Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Perayaan dan Perlawanan Perempuan Mahardika di Panggung Merdeka...
Kampus Kelabu bagi Perempuan
Diskusi Proyek Penulisan Sejarah Resmi, Soroti Ketiadaan Peran...
Sisi Lain Makanan Tradisional dalam Buku Sepinggan Indonesia
Warga Pesisir Semarang dalam Getir Tata Kelola Air
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KILASREDAKSI

Kembalinya Wani dengan “Kau Berhasil jadi Peluru”

Juni 12, 2018

@Ananta/Bal

“Kita harus bekerja
Membahagiakan diri sendiri
Karena pada siapa lagi kita bergantung?
Kita bukan kaum latah
Dalam segala kesulitan
Kita harus bangkit
Kita harus bekerja
Karena bekerja adalah melawan”

Bait-bait dari puisi berjudul “Puisi untuk Ibu dan Adik” menjadi puisi pertama yang dibacakan di Jogja Village Inn, Jumat (08-06). Puisi itu langsung dibacakan oleh sang penulis, Fitri Nganthi Wani, pada acara peluncuran antologi berjudul “Kau Berhasil jadi Peluru”. Beberapa sastrawan dan penyair pun diundang, seperti Annisa Hertami, Fajar Merah, Gunawan Maryanto, Nindi Raras, Sekar Sari, dan Sisir Tanah. Penulis yang akrab dipanggil Wani ini kembali melahirkan antologi keduanya setelah buku pertama dengan judul “Selepas Bapakku Hilang” terbit 2009 lalu.

Antologi kedua ini merupakan kelanjutan kolaborasi dari Wani dengan Yulia Evica Bhara atau biasa dipanggil Eb. Kolaborasi tahun 2016 lalu terjadi saat Eb mempersiapkan film berjudul “Istirahatlah Kata-Kata”. “Tiga tahun lalu, Wani adalah narasumber kami, kini ia menjadi teman kolaborasi kami,” tutur sang produser film. Hasil dari kelanjutan kolaborasi itu berupa penerbitan buku kumpulan puisi Wani yang dibuat dari tahun tahun 2010 sampai tahun 2018.

Namun, pembukuan puisi ini bukanlah prioritas sang penulis. Kesibukan sehari-hari membuat wanita kelahiran Sola ini sempat melupakan mimpi untuk kembali menerbitkan sebuah buku.“Setelah penerbitan buku pertama pada tahun 2009, saya menjadi tidak fokus mungkin karena saya terlalu sibuk dengan realita,” ungkapnya.

Memiliki latar belakang sebagai anak dari Wiji Thukul, ia pun tahu dirinya akan tetap dikenal sebagai anaknya. Saling membagi profesi sastrawan, nama Wiji Thukul, seorang aktivis pro-demokrasi, akan terus membayanginya hingga penerbitan antologi kedua ini. Tanggapan positif diberikannya saat karyanya disebut-sebut sebagai jawaban dari kumpulan puisi sang ayah berjudul “Aku Ingin jadi Peluru”. “Memang ini jawaban darinya, kita semua tahu tentang itu jadi tidak perlu diungkit lagi,” jawab sang anak.

Ia mengungkapkan bahwa menulis menjadi terapi paling ampuh untuk pulih dari rasa rindu atas kehadiran sang ayah. Walaupun rindu itu tetap ada, kegiatan menulis tetap dijalaninya dan membawanya ke acara peluncuran buku ini. Bahkan, ia berani mengajak teman-teman penulis untuk tidak takut dalam menulis. “Dengan menulis, kita bisa tetap bangkit. Dengan menulis, kita bisa tetap pulih. Dengan menulis, kita bisa terus melawan,” deklarasi wanita berumur 29 tahun ini dengan tegas.

Menjawab kata-kata Wani, sejumlah sastrawan bergiliran membacakan beberapa puisi dalam antologinya. Salah satunya Annisa Hertami yang mengungkapkan bahwa kata-kata ayahanda Wani akan selalu abadi. “Kata-kata tidak pernah mati, begitu pula kata-kata dari ayahanda Wani yang akan selalu abadi menginsipirasi banyak orang,” tuturnya dilanjutkan dengan pembacaan puisi berjudul “Aku ingin Pencitraan, tapi Puisiku Tidak”.

Fajar Merah, adik laki-laki Wani, tidak ketinggalan dalam pembacaan puisi. Ia membacakan puisi yang menjadi judul besar antologi dari sang kakak diiringi petikan gitar. Sebelumnya, ia mengucapkan selamat dan rasa senang atas kembalinya sang kakak ke dunia tulis-menulis. “Selamat atas lahirnya anakmu, mbak, anak-anak rohanimu,” tutur sang adik.

Penulis : Amirah Syukraini
Penyunting    : Pungky Erfika Suci

anotologi puisifitri nganthi wanipeluncuran bukuwiji thukul
1
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Perayaan dan Perlawanan Perempuan Mahardika di Panggung Merdeka...

Diskusi Proyek Penulisan Sejarah Resmi, Soroti Ketiadaan Peran...

Sisi Lain Makanan Tradisional dalam Buku Sepinggan Indonesia

Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...

Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...

Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Perayaan dan Perlawanan Perempuan Mahardika di Panggung Merdeka 100%

    Agustus 18, 2025
  • Kampus Kelabu bagi Perempuan

    Agustus 9, 2025
  • Diskusi Proyek Penulisan Sejarah Resmi, Soroti Ketiadaan Peran Masyarakat

    Juli 21, 2025
  • Sisi Lain Makanan Tradisional dalam Buku Sepinggan Indonesia

    Juli 20, 2025
  • Warga Pesisir Semarang dalam Getir Tata Kelola Air

    Juni 30, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM