Memasuki era digital, perpustakaan pun tak luput dari arus digitalisasi. Buku-buku mulai diubah dalam bentuk digital sebab lebih menghemat ruang dan biaya perawatan.
Namun, urusan perpustakaan belum bisa dianggap rampung dengan selesainya urusan penyediaan buku. Sepinya pengunjung tetap menjadi problem klasik perpustakaan. Fenomena ini pula yang melanda perpustakaan digital (e library) UGM.
Fasilitas e library UGM yang ada sejak 2004 ini menyediakan e book dan e journal lebih dari 24 database. Berdasarkan data statistik Ebscohost Singapura, pengguna fasilitas e journal UGM menduduki peringkat pertama diantara 2.800 universitas yang ada di Indonesia. Pada 2010, akses e journal UGM mencapai 1.348.507 klik. Artinya, 88% pengguna e journal di Indonesia berasal dari UGM.
Angka statistik itu mungkin saja menimbulkan optimisme. Fasilitas e library yang disediakan UGM memang mangkus. Untuk mengonfirmasi data tersebut, Balairungpress.com kemudian mengadakan polling pada 14-30 April 2011. Polling ini berhasil menjaring 101 suara. Pertanyaan yang diajukan adalah: “Apakah Anda pernah mengakses fasilitas e library yang disediakan oleh UGM?”.
Hasil dari non probability sampling ini lumayan mengejutkan. Sebanyak 69 suara (74,26%)menjawab belum pernah mengakses e library. Hanya 25 suara (25,74%) yang menyatakan pernah mengakses. Singkatnya, lebih banyak responden yang tidak pernah menggunakan fasilitas e library.
Hasil polling ini tidak dimaksudkan untuk mewakili seluruh mahasiswa UGM. Tapi, temuan ini setidaknya memperlihatkan sisi lain dari euforia kebanggaan UGM terhadap keberhasilan proyek perpustakaan digitalnya.
UGM semestinya melakukan otokritik, apakah fasilitas ini memang benar-benar tepat sasaran. Jangan-jangan data statistik yang begitu mewah itu, tidak mewakili seluruh sivitas akademikaUGM. Perpustakaan digital yang diklaim menarik banyak pengunjung, bisa jadi hanya didatangi segelintir orang yang mengunduh e journal dan e book ratusan kali. [Nafi]