Iringan musik tradisional mengiringi suasana dalam pementasan teater di Pentas Tari Tedjokusumo FBS UNY pada Senin (16/13). Pementasan teater ‘Senja dengan Dua Kelelawar’ ini gratis untuk umum dan dimulai pukul 19.00-21.00 WIB. Para pemainnya sendiri berasal dari jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Teater ini dalam pengawasan dosen pengampu untuk mata kuliah drama mereka. Pementasan teater merupakan bagian tugas akhir mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni dari mata kuliah drama di semester lima.
“Kita terbagi menjadi lima kelas dimana setiap kelas wajib menampilkan pentas teater,” kata Evi selaku pemeran utama wanita. “Kami sudah mengumpulkan uang sejak di semester dua untuk mempersiapkan ini semua,” urai Dwi Ari Qhurniawan sebagai ketua pelaksana teater. “Persiapan teater ini pun telah lama sampai 1,5 tahun dan kami rasa ini sudah terlalu siap,” ujar Ari. Pentas teater UNY ini berlangsung dari tanggal 4, 9, 16, 19, dan 23 Desember 2013.
Jalan cerita yang ditampilkan pada teater sangat jelas terlihat. Teater ini menyajikan gambaran kehidupan masyarakat kaum yang termarjinalkan di daerah yogyakata. Latar teater tersebut terinspirasi dari daerah Stasiun Lempuyangan. Gambaran stasiun kereta api terlihat jelas dalam tata panggungnya.
“Tujuan dari pementasan teater ini sendiri yaitu kami ingin mendapat penilaian dari masyarakat luas bagaimana potensi yang kami miliki,” ujar Evi. Cerita ini menyuguhkan cerita cinta yang tidak hanya jujur tetapi sedikit buta. Perasaan itu dapat ditangkap dari tokoh Ismiyati, ketika ia berujar ingin membunuh Mursiwi di hadapan ayahnya, Marsudi. Semua itu muncul begitu saja karena rasa cemburu kepada Mursiwi yang menikahi lelaki yang ia cintai sejak masa kecil. Tokoh utama pria dalam teater ini adalah Suwarto dan tokoh utama wanitanya Ismiyati. Ismiyati yang sangat setia menunggu Suwarto dan rela dituduh sebagai pembunuh istrinya. Evi mengatakan bahwa pesan moral yang terkandung dalamnya ialah menjadi pribadi yang tidak pernah putus asa untuk memperjuangkan apa yang diinginkan.
Naskah teater karya Kirdjomulyo ini memang sudah sering ditampilkan dalam pementasan teater. “Mereka sangat menjiwai sekali, karena dapat memerankan karakternya dengan sempurna,” ujar Afnan Eliftian sebagai penonton. Acara ini diakhiri dengan sambutan dari dosen pengampu drama yaitu Dr. Nurhadi, S.Pd., M.Hum. dan ketua pelaksana. Selain itu, ada pembagian hadiah dengan aksi goyang terheboh dan dokumentasi dengan para pemain. [Amalia]