Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...
Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...
Kota Batik yang Tenggelam
Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal
Membumikan Ilmu Bumi
Kuasa Kolonial Atas Pangan Lokal
Anis Farikhatin: Guru Kesehatan Reproduksi Butuh Dukungan, Bukan...
Tangan Tak Terlihat di Balik Gerakan Rakyat
Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...
LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
ALMAMATERKABAR

Pameran Patung Kritisi Perilaku Menyimpang Manusia

Desember 20, 2013
© tama

© tama

Belasan patung berjajar rapi di Bentara Budaya, Yogyakarta pada Selasa malam (17/12). Patung-patung tersebut merupakan karya Jhoni Waldi yang dipamerkan dalam acara bertajuk “Inklinasi Tubuh”.Acara yang dibuka oleh Sadar Subagyo, salah satu anggota DPR RI ini berlangsung hingga (24/12). Inklinasi yang berarti kecenderungan untuk melakukan sesuatu diambil karena menggambarkan karya-karya Jhoni. Melalui pameran ini, Jhoni ingin menjelaskan tentang penyimpangan perilaku masyarakat.

Penyimpangan perilaku masyarakat tergambar dari realita sosial yang terjadi di masyarakat. Perbudakan tubuh manusia adalah salah satu realita yang dikupas seniman asal Bukittinggi ini.  Contohnya adalah kasus penggunaan tubuh perempuan sebagai komoditas ekonomi, wisata, dan industri. Dalam kasus itu, mereka menjadi subjek sekaligus objek.Penyimpangan-penyimpangan tersebut kemudian menginspirasi Jhoni untuk membuat patung yang berbentuk unik.

Mikke Susanto, selaku kurator pameran, menuturkan bahwa gestur patung yang dibuat Jhoni memang tidak meniru gestur manusia pada umumnya. Gestur patung itu mengisyaratkan untuk melakukan tindakan dari penyimpangan yang terjadi. “Gestur-gestur tersebut mengungkapkan perlawanan terhadap permasalahan yang terjadi,” jelas Dosen Insitut Seni Indonesia itu.

Selain itu, keunikan patung Jhoni dapat dilihat dari bentuk replika manusia yang tidak utuh. Patung Hilang Akal Sehat merupakan salah satunya. Karya ini diwujudkan dengan bagian atas kepala yang terpotong dan kaki yang menempel di atasnya. “Patung tersebut memperlihatkan bahwa manusia saat ini sedang dibodohi dan ditindas,” ujar Jhoni.

Ada juga Patung Minuman untuk Penguasa yang berbentuk manusia dengan kepala di bawah dan kaki di atas. Salah satu kaki patung itu tertekuk ke belakang, sementara kaki yang lain menyuguhkan minuman. Melalui patung ini, Jhoni menganggap pemerintah sebagai musuh atau orang yang memperlakukan manusia tidak pada umumnya.

Di samping itu, proses pembuatan patung yang dilakukan ayah dua anak ini tergolong unik. Sebagai bahan dasar, Jhoni menggunakan kayu jati yang terlebih dahulu dibentuk. Kemudian, ia melapisinya dengan lempengen tembaga yang dipotong selebar jari dan direkatkan hingga padat. “Karya Jhoni ini bahannya unik, cara pembuatannya unik, temanya juga unik,” simpul Mikke.

Selain itu, Sadar mengatakan bahwa seni menjadi salah satu cara yang efektif untuk mempersatukan bangsa. Baginya, seni merupakan keindahan dari wujud kebudayaan. “Saat ini politik hanya memperpecah bangsa. Maka dari itu, seni menggantikan fungsi politik sebagai pemersatu bangsa,” pungkasnya. [Erlangga, Lamia Putri Damayanti]

 

 

 

 

 

 

bentara budayasembari minum kopiseni
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Kicau Riuh Kampus Hijau UGM

SSPU Tetap Jalan, Aksi Tolak Uang Pangkal Hasilkan...

Habis SSPI, Terbitlah SSPU dalam Dialog Panas Mahasiswa...

Bebani Mahasiswa dengan Biaya Mahal, UGM Bersembunyi di...

Penerapan Uang Pangkal, Neoliberalisasi Berkedok Solusi

Pedagang Kaki Lima Stasiun Wates Digusur Tanpa Dasar...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua Bukan Tanah Kosong

    November 24, 2025
  • Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam Sikapi Diskriminasi

    November 24, 2025
  • Kota Batik yang Tenggelam

    November 21, 2025
  • Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal

    November 21, 2025
  • Membumikan Ilmu Bumi

    November 21, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM