Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...
Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...
Kota Batik yang Tenggelam
Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal
Membumikan Ilmu Bumi
Kuasa Kolonial Atas Pangan Lokal
Anis Farikhatin: Guru Kesehatan Reproduksi Butuh Dukungan, Bukan...
Tangan Tak Terlihat di Balik Gerakan Rakyat
Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...
LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARKILAS

Kejujuran dalam Potret Sosial

Desember 2, 2012
dokumentasi panitia

dokumentasi panitia

Seorang pria menggoreskan spidol pada kertas putih yang ada di atas panggung. Tak lama kemudian, terlihat sosok SBY yang sedang berlinang air mata. “SBY sedang prihatin,” kata pembuat gambar, Muhammad Misrad. Kartunis yang akrab disapa Mice ini merupakan komikus tetap Harian Rakyat Merdeka dan pengisi rubrik Mice Cartoon di Kompas Minggu. Gambar SBY tersebut dibuat di tengah talkshow yang diadakan Badan Penerbitan Pers Mahasiswa (BPPM) Psikomedia Fakultas Psikologi pada Sabtu (1/12). Acara bertajuk “Kritik Sosial Lewat Media Kreatif” ini bertempat di Auditorium G-100 Fakultas Psikologi.

Mice mengawali talkshow dengan sedikit menuturkan tentang kondisi kartunis di Indonesia. “Manga bisa terjual 200.000 eksemplar sebulan. Kalau kartun kita, laku 11.000 per 6 bulan, itu sudah bagus sekali,” ujarnya. Menurutnya, hal tersebut membuat orang Indonesia belum banyak yang berani terjun di dunia kartun.

Kemudian, Mice menunjukkan beberapa karya yang telah dibuatnya. Misalnya karikatur Foke dan Jokowi yang menceburkan diri ke banjir Jakarta. “Mereka memperebutkan air kotor, kondisi kota yang berantakan,” katanya. Selain itu, ada juga beberapa karyanya yang tidak dimuat di media tempat ia bernaung. Ia mengaku bahwa ia tidak pernah bertanya mengenai karyanya yang ditolak dan memilih mempublishnya sendiri via facebook. “Masing-masing media itu punya kepentingan, kalau karya tidak dimuat, ya mungkin memang saat itu kepentingan media dan kartun tidak sejalan,” tuturnya.

Ketika disinggung soal teror yang mungkin ia alami sehubungan dengan karyanya yang dianggap satire, Mice mengaku belum mengalami teror yang berarti. Ia hanya sering mendapat komentar tidak enak melalui facebook. “Inilah kita, kadang kalau ada sedikit yang tidak sepaham, langsung dianggap musuh,” tuturnya. Mengenai kartun yang selama ini dibuat, ia menegaskan, bahwa yang ia lakukan adalah memotret keadaan yang terjadi. “Kalau ada yang merasa tersindir, mari tertawa bersama,” imbuhnya.

Selama ini, banyak yang menganggap karya Mice menginspirasi. Salah satufollowernya sempat berkomentar bahwa kartun yang ia buat bisa mengkritik keadaan tanpa menghina. “Kunci kritik itu adalah jangan marah berlebihan waktu mengkritik. Buat kartun itu untuk lucu-lucuan, soul itu akan mengalir dengan sendirinya,” ungkapnya. Pada akhir perbincangan, Mice berpesan, bahwa kritik sosial harus dilakukan dengan kritis, cerdas dan bertanggungjawab. “Bijaksanalah dalam mengkritik, kita tidak pernah tahu apa yang akan kita lakukan ketika berada dalam posisi yang dikritik,” terangnya.

Dila Rizkiana, Ketua Panitia, menerangkan, acara ini merupakan program tahunan yang dimiliki Psikomedia. Ia menambahkan, tema talkshow tahun ini dipilih karena ingin menunjukkan bahwa media dapat menyampaikan kritiknya melalui media visual, yaitu kartun. “Kartun adalah salah satu cara untuk menuangkan ide, kritik, atau potret fenomena sosial yang terjadi,” ujarnya. Menurut salah seorang peserta talkshow, Naufal Ikhwanuddin, Mice mengajarkannya untuk membubuhkan kejujuran dalam berkarya. “Rasanya seru bisa ketemu Mice nya langsung, semoga dia bisa terus berkarya,” tuturnya. [Shiane Anita Syarif]

0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...

Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...

Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...

LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Diskusi dan Perilisan Zine Maba Sangaji Basuara, Tilik...

Diskusi Buku dan Budaya, Soroti Peran Sastra Melawan...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua Bukan Tanah Kosong

    November 24, 2025
  • Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam Sikapi Diskriminasi

    November 24, 2025
  • Kota Batik yang Tenggelam

    November 21, 2025
  • Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal

    November 21, 2025
  • Membumikan Ilmu Bumi

    November 21, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM