Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Warga Pesisir Semarang dalam Getir Tata Kelola Air
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...
Kapan KKN Harus Dihapus?
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KILAS

Mundurnya Perekonomian Negara, Buntut Tiga Tahun Kepemimpinan Jokowi

November 4, 2022

©Ruli/Bal

Senin (01-11), Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Indonesia mengadakan diskusi daring yang bertajuk “Jejak Langkah 3 Tahun Jokowi: Membaca Situasi Demokrasi Diambang Jurang Resesi”. Diskusi ini merupakan bentuk kritik terhadap hasil kinerja Jokowi selama periode kedua terkait deselerasi ekonomi domestik.  Empat narasumber hadir dalam diskusi, yakni Rivanlee Anandar, Wakil Koordinator KontraS; Faisal Basri, ekonom; Bivitri Susanti, dosen Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera; dan Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economic and Law Studies. Renie Aryandani, Ketua BEM STH Indonesia Jentera, turut hadir sebagai moderator.  

Membuka sesi diskusi, Renie mengungkapkan bahwa keadaan ekonomi Indonesia tiga tahun terakhir mengalami kerusakan. Dia mengatakan bahwa tahun 2023 akan menjadi masa gelap sektor ekonomi dalam negeri. “Bentuk carut marut ekonomi itu adalah resesi,” ujar Renie. 

Rivanlee menambahkan bahwa Indonesia telah mengalami resesi ekonomi sejak tahun 2020, yang kemudian dibarengi dengan melemahnya praktik demokrasi. Dia mengatakan bahwa Undang-undang Cipta Kerja yang disahkan pada tahun 2020 menimbulkan kejanggalan selama proses pelaksanaannya. Kejanggalan ini menyebabkan munculnya pertentangan dari masyarakat. Menurut Rivanlee, bukti kronologis tersebut menjadikan resesi ekonomi dalam negeri berlanjut saat ini hingga tahun 2023.

Sejalan dengan itu, Faisal menegaskan kemunduran ekonomi dalam negeri tak hanya soal resesi, tetapi juga adanya deselerasi. Ia meninjau deselerasi ekonomi dalam negeri ini dibuktikan dengan kasus penerimaan pajak negara yang menurun, suku bunga pinjaman naik, dan anjloknya nilai tukar rupiah.  Faisal menilai bahwa pemerintah ingkar janji dalam menguatkan sektor investasi negara. Menurutnya, kondisi investasi negara juga mengalami kemunduran. Ia menjelaskan bahwa upaya Jokowi menghindari middle-income trap seharusnya mengalami kenaikan, tetapi sekarang justru tanpa kepastian. “Jokowi tidak dapat menghindar dari middle-income trap ini sehingga terjadi tren penurunan dalam perekonomian,” ujar Faisal.

Menyambung Faisal, Bhima menyatakan bahwa deselerasi ekonomi yang terjadi sekarang tidak direspon pemerintah. Ia berpendapat bahwa pemerintahan era Jokowi belum menghasilkan kebijakan yang antisipatif untuk melindungi rakyat. Bhima menilai bahwa kabar resesi ekonomi ini meresahkan masyarakat. “Pemerintah harusnya tanggap dan membuat kebijakan pemulihan ekonomi,” tuturnya.

Bivitri mengutarakan pendapatnya bahwa realisasi anggaran yang dilakukan Jokowi periode kedua ini tak sesuai dengan tujuan awalnya. Ia menambahkan bahwa kekuatan ekonomi negara harus dipulihkan. “Pemulihan kekuatan ekonomi harus disikapi dengan menciptakan pemerintahan antikorupsi,” tuturnya. 

Bhima mengatakan bahwa jatuhnya perekonomian sepanjang kepemimpinan Jokowi periode kedua perlu menjadi refleksi. Masyarakat harus turut serta menyikapi dengan terus mengawasi jalannya perekonomian. Jika masyarakat diam dan tidak mewaspadai, menurut Bhima, maka deselerasi ekonomi akan berlanjut menuju krisis. “Resesi ekonomi harus dikawal bersama agar kerusakan perekonomian negara tidak makin parah,” pungkas Bhima. 

Penulis: Farida Ratnawati, Ferdinan Dwi Kurnia Putra, dan Sofia Natalia Zebua (Magang)
Penyunting: Estha Gusmalia Kustika
Fotografer: Ruly Andriansah (Magang)

5
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...

Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...

Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah

Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...

SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan

Jejak Trauma Kolektif Korban Kekerasan Orde Baru dalam...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Warga Pesisir Semarang dalam Getir Tata Kelola Air

    Juni 30, 2025
  • Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau

    Juni 12, 2025
  • Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang

    Juni 4, 2025
  • Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran HAM

    Juni 3, 2025
  • Mitos Terorisme Lingkungan

    Mei 25, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM