Balairungpress
  • REDAKSI
    • APRESIASI
    • BERITA JOGJA
    • KILAS
    • LAPORAN UTAMA
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • KAJIAN
    • WAWASAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • Rektra 2022
  • EnglishEnglish
  • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
Pos Teratas
Buntut Polemik Uang Pangkal, Mahasiswa UGM Gaungkan Tagar...
Surat Pengadilan
Pintu Ajaib “Pemecah Masalah Mahasiswa” Itu Bernama Crisis...
Tetapkan Uang Pangkal, UGM Bukan Lagi Kampus Kerakyatan
Penerbitan Perppu Ciptaker Masih Penuh Polemik dan Merugikan...
Memburu Keadilan, Melawan Ketidakadilan Aparat atas Kasus Salah...
Bualan Reformasi Polri Tanpa Lembaga Pengawas Eksternal
Bayang-Bayang Masalah Struktural dalam Penanganan Kesehatan Mental
Antarkata Antar Pikiran
SSPI Cacat Formil, Mahasiswa Berencana Ajukan Gugatan ke...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • APRESIASI
    • BERITA JOGJA
    • KILAS
    • LAPORAN UTAMA
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • KAJIAN
    • WAWASAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • Rektra 2022
  • EnglishEnglish
  • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
KABARKILAS

Membedah Ihwal Pers Mahasiswa

Mei 13, 2013
jojo.bal

jojo.bal

“Setelah tahun 1998, hampir tidak ada  terbitan yang membahas perkembangan pers mahasiswa,” ujar Wisnu Prasetya Utomo membuka diskusi bedah bukunya yang berjudul “Pers Mahasiswa Melawan Komersialisasi Pendidikan” yang diterbitkan Maret 2013 lalu. Diskusi yang diadakan BPPM Balairung pada Jumat, (10/5)  di Ruang Sidang III, Gelanggang Mahasiswa UGM itu juga menghadirkan Pimpinan Redaksi (Pimred) Majalah Kagama, Syaifa Auliya Achidsti dan Pimred BPPM Balairung, Ibnu Hajjar.

Lewat bukunya, Wisnu berusaha menyoroti fenomena tenggelamnya pengaruh pers mahasiswa (persma). Dia menjelaskan, setelah runtuhnya rezim Orde Baru, persma mengalami titik balik. Kemampuannya menjadi substitusi media profesional terkalahkan akibat keterbukaan reformasi. Persma lantas melakukan re-orientasi melalui gagasan kembali ke kampus. Berita yang disajikan persma menjadi tidak semenarik dulu karena lebih banyak membahas mengenai dunia mahasiswa. Masalah seperti penataan infrastruktur atau biaya kuliah yang meninggi  menjadi tema favorit. “Ini sebabnya topik mengenai persma seakan menjadi isu pinggiran dan literaturnya kurang sekali,” tandasnya.

Dalam bukunya, Wisnu meneliti tiga persma yang menurutnya memiliki karakter berbeda. Pertama adalah BPPM Balairung UGM, dimana ia sempat menjadi pimred tahun 2009-2010. Kedua adalah Suara USU, persma tertua di Medan. Terakhir adalah Catatan Kaki Unhas, yang terkenal dengan jurnalisme meledak-ledaknya. “Bagi mereka, Sebuah berita harus menunjukkan keberpihakannya. Cover both sides is dead,” ujar Wisnu menjelaskan. “Mereka juga lebih sering turun ke jalan melakukan aksi protes daripada membuat tulisan,” tambahnya.

Di Yogyakarta, pola yang terlihat adalah lebih mengutamakan kekuatan tulisan sebagai penunjang gerakan advokasi. Hal ini terlihat dari penggunaan judul ataupun bentuk tulisan yang menekankan urgensi masalah yang harus dilawan. Sedangkan di Suara USU, yang terjadi adalah munculnya jurnalisme mulut sebagai sikap netral. Seperti pada masalah perubahan status perguruan tinggi ke BHMN. “Akibat kurangnya akses informasi, mereka kebingungan mengambil sikap atas masalah itu. Jurnalisme mulut lantas digunakan sebagai cara untuk membentuk opini masyarakat,” ungkap Wisnu.

Berbeda dengan Wisnu, Syaifa lebih mengkritisi natur persma yang tidak akan bisa independen. “Bagaimana mau independen kalau sumber dana masih berasal dari rektorat. Pemberitaan akan rentan terpengaruh kepentingan-kepentingan,” jelasnya. Banyak persma terpaksa mengubah bentuk beritanya demi menjaga aliran dana rektorat.

Ia juga menyoroti radikalisme persma yang menurun setelah reformasi. Hal itu tidak semata disebabkan perubahan orientasi. Menurutnya, hal itu juga diakibatkan dominasi mahasiswa berkarakter intelektual. “Orang-orang tersebut kemudian mengubah bentuk berita persma menjadi jurnalisme wacana,” tegas Syaifa.

Syaifa juga menuturkan keadaan persma di Indonesia sebenarnya tidak jauh berbeda dengan negara lain seperti Amerika, Italia, dan Jerman. “Di sana, persma menjadi bagian dari gerakan mahasiswa yang sangat mempengaruhi kehidupan sosial-politik negaranya,” ujarnya. Persma menjadi corong bagi gerakan-gerakan mahasiswa.

Pembicara terakhir, Ibnu, menyoroti ketidakcocokan logika pers profesional jika diterapkan dalam persma. Kewajiban ganda yang dimiliki pegiat persma adalah penghalang terbesar. Awak-awak persma yang seluruhnya mahasiswa membuat konsentrasi terbagi-bagi. Menurutnya,“Pers profesional dapat berjalan ya karena jual berita. Beda dengan persma yang tidak berorientasi komersil.”

Karena keterbatasan itu, persma menjadi lebih menyoroti masalah seputar kampusnya. Menurut Ibnu, ada tiga wacana utama yang sering disorot. “Yang pertama adalah mengenai centang perenang perkuliahan, kedua adalah masalah politik pergerakan mahasiswa, dan  terakhir mengenai infrastruktur kampus,” tutup Ibnu. [Yoga Darmawan]

mahasiswamahasiswa UGMOrde Baruperspers mahasiswareformasiugm
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Buntut Polemik Uang Pangkal, Mahasiswa UGM Gaungkan Tagar...

Pintu Ajaib “Pemecah Masalah Mahasiswa” Itu Bernama Crisis...

Tetapkan Uang Pangkal, UGM Bukan Lagi Kampus Kerakyatan

Penerbitan Perppu Ciptaker Masih Penuh Polemik dan Merugikan...

Memburu Keadilan, Melawan Ketidakadilan Aparat atas Kasus Salah...

Bualan Reformasi Polri Tanpa Lembaga Pengawas Eksternal

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Buntut Polemik Uang Pangkal, Mahasiswa UGM Gaungkan Tagar #UniversitasGagalMerakyat

    Februari 2, 2023
  • Surat Pengadilan

    Februari 1, 2023
  • Pintu Ajaib “Pemecah Masalah Mahasiswa” Itu Bernama Crisis Center

    Januari 24, 2023
  • Tetapkan Uang Pangkal, UGM Bukan Lagi Kampus Kerakyatan

    Januari 20, 2023
  • Penerbitan Perppu Ciptaker Masih Penuh Polemik dan Merugikan Buruh

    Januari 16, 2023

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Spesies Invasif

Polisi Virtual

Fasilitas Mahasiswa Penyandang Disabilitas di UGM Belum Maksimal

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • MASTHEAD
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM