Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Monika Eviandaru: Reorientasi Pers Mahasiswa Dalam Neoliberalisasi Perguruan...
Episode-Episode Perjalanan
SANGKAR Ungkap Dugaan Salah Tangkap 14 Anak di...
Didik Supriyanto: Kebangkitan Gerakan Mahasiswa Menuju Reformasi
Abdulhamid Dipopramono: Jejak dan Orientasi Awal BPPM Balairung
Perlawanan Warga Kampung Laut Atas Penggusuran Lahan Lapas...
Program MBG Timbulkan Keracunan Massal, Ibu-Ibu Gelar Aksi
Ruang-Ruang Untuk Kami dan Puisi-Puisi Lainnya
Diskusi Film DEMO(k)RAS(i) Ungkap Ketidakadilan Iklim oleh Pemerintah
BARA ADIL Lakukan Siaran Pers, Ungkap Catatan Penangkapan...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARKILAS

Menuju Toleransi yang Aktif

Desember 25, 2013
© agung

© agung

“Sikap bertoleransi kita saat ini masih pasif,” ujar Tata Khoiriyah dalam diskusi rutin yang diadakan MAP Corner-Klub MKP, Selasa (24/12). Diskusi kali ini bertemakan “Deklarasi Pecinta Sunnah: Campur Tangan Pemerintah dalam Kebebasan Berkeyakinan?”. Acara ini berlangsung mulai pukul 16.00 WIB dan bertempat di Lobi Magister Administrasi Publik (MAP).

“Seharusnya kita berperan lebih aktif dengan cara koeksistensi,” lanjut Tata kembali. Aktivis Jaringan Gusdurian Yogyakarta ini menerangkan, koeksistensi ialah sikap mengenal, memahami, dan mau hidup bersama. Sedangkan toleransi menurutnya hanya sekadar sikap tidak saling mengganggu tanpa mau mengenal.

Koeksistensi perlu di saat masifnya wacana intoleran yang bergulir. “Soalnya gagasan intoleran mendapat perhatian lewat pemberitaan di media,” terang Tata yang menjadi pemateri diskusi kali ini. Contohnya, beberapa minggu lalu ada diskusi yang kontra terhadap aliran Syiah di Masjid Kampus (Maskam) UGM. “Jangan-jangan karena kita tidak ingin memahami Syiah maka muncul sikap seperti itu,” ujarnya. Lebih lanjut, menurutnya sikap Majelis Ulama Indonesia (MUI) selama ini selalu menyulut konflik. Hal ini dikarenakan MUI seolah menjadi satu-satunya  lembaga yang punya otoritas untuk menafsirkan Islam.

Pemateri lainnya, Iqbal Ahnaf memaparkan bahwa masifnya wacana intoleran tercermin dari tren isu bahaya aliran sesat di masyarakat saat ini. Hal tersebut memunculkan banyak kelompok yang merasa agama tengah berada dalam kondisi darurat dan terancam. Kelompok tersebut sering melakukan kesewenangan dengan dalih Penetapan Presiden No.1/PNPS/1965. Di salah satu pasalnya melarang penyimpangan pokok-pokok ajaran agama. “Namun, tidak diterangkan definisi dari pokok-pokok ajaran agama tersebut. Akibatnya, banyak interpretasi yang timbul,” terang peneliti Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) ini. Menurutnya, negara berhenti pada tahap pembuatan peraturan dan tidak mampu menjawab persoalan sosialnya.

Untuk itu, perlu kontrol dari pihak masyarakat sendiri untuk meredakan ketakutan akan isu bahaya aliran sesat. Selain juga, agar membantu pemahaman tentangnya. “Salah satunya lewat diskusi di kampus seperti ini merupakan bagian dari kontrol dari civil society,” tukas Iqbal. Pertemuan berbagai perspektif akan memunculkan pemahaman yang tidak tendensius. Seperti yang diharapkan peserta diskusi Ahmad Shalahuddin, “Isu-isu seperti ini memang sensitif. Karena itu diskusi seperti ini harus gencar dilakukan sebagai bentuk kontrol civil society,” tanggapnya. [Agung Hidayat]

diskusi publikfisipolKlub MKPMAP cornerpluralismePluralitastoleransi
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

SANGKAR Ungkap Dugaan Salah Tangkap 14 Anak di...

Perlawanan Warga Kampung Laut Atas Penggusuran Lahan Lapas...

Program MBG Timbulkan Keracunan Massal, Ibu-Ibu Gelar Aksi

Diskusi Film DEMO(k)RAS(i) Ungkap Ketidakadilan Iklim oleh Pemerintah

BARA ADIL Lakukan Siaran Pers, Ungkap Catatan Penangkapan...

Solidaritas Warga Warnai Aksi Jogja Memanggil

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Monika Eviandaru: Reorientasi Pers Mahasiswa Dalam Neoliberalisasi Perguruan Tinggi dan Pasca-Reformasi 1998

    Oktober 20, 2025
  • Episode-Episode Perjalanan

    Oktober 16, 2025
  • SANGKAR Ungkap Dugaan Salah Tangkap 14 Anak di Magelang

    Oktober 12, 2025
  • Didik Supriyanto: Kebangkitan Gerakan Mahasiswa Menuju Reformasi

    Oktober 12, 2025
  • Abdulhamid Dipopramono: Jejak dan Orientasi Awal BPPM Balairung

    Oktober 8, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM