Fisipol Corner UGM mengadakan diskusi publik dan bedah buku “Kelas Pekerja dan Kapital di Indonesia: Tinjauan Awal” pada Kamis (11-05). Menggandeng Lembaga Penerbitan dan Pers Mahasiswa Sintesa, acara tersebut mengundang beberapa narasumber, seperti Mochtar Habibi, penyunting buku dan staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) UGM; dan Amalinda Savirani, Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM. Selain itu, juga hadir Andie Peci, Sekretaris Jenderal Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia; dan Bagas Damarjati, perwakilan mahasiswa. Diskusi yang bertempat di Selasar Barat Fisipol UGM tersebut membahas relasi pekerja dengan kapital atau rezim kerja yang belum banyak dibahas oleh akademisi di Indonesia.
Mochtar memulai diskusi dengan mendeskripsikan rezim kerja sebagai sebutan lain dari relasi pekerja dan kapital. Ia menambahkan, rezim kerja dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu perspektif kapital sebagai pemilik modal dan perspektif pekerja sebagai buruh. Perspektif kapital digunakan untuk melihat bagaimana kapital mengoptimalkan produksinya, mendisiplinkan pekerja, memutus hubungan kerja, dan melihat dampak perlakuan kapital tersebut bagi para pekerja. Di sisi lain, rezim kerja dari sudut pandang buruh dilihat dari bagaimana mereka merespons rezim kerja, contohnya ketika kapital mengontrol pekerja sejak rekrutmen. “Mereka (pekerja) hanya bisa mengeluh di belakang pemilik modal,” ucap Mochtar.
Merespons pernyataan Mochtar mengenai sikap buruh terhadap kontrol kapital, Andie membeberkan kondisi kerja buruh dalam rezim kerja. Menurutnya, kondisi buruh di Indonesia saat ini berada dalam situasi yang pelik. Kondisi yang dialami buruh diperparah dengan adanya proses pembuatan undang-undang ketenagakerjaan yang tidak melibatkan buruh. Kemudian, Andie menyinggung relasi pekerja dan kapital yang stagnan sejak bertahun-tahun yang lalu. “Kami (buruh) juga memahami bahwa watak imperialisme dalam rezim kerja tidak berubah sejak kasus Marsinah,” tambahnya.
Melanjutkan Andie, Bagas berupaya mengkontekstualisasikan masalah yang diangkat dalam buku tersebut dengan situasi di perguruan tinggi. Menurutnya, pendisiplinan pekerja dalam rezim kerja berawal dari perguruan tinggi. Perguruan tinggi beradaptasi dengan situasi neoliberalisasi yang berujung pada pendisiplinan mahasiswa melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Menurut Bagas, program MBKM seakan-akan hanya mempersiapkan mahasiswa menjadi pekerja. “Ada tuntutan pencetakan tenaga kerja melalui MBKM, padahal sejatinya perguruan tinggi itu berorientasi ke akademik,” tambahnya.
Selanjutnya, Amalinda mengaitkan buku yang dibahas dalam diskusi dengan buku yang telah dibacanya. Buku tersebut berjudul India Working yang berisi mengenai 88% ekonomi di India bergerak di sektor informal. Amalinda mengungkapkan bahwa isi buku tersebut memiliki keterkaitan dengan ekonomi di Indonesia. “Sama seperti di India, ekonomi di Indonesia juga banyak yang bergerak di sektor informal,” ungkapnya.
Sebagai penutup, Mochtar memberikan harapannya terhadap diskusi tersebut bagi mahasiswa. Ia berharap buku tersebut dapat menginspirasi mahasiswa untuk meneruskan studi-studi tentang relasi pekerja dan kapital di kemudian hari. Mochtar menilai bahwa studi mengenai relasi pekerja dan kapital penting untuk membantu kawan-kawan gerakan buruh di Indonesia dalam merespon kontrol kapitalis. “Gerakan buruh akan terbantu untuk merencanakan perlawanan terhadap kontrol kapitalis yang menimpa mereka,” pungkasnya.
Penulis: Alfiana Rosyidah
Penyunting: Ananda Ridho Sulistya
Fotografer: Zidane Damar