Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...
Kapan KKN Harus Dihapus?
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...
Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARKILAS

Mengintip Fenomena Sosial Melalui Bingkai Visual

April 25, 2012
bayu. bal

bayu. bal

 

Bertempat di Selasar Gelanggang Mahasiswa UGM, Keluarga Mahasiswa Sosiologi (KMS) Divisi Seni dan Kebudayaan menggelar pameran fotografi. Pameran yang diselenggarakan pada  23-24 April mengangkat fenomena sosial sebagai tema utamanya. Acara ini berlangsung mulai pukul 15.00 sampai 20.00.

Evania Putri Riefyana, Ketua Panitia acara, menyatakan pameran ini bertujuan membingkai fenomena-fenomena sosial melalui media foto. “Melalui foto, diharapkan pengunjung dapat melihat bahwa di luar sana masih banyak orang yang kurang beruntung,” papar Evania. Menurutnya, yang terpenting adalah bagaimana kita menyampaikan pesan-pesan sosial melalui seni. “Apabila lewat media visual seperti ini fenomena sosial bisa lebih mudah dipahami,” tambahnya. Ia juga berharap dengan pameran ini orang-orang jadi lebih peka dengan lingkungan sekitar.

Foto-foto tidak hanya dipamerkan, tetapi juga dilombakan. Dari 60 foto yang masuk, terpilih 35 foto dari 35 fotografer. Nantinya, foto-foto tersebut akan dinilai berdasarkan dua kategori, yaitu penilaian oleh kurator (dalam hal ini panitia) dan pemungutan suara yang dilakukan oleh pengunjung. Mereka dapat memberikan pilihannya dengan memasukkan pita berwarna putih dalam kotak hitam di sebelah masing-masing foto. Evania juga menjelaskan pengumuman pemenang lomba akan diinformasikan melalui SMS. “Para pemenang akan mendapatkan hadiah berupa uang serta serfitikat,” jelasnya.

Acara ini juga dimeriahkan oleh Pak Peter dan Live Grafity. Pak Peter atau yang dijuluki “John Lenon Jakal” adalah seorang seniman yang biasa mengekspresikan dirinya lewat mengamen. Ia dipilih sebagai bintang tamu karena profesinya sebagai pengamen dapat menjadi salah satu refleksi fenomena sosial. Sedangkan Live Grafity dipilih karena menjadi salah satu media ekspresi seni.

Salah satu foto yang dipamerkan adalah karya milik Ahmad Zidan yang berjudul “Mengais Rezeki di Piyungan”. Dalam fotonya terlihat dua orang pria dengan pakaian lusuh sedang mengais sampah. Di sebelah, tertulis bahwa mereka harus melanjutkan hidup di tempat pembuangan sampah dan mendapat rezeki dari bukit sampah. Karya lainnya adalah potret milik Suci Yanthary Putri, mahasiswa HI ’11. Potret berjudul “Lintingan Usia” ini memperlihatkan seorang nenek memakai kemeja garis-garis yang sedang merokok. Dalam penjelasannya ia menjelaskan merokok adalah kegiatan yang tidak mengenal usia, meskipun dapat membahayakan kesehatan.

Berbagai macam foto yang ditampilkan menarik perhatian para pengunjung. Tak hanya berasal dari dalam kampus, acara ini juga dihadiri oleh mahasiswa di luar UGM. Salah satunya adalah Ustanul Rozak, Psikologi dan Pendidikan UNY ’11. Menurutnya, acara ini sangat menarik dan berseni. Selain itu, foto-foto tersebut juga telah membuat matanya terbuka lebih lebar. “Melihat fenomena sosial menyedihkan yang terjadi di sekitar kita membuat saya miris,” ujarnya. Suci sebagai peserta berpendapat bahwa pameran ini memiliki konsep yang bagus. Namun di sisi lain, ia juga mengungkapkan kekecewaannya. “Kata panitia semua foto yang masuk akan ditampilkan, ternyata fotonya diseleksi lagi dan hanya beberapa yang ditampilkan,” ujarnya. [Dian Puspita, Hamzah Zhafiri Dicky]

0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...

Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...

Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah

Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...

SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan

Jejak Trauma Kolektif Korban Kekerasan Orde Baru dalam...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau

    Juni 12, 2025
  • Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang

    Juni 4, 2025
  • Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran HAM

    Juni 3, 2025
  • Mitos Terorisme Lingkungan

    Mei 25, 2025
  • Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan Mahasiswa

    Mei 24, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM