Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...
Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...
Kota Batik yang Tenggelam
Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal
Membumikan Ilmu Bumi
Kuasa Kolonial Atas Pangan Lokal
Anis Farikhatin: Guru Kesehatan Reproduksi Butuh Dukungan, Bukan...
Tangan Tak Terlihat di Balik Gerakan Rakyat
Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...
LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARKILAS

Menyoroti Karut-Marut Lalu Lintas Yogyakarta

Februari 1, 2015
©Rizka.bal

A. Yunastiawan Eka memaparkan permasalahan lalu lintas di D.I. Yogyakarta dalam diskusi buku “Membaca Problematika Wilayah & Kota” yang diadakan di Perpustakaan Kota pada Rabu (28/01)©Rizka.bal

Rabu (28/01) pukul 15.00 WIB, Institute for Multiculturalism & Pluralism Studies (IMPULSE) Yogyakarta mengadakan diskusi buku “Membaca Problematika Wilayah & Kota” secara gratis. Acara yang berlangsung di Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Yogyakarta tersebut merupakan agenda rutin yang dilakukan oleh IMPULSE. Pembicara dalam acara tersebut adalah A. Yunastiawan Eka Pramana, Pakar Wilayah dan Kota, dan Nurrul Ria Nisafa, Penyuluh Keluarga Berencana. Topik yang dibahas pada diskusi kali ini adalah masalah lalu lintas. “Topik tersebut diambil karena menjadi masalah wilayah dan kota terparah di Yogyakarta saat ini,” buka moderator.

Moderator mengungkapkan bahwa permasalahan yang parah tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh pengguna jalan. Selain itu, kebijakan-kebijakan lalu lintas pun tidak pernah diterapkan secara serius oleh penegak hukum. Hal ini dibuktikan dengan penindakan hukum yang tidak berlaku secara merata kepada semua masyarakat. “Kalau pejabat atau saudaranya, pasti dibebaskan,” tambahnya.

Hal tersebut didukung oleh pernyataan Nurul. Ia memaparkan bahwa perilaku para pengguna jalan, khususnya pengendara sepeda motor, masih belum patuh terhadap rambu-rambu lalu lintas. Ia menuturkan, masih banyak dari mereka yang melakukan pelanggaran lalu lintas, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.  Menurutnya, hal ini akan berdampak kepada pola pikir pengendara yang masih muda bahwa melakukan pelanggaan lalu lintas itu sah-sah saja. “Lah, dia saja (pengendara sepeda motor) lewat trotoar, masa’ aku enggak,” terang alumnus Sosiologi UGM tersebut.

Selanjutnya, Yunas menyampaikan bahwa penyebab dari pelanggaran lalu lintas tidak hanya berasal dari pengguna jalan, melainkan juga sistem trasnportasi. Hal ini dibuktikan dengan kesalahan sistem lalu lintas yang dibangun di Yogyakarta, terutama perihal Trans Jogja (TJ). Ia menuturkan masyarakat masih belum siap menerima sistem transportasi modern seperti TJ. Hal ini terbukti dengan masih banyak dari pengguna jalan yang menggunakan kendaraan pribadi, baik sepeda motor maupun mobil. Menurutnya, hal ini adalah sumber kemacetan di Yogyakarta.

Ia juga menambahkan bahwa telah terbentuk permasalahan yang saling terkait lalu lintas antara kemacetan, banyaknya kendaraan pribadi, dan keengganan menggunakan transportasi publik. Maksudnya saling terkait adalah satu permasalahan mempengaruhi permasalahan yang lainnya. “Permasalahan ini ibarat mata rantai yang tidak bisa terputus dan bukti bahwa kita masih tergagap-gagap dalam menyikapi modernitas,” ulas alumnus Perencanaan Wilayah dan Kota UGM itu.

Dalam penuturannya pula, Yunas memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan lalu lintas tersebut. Ia yakin, jika seluruh masyarakat Indonesia melakukan perubahan secara individu, dipastikan permasalahan wilayah dan kota akan lebih mudah ditata. Tidak hanya itu, pemerintah juga akan lebih mengembangkan sarana dan prasarana publik karena melihat kesadaran dari masyarakat Indonesia untuk lebih baik. “Tapi, semuanya butuh waktu. Tidak mungkin perubahan terjadi dalam semalam dalam konteks negara,” papar pria berkacamata tersebut.

Hanif, salah seorang peserta diskusi menambahkan bahwa salah satu sumber masalah lalu lintas adalah gengsi. Ia menjelaskan bahwa pola pikir masyarakat Indonesia yang gengsi-konsumtif. Artinya, ukuran sukses seseorang dilihat dari seberapa banyak sepeda motor, mobil, atau gadget yang dimiliki seseorang. Ia meyakini bahwa pola pikir ini terus berkembang dan semakin merambah di Indonesia. “Tidak heran jika kendaraan pribadi semakin banyak karena gengsi,” tutup mahasiswa Artektur UII 2010 tersebut. [Abiyyu Fathin Derian]

bukudiskusiimpulsekendaraankotalalu lintas
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...

Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...

Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...

LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Diskusi dan Perilisan Zine Maba Sangaji Basuara, Tilik...

Diskusi Buku dan Budaya, Soroti Peran Sastra Melawan...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua Bukan Tanah Kosong

    November 24, 2025
  • Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam Sikapi Diskriminasi

    November 24, 2025
  • Kota Batik yang Tenggelam

    November 21, 2025
  • Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal

    November 21, 2025
  • Membumikan Ilmu Bumi

    November 21, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM