Balairungpress
  • REDAKSI
    • APRESIASI
    • BERITA JOGJA
    • KILAS
    • LAPORAN UTAMA
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • KAJIAN
    • WAWASAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • Rektra 2022
  • EnglishEnglish
  • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
Pos Teratas
Buntut Polemik Uang Pangkal, Mahasiswa UGM Gaungkan Tagar...
Surat Pengadilan
Pintu Ajaib “Pemecah Masalah Mahasiswa” Itu Bernama Crisis...
Tetapkan Uang Pangkal, UGM Bukan Lagi Kampus Kerakyatan
Penerbitan Perppu Ciptaker Masih Penuh Polemik dan Merugikan...
Memburu Keadilan, Melawan Ketidakadilan Aparat atas Kasus Salah...
Bualan Reformasi Polri Tanpa Lembaga Pengawas Eksternal
Bayang-Bayang Masalah Struktural dalam Penanganan Kesehatan Mental
Antarkata Antar Pikiran
SSPI Cacat Formil, Mahasiswa Berencana Ajukan Gugatan ke...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • APRESIASI
    • BERITA JOGJA
    • KILAS
    • LAPORAN UTAMA
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • KAJIAN
    • WAWASAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • Rektra 2022
  • EnglishEnglish
  • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
KABARKILAS

Kamadhis Rayakan Hari Suci Waisak

Juni 18, 2013
Dokumentasi Panitia -Penampilan tari oleh Vihara Bodhicitta Maitreya dan Vihara Karangdjati-

Dokumentasi Panitia
-Penampilan tari oleh Vihara Bodhicitta Maitreya dan Vihara Karangdjati-

“Tidak ada yang instan di dunia ini. Pangeran Siddharta saja butuh perjuangan untuk mencapai kesempurnaan,” ujar Kathleen Lupita selaku ketua panitia Perayaan Tri Suci Waisak 2013. Hal tersebut disampaikannya dalam acara yang diselenggarakan Keluarga Mahasiswa Buddhis (Kamadhis) UGM pada Sabtu (15/6) malam silam. Bertempat di Auditorium Fakultas Biologi, perhelatan ini diselenggarakan untuk memperingati hari suci Waisak. “Kami juga bertujuan memperat hubungan antar Kamadhis dan Vihara di Jogja,” tambah mahasiswa Teknik Arsitektur ’11 ini.

Perayaan diawali dengan sambutan pembukaan dari ketua Kamadhis dan ketua panitia acara. Selanjutnya, dilakukan ibadah Puja Bhakti yang merupakan salah satu ritual dalam perayaan Waisak. “Puja Bhakti diadakan sampai setengah delapan. Maka dari itu kami mengundang tamu umum yang bukan beragama Buddha setelah jam segitu,” ungkap Kathleen. Salah seorang tamu yang diundang adalah Lutfiana Fifi Widiastuti, mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi UNY ’11. “Saya datang sebagai delegasi Kopma UGM yang diundang UKM Kamadhis,” ujarnya.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pembacaan kisah Siddharta Gautama. Narasi yang dibacakan terdiri dari tiga tahap: Kelahiran, Pencapaian Penerangan, dan Parinibbana. Kathleen menerangkan, pada dasarnya Waisak adalah peringatan atas tiga peristiwa tersebut. Ketiganya adalah momen penting dalam agama Buddha.

Dalam tahap Kelahiran, diceritakan bagaimana Pangeran Siddharta Gautama sebagai seorang guru sejati, lahir ke dunia. Kemudian pada tahap Pencapaian Penerangan, Siddharta Gautama yang telah lama bertapa akhirnya mencapai tingkat sempurna menjadi Buddha di usia 35 tahun. Hingga akhirnya pada Parinibbana, Siddharta Gautama wafat di usia 80 tahun. Parinibbana sendiri berarti meninggal dan tidak terlahir kembali karena telah mencapai kesempurnaan. Tiga momen tersebut terjadi di tahun yang berbeda, namun pada bulan yang selalu sama. “Semuanya terjadi saat bulan penuh atau ‘Purnama Sidhi’, itulah yang diperingati sebagai Waisak,” terang Kathleen.

Erik, salah seorang peserta acara, mengaku puas dengan perayaan ini. “Acaranya cukup bagus, di luar ekspektasi. Mengobati kekecewaan atas perayaan Waisak di Borobudur kemarin,” kata mahasiswa Ilmu Komputer UGM ’10 ini. Hal serupa juga dirasakan Fifi. “Dari sini saya jadi tahu tentang kisah Siddharta Gautama,” ujarnya.

Di penghujung acara, semua peserta bersama-sama menyanyikan lagu rohani “Suatu Renungang di Malam Waisak” sebagai penutup. Perayaan Waisak sendiri dimaknai Kathleen sebagai sebuah pelajaran dalam kehidupan. Melalui acara ini, Kathleen ingin mengangkat semangat Siddharta dalam mencapai kesempurnaan pengetahuan. “Semoga kita dapat mengimplementasikan semangat tersebut dalam kehidupan sehari-hari,” harapnya. [Hamzah Zhafiri Dicky]

balairungBulaksumurKamadhis UGMmahasiswa UGMPerayaan Waisakpers mahasiswa
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Buntut Polemik Uang Pangkal, Mahasiswa UGM Gaungkan Tagar...

Pintu Ajaib “Pemecah Masalah Mahasiswa” Itu Bernama Crisis...

Tetapkan Uang Pangkal, UGM Bukan Lagi Kampus Kerakyatan

Penerbitan Perppu Ciptaker Masih Penuh Polemik dan Merugikan...

Memburu Keadilan, Melawan Ketidakadilan Aparat atas Kasus Salah...

Bualan Reformasi Polri Tanpa Lembaga Pengawas Eksternal

1 komentar

Puja Bhakti dan Dhammasanti Waisak 2557 B.E,/2013 Kamadhis UGM | Keluarga Mahasiswa Buddhis Universitas Gadjah Mada Desember 9, 2014 - 01:03

[…] Dalam tahap Kelahiran, diceritakan bagaimana Pangeran Siddharta Gautama sebagai seorang guru sejati, lahir ke dunia. Kemudian pada tahap Pencapaian Penerangan, Siddharta Gautama yang telah lama bertapa akhirnya mencapai tingkat sempurna menjadi Buddha di usia 35 tahun. Hingga akhirnya pada Parinibbana, Siddharta Gautama wafat di usia 80 tahun. Parinibbana sendiri berarti meninggal dan tidak terlahir kembali karena telah mencapai kesempurnaan. Tiga momen tersebut terjadi di tahun yang berbeda, namun pada bulan yang selalu sama. “Semuanya terjadi saat bulan penuh atau ‘Purnama Sidhi’, itulah yang diperingati sebagai Waisak,” terang Kathleen. Erik, salah seorang peserta acara, mengaku puas dengan perayaan ini. “Acaranya cukup bagus, di luar ekspektasi. Mengobati kekecewaan atas perayaan Waisak di Borobudur kemarin,” kata mahasiswa Ilmu Komputer UGM ’10 ini. Hal serupa juga dirasakan Fifi. “Dari sini saya jadi tahu tentang kisah Siddharta Gautama,” ujarnya. Di penghujung acara, semua peserta bersama-sama menyanyikan lagu rohani “Suatu Renungan di Malam Waisak” sebagai penutup. Perayaan Waisak sendiri dimaknai Kathleen sebagai sebuah pelajaran dalam kehidupan. Melalui acara ini, Kathleen ingin mengangkat semangat Siddharta dalam mencapai kesempurnaan pengetahuan. “Semoga kita dapat mengimplementasikan semangat tersebut dalam kehidupan sehari-hari,” harapnya. Credit: https://www.balairungpress.com […]

Reply

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Buntut Polemik Uang Pangkal, Mahasiswa UGM Gaungkan Tagar #UniversitasGagalMerakyat

    Februari 2, 2023
  • Surat Pengadilan

    Februari 1, 2023
  • Pintu Ajaib “Pemecah Masalah Mahasiswa” Itu Bernama Crisis Center

    Januari 24, 2023
  • Tetapkan Uang Pangkal, UGM Bukan Lagi Kampus Kerakyatan

    Januari 20, 2023
  • Penerbitan Perppu Ciptaker Masih Penuh Polemik dan Merugikan Buruh

    Januari 16, 2023

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Spesies Invasif

Polisi Virtual

Fasilitas Mahasiswa Penyandang Disabilitas di UGM Belum Maksimal

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • MASTHEAD
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM