Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...
Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...
Kota Batik yang Tenggelam
Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal
Membumikan Ilmu Bumi
Kuasa Kolonial Atas Pangan Lokal
Anis Farikhatin: Guru Kesehatan Reproduksi Butuh Dukungan, Bukan...
Tangan Tak Terlihat di Balik Gerakan Rakyat
Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...
LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KILAS

Ambivalensi Pendayagunaan Energi Nuklir di Indonesia

Maret 9, 2016
©Istimewa

©Istimewa

“Kita jangan melihat energi nuklir dari satu sisi,” ucap Dr Ir. Lilo Sunaryo, Ketua Masyarakat Reksa Bumi Kudus yang menjadi pembicara dalam acara Talkshow Epsilon 2016. Acara ini berlangsung di Taman Budaya Yogyakarta pada hari Minggu (6/3). Menurut Abdul Rafi, ketua panitia Epsilon 2016, talkshow ini berfokus pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). “Tujuan acara ini bukan menunjukkan siapa yang pro dan kontra, tetapi menunjukkan kelebihan dan kekurangan energi nuklir,” ujarnya.

Acara bincang-bincang dimulai saat Ir. Suryantoro, M.T., Kepala Pusat Teknologi Limbah Radioaktif Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) mengungkapkan produksi listrik di Indonesia masih rendah. “Produksi listrik di Indonesia sebesar delapan ratus kilowatt per kapita, lebih rendah dibanding Thailand, Vietnam, dan Filipina,” ujarnya. Hal ini juga didukung dengan pernyataan Prof. Mudrajad Kuncoro, M.Soc.Sc., Ph.D., guru besar ilmu ekonomi UGM. Ia mengatakan bahwa terjadi kesenjangan antara konsumsi dan produksi listrik. “Konsumsi listrik di Indonesia meningkat 8,5 % per tahun, sedangkan produksi listrik sebesar 6,5 % per tahun,” ungkapnya. Akibatnya, hal itu menyebabkan terjadinya pemadaman bergilir di berbagai tempat.

Supaya produksi listrik meningkat, Dr. Ir. Yudi Utomo Imardjoko, M.Sc., Ph.D., Direktur Utama PT. Industri Nuklir Indonesia, menawarkan sebuah solusi. Solusi yang ditawarkan oleh dia adalah pembangunan PLTN. “Dengan menggunakan PLTN, biaya produksi listrik di Indonesia menjadi lebih murah, yaitu delapan rupiah per kilowattjam,” ujarnya.  Pembangunan PLTN juga tidak mendapat banyak pertentangan dari masyarakat. Menurut survey Batan, sebanyak 75.3% masyarakat Indonesia mendukung dibangunnya PLTN di Indonesia. Selaras dengan pernyataan tersebut, Elsa, salah satu peserta, mendukung pembangunan PLTN di Indonesia. “PLTN dibutuhkan karena kita membutuhkan energi baru dan terbarukan,” tuturnya.

Meskipun begitu, menurut Yudi, permasalahan yang dihadapi dalam mengelola PLTN adalah penanganan limbah. “Limbah PLTN tidak akan terurai selama seribu tahun, sementara tidak ada yang bisa menampungnya selama itu tanpa sedikit kebocoran,” ujarnya. Di sisi lain, menurut Lilo, masyarakat Indonesia juga tidak mempunyai budaya memelihara dengan baik. “WC di kantor Batan saja tidak terurus dengan baik, bagaimana mau mengurus reaktor?” ungkapnya.

Terlepas dari segala pandangan tersebut, William, salah satu peserta, mengatakan bahwa talkshow ini menambah wawasan. “Wawasan peserta semakin bertambah karena pembicara menyampaikan berbagai sudut pandang terhadap pembangunan PLTN,” ujarnya.  Abdi Naba Aziz, panitia Epsilon, berujar bahwa pemilihan pembicara tersebut memang bertujuan untuk menambah wawasan peserta. Harapan dari diadakannya acara ini, menurut Rafi, ialah agar masyarakat dapat menyikapi persoalan PLTN dengan lebih baik.  “Kita berharap masyarakat dapat menilai apa itu nuklir, apakah nuklir itu berguna, dan apakah PLTN harus dibangun,” pungkasnya. [Indrabayu Seloargo, Mahandra Raditya]

diskusiEnergiepsilonNuklirPLTNtalkshowterbarukan
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...

Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...

Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...

LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Diskusi dan Perilisan Zine Maba Sangaji Basuara, Tilik...

Diskusi Buku dan Budaya, Soroti Peran Sastra Melawan...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua Bukan Tanah Kosong

    November 24, 2025
  • Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam Sikapi Diskriminasi

    November 24, 2025
  • Kota Batik yang Tenggelam

    November 21, 2025
  • Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal

    November 21, 2025
  • Membumikan Ilmu Bumi

    November 21, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM