Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...
Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir
SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan
Jejak Trauma Kolektif Korban Kekerasan Orde Baru dalam...
Jurnalis Perempuan Selalu Rasakan Ketimpangan dan Kekerasan
Zine Media Perlawanan Alternatif Perempuan di Tengah Perayaan...
Proyek Kapitalisasi Kegilaan
Kelakar UGM, KKN Tak Boleh Kelar

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARKILASMagang

Mendobrak Stereotip Gender melalui Revolusi Kepemimpinan Perempuan

Oktober 29, 2020

©Winda/Bal

Senin (26-10), BEM Fakultas Hukum Universitas Pattimura yang bekerja sama dengan Everidea Education menyelenggarakan seminar daring yang bertajuk “A New Era: Women and Leadership”. Seminar ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Marsya Nurmaranti, Direktur Eksekutif Indorelawan; Tita Djumaryo, Pendiri Ganara Mariberbagi Seni; Dian Onno Wulandari, Co-Founder Instellar dan Womenwill Lead Google Business Group Jakarta. Jalannya seminar dipandu oleh Revency Vania Rugebregt, Dosen Fakultas Hukum Universitas Pattimura. Seminar yang dihadiri oleh lebih dari tiga ratus orang ini membahas tentang kepemimpinan perempuan dalam melawan stereotip gender di Indonesia.

Adanya stereotip gender di Indonesia menyebabkan kedudukan perempuan dipandang lebih rendah daripada pria. Stereotip ini memunculkan istilah glass ceiling, yaitu fenomena sosial ketika perempuan mengalami hambatan tak kasat mata untuk berkarier. Hambatan ini juga dapat terjadi karena adanya prasangka, bias, ataupun societal barrier yang berkembang di masyarakat. Societal barrier didefinisikan sebagai kondisi dalam lingkungan yang menghambat potensi seseorang sehingga menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi seseorang. Oleh karena itu, para narasumber berusaha menghilangkan fenomena glass ceiling dan hambatan lainnya untuk membuktikan bahwa perempuan juga bisa memimpin dan berkarya.

Sebagai pembuka, Marsya memberikan contoh mengenai stereotip gender yang ada. Menurutnya, perempuan yang ambisius sering kali dianggap aneh dan tabu di lingkungan kerjanya. Stereotip tersebut memunculkan istilah impostor syndrome, yaitu sindrom penyemu yang mengakibatkan gangguan ketidakpercayaan diri ketika memimpin suatu kelompok. Fenomena ini menjadi tantangan bagi kita semua untuk dapat mematahkan bias gender dalam dunia profesionalitas.

Selain sindrom penyemu, seringkali perempuan dihadapkan dengan stereotip yang memandangnya sebagai makhluk yang lemah dan emosional dalam memimpin. Kombinasi kedua pengaruh tersebut dapat mengganggu kualitas perempuan dalam memimpin. “Padahal, perempuan memiliki kompetensi yang penting dalam memimpin, yaitu empati,” tutur Marsya. Dengan empati, pemimpin dapat memahami permasalahan anggotanya sehingga ia dapat memberikan dukungan yang berarti untuk meningkatkan kinerja anggotanya. Marsya menambahkan bahwa empati juga menjadi pembeda antara pemimpin yang baik dengan pemimpin yang buruk.

Dewasa ini, perempuan juga berperan aktif dalam bidang kewirausahaan. Pada 2016, International Finance Corporation menyatakan bahwa terdapat 30.600.000 perempuan yang berwirausaha di Indonesia. Angka tersebut merupakan angka tertinggi se-Asia Tenggara. Sayangnya, menurut data dari Angel Investment Network Indonesia pada tahun 2018, sejumlah 30.253.189 dari usaha tersebut merupakan jenis usaha mikro. Berdasarkan data tersebut, Dian menginterpretasikan bahwa kepemimpinan perempuan dalam skala perusahaan di Indonesia belum memiliki pengaruh yang signifikan.

Dian menyampaikan tiga tantangan utama yang harus dihadapi oleh perempuan Indonesia dalam berwirausaha. Pertama, minimnya akses pendidikan kewirausahaan oleh perempuan di beberapa daerah di Indonesia. Kedua, permasalahan pendanaan. Ketiga kurangnya kepercayaan diri untuk mendorong potensi berwirausaha. Dian juga mengatakan bahwa perempuan dapat memaksimalkan potensi kepemimpinannya apabila mendapat dukungan dari lingkungan sekitar. Senada dengan pernyataan Dian, Tita menambahkan bahwa keluarga memiliki peran besar dalam mengembangkan potensi perempuan. Bagi Tita, Ayahnya merupakan sumber inspirasi utamanya dalam berkesenian. “Sayangnya, seniman di Indonesia masih dipandang sebelah mata, terlebih lagi seniman perempuan,” jelas Tita. Oleh karena itu, pemahaman mengenai konsep kesetaraan harus ditanamkan untuk memberikan kesempatan pada perempuan agar dapat berekspresi sesuai potensinya. “Pada dasarnya, laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kapasitas yang sama dalam hal kepemimpinan dan berkarya,” pungkas Tita.

Terakhir, dalam rangka mengukuhkan peran perempuan, Dian dan Tita juga ikut andil dalam memberdayakan perempuan. Mereka mendorong perempuan untuk berkarya dengan mencanangkan berbagai program pelatihan dalam bidang wirausaha. Hal ini sejalan dengan usaha menghidupkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang dimiliki oleh perempuan di seluruh wilayah di Indonesia. Program pelatihan ini mencakup literasi digital, digital marketing, dan pengembangan keahlian. Adanya program-program tersebut diharapkan dapat membantu mendorong kepercayaan diri perempuan dalam menunjukkan eksistensinya di bidang wirausaha.

Penulis: Amarapallevi, Achmad Hanif Imaduddin, Zhafira Putri Salsabilla (Magang)
Penyunting: Syifa Hazimah H.A.
Fotografer: Winda Hapsari (Magang)

perempuanstereotip gender
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah

Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...

SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan

Jejak Trauma Kolektif Korban Kekerasan Orde Baru dalam...

Jurnalis Perempuan Selalu Rasakan Ketimpangan dan Kekerasan

Zine Media Perlawanan Alternatif Perempuan di Tengah Perayaan...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah

    Mei 4, 2025
  • Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau

    Mei 4, 2025
  • Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender dalam Sejarah Indonesia

    Mei 3, 2025
  • Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

    April 30, 2025
  • SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan

    April 28, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM