Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Diskusi Proyek Penulisan Sejarah Resmi, Soroti Ketiadaan Peran...
Sisi Lain Makanan Tradisional dalam Buku Sepinggan Indonesia
Warga Pesisir Semarang dalam Getir Tata Kelola Air
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...
Kapan KKN Harus Dihapus?
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARKILAS

Jalan Sehat Serukan Pesan Anti Korupsi

September 3, 2015
©tya.bal

©tya.bal

Hentakan kaki anak-anak memecah kesunyian pagi pada Minggu (30/8). Hanya berselang belasan menit, lapangan Timpasko, RW 7 Kelurahan Purbayaan Kotagede dipadati anak-anak yang membawa slogan. “Sedikit banyak tetap saja namanya korupsi!” diakhiri dengan tiga tanda seru, kalimat itu mampu menyorot perhatian ibu-ibu dan bapak-bapak, warga setempat. “Menanamkan semangat anti korupsi memang seharusnya sejak dini seperti ini,”ujar Tri Raharjo, Ketua RT 29 setempat.

Keriuhan bertambah ketika mahasiswa Kuliah Kerja Nyata yang ditempatkan pada wilayah itu membagikan bendera kecil. Seakan tak mau kalah, bapak-bapak dan ibu-ibu melambai-lambaikan bendera yang dibagikan. Sebagai atribut jalan sehat yang diselenggarakan demi menutup perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, bendera itu  menyerukan pesan anti korupsi. “Merdeka itu bebas dari korupsi.,”ungkap Khoirul Umam Marjanto, Koordinator Mahasiswa Unit YK-01. Ia menambahkan, jalan sehat anti korupsi ini dieselenggarakan supaya Yogyakarta berhenti mendapat status darurat korupsi.

Selepas puluhan warga berkumpul, seorang lelaki meraih map merah yang ada di sisi pos kamling. Selaku ketua RW 7 ia melafalkan deklarasi melawan korupsi yang diikuti seluruh warga. Isi deklarasi tersebut menggambarkan keseriusan warga dalam memerangi korupsi. menurut Erwito, Ketua RW 7 ini korupsi adalah penyakit masyarakat. “Kita tidak bisa membasminya dengan instan. Perlu upaya-upaya sederhana seperti halnya acara hari ini, menanamkan nilai anti korupsi dari kalangan akar rumput,” tambahnya.

Tak berhenti sampai di situ, deklarasi perempuan anti korupsi juga dibacakan oleh seluruh kaum hawa yang hadir saat itu. Sambil menggenggam bendera kecil dan memasang pin kecil di dada yang bertuliskan ‘Saya Perempuan Anti Korupsi’,  mereka melafalkan deklarasi dengan sungguh-sungguh. mereka percaya bahwa peran wanita dalam keluarga sangat besar untuk memutus tali kejahatan korupsi. Herawati, salah seorang ibu menuturkan nilai anti korupsi dapat ditanamkan sejak dini untuk tidak berbohong. Tak hanya berurusan dengan penanaman nilai pada buah hatinya, peran wanita memang sangat besar. Ia berkata, “Perempuan memiliki peran yang penting. Sekarang perempuan sudah banyak yang bekerja, perannya setara dengan pria. Bahkan mengatur uang belanja keluarga pun harus dengan jujur.”

Usai mendeklarasikan pesan anti korupsi, seluruh warga tergabung dalam satu barisan. Mereka berbondong-bondong berjalan mengitari perkampungan. Nampak beberapa warga yang tadinya di dalam rumah, kemudian keluar untuk menyaksikan slogan-slogan yang dibawa anak-anak. Menurut Erwito hal ini membuktikan meski sederhana namun pesan anti korupsi telah sampai. Ia menjelaskan bahwa korupsi tak hanya berupa materil namun juga non-materil. Sikap pembiaran terhadap hal-hal yang salah akan membuat suatu kebiasaan. “Jangan sampai korupsi justru menjadi membudaya,” tandasnya.[Nuresti Tristya Astarina]

 

 

jogjaKorupsi
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Diskusi Proyek Penulisan Sejarah Resmi, Soroti Ketiadaan Peran...

Sisi Lain Makanan Tradisional dalam Buku Sepinggan Indonesia

Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...

Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...

Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah

Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Diskusi Proyek Penulisan Sejarah Resmi, Soroti Ketiadaan Peran Masyarakat

    Juli 21, 2025
  • Sisi Lain Makanan Tradisional dalam Buku Sepinggan Indonesia

    Juli 20, 2025
  • Warga Pesisir Semarang dalam Getir Tata Kelola Air

    Juni 30, 2025
  • Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau

    Juni 12, 2025
  • Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang

    Juni 4, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM