Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Episode-Episode Perjalanan
SANGKAR Ungkap Dugaan Salah Tangkap 14 Anak di...
Didik Supriyanto: Kebangkitan Gerakan Mahasiswa Menuju Reformasi
Abdulhamid Dipopramono: Jejak dan Orientasi Awal BPPM Balairung
Perlawanan Warga Kampung Laut Atas Penggusuran Lahan Lapas...
Program MBG Timbulkan Keracunan Massal, Ibu-Ibu Gelar Aksi
Ruang-Ruang Untuk Kami dan Puisi-Puisi Lainnya
Diskusi Film DEMO(k)RAS(i) Ungkap Ketidakadilan Iklim oleh Pemerintah
BARA ADIL Lakukan Siaran Pers, Ungkap Catatan Penangkapan...
Sampai Kapanpun, Aparat Bukanlah Manusia!

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
APRESIASI

Menyikapi Isu Gelanggang Lewat Pameran

Maret 18, 2016
©Dwiyana Lingga Pangesti.Bal

©Dwiyana Lingga Pangesti.Bal

Bagian depan Ruang Sidang I Gelanggang UGM tampak berbeda sore (11/3) itu. Ruang yang biasanya menjadi tempat orang berlalu lalang, disulap menjadi tempat pameran lukisan. Matahari terbenam dan suara penghuni gelanggang menemani pengunjung pameran menunggu lukisan yang bersembunyi di balik kertas bertuliskan “coming soon” dibuka.

Di sudut utara ruang pameran, terdapat panggung kecil yang dilengkapi alat pengeras suara. “Gelanggang?” menjadi tajuk utama dalam pameran yang diadakan oleh Unit Seni Rupa (USER) UGM ini. Lukisan yang ditampilkan pada pameran tersebut mencoba untuk memvisualisasikan berbagai problematika yang terjadi di gelanggang belakangan ini. Renovasi gelanggang dan nomenklatur UKM menjadi isu utama yang coba diangkat. “Pameran ini merupakan wujud kepedulian kita terhadap gelanggang,” ujar Intan Puspita Arum, selaku Ketua Pelaksana acara.

Pameran seni rupa yang diselenggarakan selama tiga hari ini merupakan acara puncak dari rangkaian pendidikan dasar anggota baru USER. Pembukaan pameran diisi dengan sambutan oleh Ketua Pelaksana, Ketua USER, dan Perwakilan dari Forum Komunikasi UGM. Untuk menambah semarak acara, anggota USER membawakan dua buah lagu dan sebuah puisi. Pelepasan kertas bertulis “coming soon” menjadi tanda pameran resmi dibuka.

Selepas pembukaan, pengunjung dipersilakan untuk berkeliling mengamati lukisan yang dipamerkan. Terdapat seni instalasi di sudut kanan ruangan. Seni instalasi ini dibuat oleh Baharuddin Muhammad, Mahasiswa Teknik Arsitektur ’15, bersama empat teman sejurusannya. Mereka menyajikan runtunan gambar yang dirangkai benang berbentuk rasi bintang. Seni instalasi tersebut dihiasi dengan lima belas gambar berpadu memperlihatkan karya yang sederhana, namun terkesan unik. “Gambar-gambar yang ditampilkan menunjukkan aliran surealisme,” imbuhnya.

Baharuddin menyumbang tiga gambar dalam seni instalasi tersebut. Dua dari tiga gambarnya menjadikan astronot sebagai objek. Salah satunya memvisualisasikan tiga astronot yang sedang memainkan gamelan. Gambar tersebut memperlihatkan unsur modern yang berpadu dengan unsur tradisional. Sekilas, karya-karya yang dipamerkan menggambarkan keceriaan di gelanggang. Namun, menurut Baharuddin, ia dan teman-temannya hendak menunjukkan rasa kekecewaan. “Kami menamakan karya kami “Kecewa” karena kami kecewa dengan kebijakan mengenai gelanggang saat ini,” terangnya.

Di seberang karya yang berjudul “Kecewa”, terdapat lukisan kreasi Qisthi Fadlila, Mahasiswa Biologi ’15. Qisthi memvisualisasikan sisi lain dari gelanggang melalui sosok Dwikorita Karnawati, Rektor UGM, yang diinterpretasikan sebagai “Ibunda Gelanggang” dalam lukisannya. Lukisan ini memadukan latar belakang ungu dengan warna cerah lainnya menambah kesan eksentrik pada karya beraliran pop art tersebut. “Warna-warni di wajah beliau mengisahkan warna-warni yang ada di gelanggang,” jelasnya.

Ekspresi wajah dan senyum Dwikorita dalam lukisan menyiratkan makna yang menimbulkan tanda tanya di benak pengunjung. Lukisan yang hanya menggambarkan bagian kepala beliau tersebut seolah mencitrakan peran beliau sebagai pemimpin tertinggi di UGM saat ini. Dalam lukisannya, Qisthi melihat adanya peran besar seorang “Ibunda Gelanggang” yang diemban Rektor UGM saat ini. “Dinamika yang terjadi saat ini terjadi karena dibelakangnya ada seorang Ibunda, tentu perannya sebagai orang tua dapat menampung aspirasi anak-anaknya—mahasiswa UGM,” terangnya.

Memasuki bagian ruang tengah pameran, terlihat lukisan sesosok penari balet. Lukisan ini dilukis oleh Tania Amarthani, Mahasiswa Hubungan Internasional ’15, yang mencoba memaknai gelanggang sebagai keindahan. Di tangan kiri sang penari terlihat kumpulan cahaya yang bersatu padu. Tania mengibaratkan penari balet sebagai gelanggang dan cahaya diibaratkan sebagai UKM yang ada di UGM bergabung menjadi satu di gelanggang.

Kostum balet berwarna biru muda bergradasi putih merah muda yang dikenakan sang Penari Balet menambah kesan elegan dalam lukisan tersebut. Sorotan cahaya lampu membuatnya seolah pusat perhatian. Lukisan ini seolah memaksa pemerhatinya larut dalam sebuah keindahan pertunjukan Balet. Melalui lukisannya, Tania ingin menyampaikan bahwa gelanggang akan tetap indah, apapun kebijakan yang dilakukan terhadapnya, entah direnovasi atau tidak. “Gelanggang tetap indah dan yang terpenting terus menciptakan karya,” jelasnya.

Gambar-gambar yang dipamerkan membawa pesan untuk mahasiswa agar lebih peka terhadap isu gelanggang. Sehingga, apapun kebijakan terkait gelanggang nantinya, akan membawa manfaat. Hal ini mendapat apresiasi dari pengunjung, salah satunya Ferdi, Mahasiswa D3 Bahasa Mandarin ‘15. “Acara ini menunjukkan bahwa USER UGM, bisa menunjukkan perasaan mereka terhadap gelanggang melalui karya-karya seni yang ditampilkan,” tuturnya. [Muhammad Farhan I.I. dan Muhammad Respati H.]

#apresiasigelanggangpameran
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Awab Ajar Awam, Gunakan Daya dari Surya

Resistensi atas Trauma Korban Kekerasan ‘65

Belasut Puja-Puji Palsu Tubuh Perempuan dalam Kanvas

Pusparagam Perjuangan dalam Temukan Ruang Aman

Jalin Merapi Tak Pernah Ingkar Janji

Sastra untuk Semua lewat Sastra Suara

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Episode-Episode Perjalanan

    Oktober 16, 2025
  • SANGKAR Ungkap Dugaan Salah Tangkap 14 Anak di Magelang

    Oktober 12, 2025
  • Didik Supriyanto: Kebangkitan Gerakan Mahasiswa Menuju Reformasi

    Oktober 12, 2025
  • Abdulhamid Dipopramono: Jejak dan Orientasi Awal BPPM Balairung

    Oktober 8, 2025
  • Perlawanan Warga Kampung Laut Atas Penggusuran Lahan Lapas Nusakambangan

    September 30, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM