Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Monika Eviandaru: Reorientasi Pers Mahasiswa Dalam Neoliberalisasi Perguruan...
Episode-Episode Perjalanan
SANGKAR Ungkap Dugaan Salah Tangkap 14 Anak di...
Didik Supriyanto: Kebangkitan Gerakan Mahasiswa Menuju Reformasi
Abdulhamid Dipopramono: Jejak dan Orientasi Awal BPPM Balairung
Perlawanan Warga Kampung Laut Atas Penggusuran Lahan Lapas...
Program MBG Timbulkan Keracunan Massal, Ibu-Ibu Gelar Aksi
Ruang-Ruang Untuk Kami dan Puisi-Puisi Lainnya
Diskusi Film DEMO(k)RAS(i) Ungkap Ketidakadilan Iklim oleh Pemerintah
BARA ADIL Lakukan Siaran Pers, Ungkap Catatan Penangkapan...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
ALMAMATERKABAR

Penempatan Perempuan dalam Pemerintahan

Januari 24, 2014
ilustrasi

©Istimewa

“Jumlah perempuan pada posisi pengambilan keputusan publik sangat sedikit dibandingkan laki-laki,” ungkap Silvia Fanggidae, Direktur Lingkar Belajar Komunitas Bervisi Perkumpulan Pikul, Rabu (22/01). Menurutnya, hal itu adalah indikasi bahwa ketidaksetaraan gender termasuk masalah utama dalam pembangunan. Pernyataan Silvia tersebut merupakan gambaran singkat hasil penelitiannya dalam policy paper  berjudul ‘Kepemimpinan Perempuan Menuju Kesetaraan Gender: Pembelajaran Perempuan Pemimpin Desa di Belu, NTT’. Ia mempresentasikan penelitian itu dalam lokakarya nasional, ‘Mengembangkan Kepemimpinan dan Tata Kelola Pemerintahan Desa yang Responsif Gender’ di Hotel Santika, Yogyakarta.

Dalam presentasi itu, Silvia mengemukakan anggapannya bahwa keberadaan perempuan dalam bidang pemerintahan sering dipandang sebelah mata. “Persentase jumlah perempuan di kursi pemerintahan jauh lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Tidak sampai setengahnya,” jelasnya. Namun, hal tersebut bisa diatasi dengan pembentukan kepemimpinan perempuan. Ia kemudian memaparkan keadaan Kabupaten Belu, NTT, yang cukup unik sebagai contoh.

Kabupaten Belu memiliki empat kepala desa perempuan. Jumlah tersebut mencapai 25 persen dari keseluruhan kepala desa. Persentase itu cukup tinggi bila dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain. Menurut Silvia, hal tersebut dikarenakan kualitas kepemimpinan perempuan di Kabupaten Belu yang lebih baik. “Itu karena tantangan yang mereka hadapi lebih banyak,” jelas Silvia. Contoh tantangan terhadap para perempuan itu adalah mengenai peran ganda dalam pembagian kerja, meliputi pencari nafkah dan ibu rumah tangga. Ia menganggap tantangan tersebut pada akhirnya mendorong para perempuan di wilayah itu untuk memiliki jiwa kepemimpinan.

Selain Silvia, Torry Kuswardono, Direktur Pengelolaan Pengetahuan Perkumpulan Pikul, turut mempresentasikan hasil penelitiannya. Policy paper berjudul ‘Pengarusutamaan Gender Pada Birokrasi: Pembelajaran dari Kabupaten Belu’ itu membicarakan kebijakan pemerintah berupa Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam tatanan pemerintahan. Kebijakan tersebut dikeluarkan untuk mengatasi banyaknya permasalahan terkait kesetaraan gender di Indonesia. Bentuk permasalahan itu meliputi rendahnya kualitas hidup dan kurang optimalnya layanan perlindungan perempuan. Meski kebijakan PUG telah ditegaskan sebagai agenda lintas sektor sejak 2010, hingga kini implementasinya masih dipertanyakan. “Tidak ada pengurangan beban perempuan secara nyata,” pungkas Torry. [Lintang Cahyaningsih]

belukesetaraan genderlokakaryanasionalpemerintahanpengarusutamaan genderperempuantimor-timor
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Kicau Riuh Kampus Hijau UGM

SSPU Tetap Jalan, Aksi Tolak Uang Pangkal Hasilkan...

Habis SSPI, Terbitlah SSPU dalam Dialog Panas Mahasiswa...

Bebani Mahasiswa dengan Biaya Mahal, UGM Bersembunyi di...

Penerapan Uang Pangkal, Neoliberalisasi Berkedok Solusi

Pedagang Kaki Lima Stasiun Wates Digusur Tanpa Dasar...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Monika Eviandaru: Reorientasi Pers Mahasiswa Dalam Neoliberalisasi Perguruan Tinggi dan Pasca-Reformasi 1998

    Oktober 20, 2025
  • Episode-Episode Perjalanan

    Oktober 16, 2025
  • SANGKAR Ungkap Dugaan Salah Tangkap 14 Anak di Magelang

    Oktober 12, 2025
  • Didik Supriyanto: Kebangkitan Gerakan Mahasiswa Menuju Reformasi

    Oktober 12, 2025
  • Abdulhamid Dipopramono: Jejak dan Orientasi Awal BPPM Balairung

    Oktober 8, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM