Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • APRESIASI
    • LAPORAN UTAMA
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • KAJIAN
    • WAWASAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Pos Teratas
Polisi Terduga Pelaku Penyiksaan Terdakwa Kasus Salah Tangkap...
Rancangan Belum Matang, Rektorat Klaim Sistem UKT Baru...
Sekat Gender dalam Perburuhan Sawit di Kalimantan
Cita-Cita Karima
SSPU Tetap Jalan, Aksi Tolak Uang Pangkal Hasilkan...
Habis SSPI, Terbitlah SSPU dalam Dialog Panas Mahasiswa...
Peringati Hari Perempuan Internasional, Massa Aksi Kecam Diskriminasi...
Aksi IWD Yogyakarta Suarakan Perjuangan Melawan Patriarki
Demotivasi: Alat Menyingkap Motivasi yang Manipulatif
Dampak Neoliberalisasi, Mahasiswa Tak Lagi Berfokus pada Gerakan...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • APRESIASI
    • LAPORAN UTAMA
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • KAJIAN
    • WAWASAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARLAPORAN UTAMA

Lagi, GARPU Tuntut MWA

Maret 16, 2012
Dimas Yulian

Dimas Yulian

Rabu (13/03) pagi,  puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Aliansi Peduli UGM (GARPU) melakukan aksi demonstrasi di depan kantor Majelis Wali Amanat (MWA) UGM. Demonstrasi yang dilakukan sejak pukul tujuh pagi ini menuntut mundurnya Prof. Dr. Sofian Effendi sebagai ketua MWA dalam Pemilihan Rektor (Pilrek) UGM. “Kami menuntut mundur Ketua MWA Sofian Effendi yang tidak profesional menjalankan tugasnya,” tutur Pandhuri Jayadi selaku koordinator GARPU.

Para demonstran mendesak untuk bertemu dengan perwakilan MWA guna menyampaikan aspirasi mereka. “Kami  sudah mencermati proses pemilihan rektor ini dan menemukan berbagai kecurangan yang terjadi di MWA,” ungkap Pandhuri. Kecurangan yang dimaksud antara lain ialah dipakainya dua Peraturan Pemerintah (PP) sekaligus dalam pilrek, pembuatan peraturan yang membatasi usia calon rektor, masa pendaftaran calon rektor yang diperpanjang, serta jadwal pemilihan rektor yang tidak konsisten. GARPU juga menduga bahwa MWA melakukan jual beli pasal. “Ini ada indikasi permainan jual beli pasal yang dilakukan MWA,” ucap Pandhuri.

Sayangnya, hingga sekitar pukul 09.45, tak ada satupun perwakilan dari MWA yang keluar untuk menemui para demonstran. Kecewa karena hal tersebut, massa pun membakar dua buah keranda dan beberapa ban. “Ini sebagai wujud protes terhadap penghianatan MWA karena menolak bertemu dengan kami,” jelas Pandhuri.

Demonstran kemudian menyerbu menuju kantor MWA dan terlibat aksi saling dorong dengan SKKK yang menghadang. Ketegangan memuncak saat keduanya saling melempar hujatan. Kericuhan baru mereda ketika anggota MWA bersedia menemui massa di ruangan Balairung UGM .

Di dalam ruangan Balairung, para demonstran akhirnya berkesempatan menyampaikan aspirasi mereka. Delapan orang anggota MWA yang hadir pada saat itu kemudian secara bergantian memberi penjelasan atas tuntutan GARPU. Mengenai pasal  tentang usia, Dr. Soepomo selaku anggota MWA menjelaskan bahwa sebagai universitas negeri, rektor UGM harus merupakan PNS yang berstatus aktif. Usia pensiun PNS adalah 65 tahun, sehingga dibuatlah aturan minimal usia calon rektor 60 tahun. “Peraturan ini dibuat agar nantinya rektor tidak pensiun di tengah masa jabatannya,” terangnya.

Masalah lain yang dijawab oleh MWA adalah perihal pengunduran tenggat waktu pendaftaran calon rektor. Jadwal pendaftaran yang seharusnya ditutup tanggal 3 Februari 2012, diundur hingga tanggal 10 Februari 2012. Pengunduran tenggat waktu dapat dikatakan sah apabila calon rektor yang mendaftar masih kurang dari lima orang. Padahal, pada tanggal 3 Februari sudah ada sepuluh orang calon yang mendaftar. “Pengunduran ini dimaksud untuk memberi waktu sosialisasi dan menunggu calon rektor yang diajukan dari mahasiswa,” ujar Soepomo.

Sedangkan mengenai perihal jual beli pasal, pihak MWA sendiri menampik masalah tersebut. “Bila memang ada jual beli pasal dalam MWA, silahkan berikan buktinya dan akan kami proses,” tegas Prof. Dr. Sutaryo selaku anggota MWA. Pada akhirnya, demonstran menerima pembelaan dari MWA meski tetap bersikukuh bahwa ada penyimpangan yang terjadi. “Tetap saja kalian tidak bisa menuduh bila tidak ada bukti yang nyata,” tandasnya.

BPPM Balairungdemonstrasimwa ugmpemilihan rektor ugmugm
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Bebani Mahasiswa dengan Biaya Mahal, UGM Bersembunyi di...

Dosen Tersikat Tanpa Serikat

Konsisten Melawan Represi, Warga Wadas Dirikan Tugu Perlawanan

Setahun Relokasi, Pemerintah Yogyakarta Masih Mengabaikan Nasib PKL...

Buntut Polemik Uang Pangkal, Mahasiswa UGM Gaungkan Tagar...

Pintu Ajaib “Pemecah Masalah Mahasiswa” Itu Bernama Crisis...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Polisi Terduga Pelaku Penyiksaan Terdakwa Kasus Salah Tangkap Klitih Gedongkuning Jalani Sidang Etik

    Maret 31, 2023
  • Rancangan Belum Matang, Rektorat Klaim Sistem UKT Baru Lebih Adil

    Maret 27, 2023
  • Sekat Gender dalam Perburuhan Sawit di Kalimantan

    Maret 22, 2023
  • Cita-Cita Karima

    Maret 19, 2023
  • SSPU Tetap Jalan, Aksi Tolak Uang Pangkal Hasilkan Pelibatan Mahasiswa dalam Kebijakan dan Penerapan

    Maret 16, 2023

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Spesies Invasif

Polisi Virtual

Fasilitas Mahasiswa Penyandang Disabilitas di UGM Belum Maksimal

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • MASTHEAD
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM