Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Warga Pesisir Semarang dalam Getir Tata Kelola Air
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...
Kapan KKN Harus Dihapus?
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KILAS

Menggaungkan Tuntutan Multisektoral pada International Women’s Day

Maret 9, 2020

©Erika/Bal

Minggu (8-3), berlangsung aksi “International Women’s Day Yogyakarta 2020” untuk memperingati Hari Perempuan Internasional. Massa aksi yang diestimasikan berjumlah 200 orang datang secara individual serta 28 organisasi, komunitas, dan kolektif yang mayoritas bergerak pada isu gender. Selain itu, hadir pula LBH Yogyakarta, Girl Up! UGM, AJI Yogyakarta, dan Perempuan Mahardhika dalam aksi tersebut. Massa aksi mulai melakukan longmars sepanjang Jalan Malioboro sekitar pukul 12.00 WIB.

Aksi tersebut muncul dari desakan untuk merespon kemunculan banyak isu dari berbagai sektor yang, baik secara langsung dan tidak, menyasar perempuan. Terdapat 40 tuntutan yang menyasar banyak sektor dalam masyarakat. Tuntutan tersebut menyasar baik isu yang secara langsung berdampak pada perempuan, maupun isu-isu dari berbagai sektor lainnya dengan berbagai lapisan problematika. Dalam orasi-orasi yang ditampilkan, kerap disuarakan terdesaknya dampak omnibus law dan RUU Ketahanan Keluarga pada perempuan serta RUU PKS untuk disahkan. Pembentukan ruang aman bagi perempuan di tiap-tiap kampus dan perlawanan terhadap diskriminasi dan kekerasan berbasis gender secara umum juga menjadi tuntutan massa. Di samping itu, aksi ini juga menyediakan penerjemah bahasa isyarat, bernama Aa Edo, yang menjadikan aksi ini lebih inklusif.

Poster-poster yang menyuarakan perlawanan terhadap penindasan, khususnya dengan fokus pada penindasan terhadap perempuan mewarnai kerumunan massa aksi. Seperti, “Tolak Omnibus Law!”, “Penuhi hak cuti haid dan hamil!”, dan Penuhi kesetaraan gender!”. Tak hanya itu, massa aksi juga menuntut hal-hal yang terkadang luput dalam diskursus mengenai isu gender. Misalnya, penghentian represi dan kekerasan oleh aparat militer, baik organik maupun nonorganik, di tanah Papua, penghentian eksploitasi alam oleh perusahaan tambang dan sawit, serta penghapusan subsidi untuk pejabat dan pengusaha.

“Melihat perjuangan perempuan secara multisektoral itu penting karena perempuan ada di mana-mana, di berbagai lapisan masyarakat,” ujar Dede dari Perempuan Mahardhika. Dede mengatakan bahwa penindasan yang dilangsukan terhadap perempuan terdiri dari banyak lapisan. Seorang perempuan tentu menyandang identitas lain di samping gendernya, tak luput kelas dalam struktur material-ekonomis yang melingkupinya. Dede menegaskan bahwa perlu adanya kepekaan yang tinggi dalam merespon isu perempuan dengan membaca konteks tuntutan tiap-tiap kelompok perempuan itu sendiri. Dalam satu orasi, Aprilia sebagai perwakilan dari AJI Yogyakarta menyerukan bahwa musuh perempuan ada di dinding kamarnya sendiri.

Aprilia menambahkan bahwa yang membuat perjuangan perempuan menjadi makin sulit adalah karena musuh perempuan, yakni patriarki, sulit dikenali. Dia juga menuturkan bahwa musuh perempuan secara individual seringkali orang terdekat seperti ayah atau suami. Kontinuitas gerakan perempuan, tambah Aprilia, perlu terus dilanggengkan. “Tak hanya berpusat di kampus-kampus, kita perlu memperluas diskusi dan kampanye mengenai isu-isu ini,” tukasnya.

Kayla Adisa, mahasiswa yang tergabung dalam Girl Up! UGM, menyatakan bahwa aksi ini menjadi signifikan dan darurat karena masyarakat perlu mendapatkan diskursus alternatif, khususnya mengenai kekerasan seksual. Ia mengungkapkan bahwa aksi langsung juga berfungsi sebagai sarana untuk memasyarakatkan isu, di samping melangsungkan kekuatan rakyat untuk mengintervensi pembuatan kebijakan. Namun, dia juga berpendapat otokritik terhadap gerakan perempuan itu sendiri pun penting untuk dilakukan. “Perlu ada evaluasi terhadap pendekatan dan metode yang digunakan dalam aksi seperti ini, ” pungkasnya.

Penulis: Widya Rafifa
Penyunting: Ima G. Elhasni

hari perempuan internasionalkesetaraan genderRUU Ketahanan keluarga
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...

Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...

Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah

Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...

SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan

Jejak Trauma Kolektif Korban Kekerasan Orde Baru dalam...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Warga Pesisir Semarang dalam Getir Tata Kelola Air

    Juni 30, 2025
  • Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau

    Juni 12, 2025
  • Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang

    Juni 4, 2025
  • Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran HAM

    Juni 3, 2025
  • Mitos Terorisme Lingkungan

    Mei 25, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM