandang Disabilitas di UGM Belum Maksimal

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM