“Di sini kita akan sama-sama berlatih dan menempa diri sebelum berangkat bertempur sebagai negosiator,” ujar Mas Muhammad Gibran Sesunan. Kalimat tersebut diungkapkan Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) Justicia UGM dalam acara bertajuk “Public Speaking and Negotiation Workshop”. Pagi (6/5) bertempat di Gedung Koesnadi Hardjasoemantri UGM acara tersebut terselenggara berkat kerja sama antara Korps Mahasiswa Komunikasi dan Dema Justicia. Hadir sebagai narasumber, Abdul Rahman Saleh, S.H., M.Hum., Jaksa Agung RI 2004-2007 dan Prabu Revolusi, news anchor.
Hery Firmansyah, S.H., M.Hum., M.Pa. tampil sebagai moderator pada sesi pertama. Abdul Rahman Saleh menyampaikan dasar-dasar negosiasi saat itu. Ia memaparkan, negosiasi dekat dengan kehidupan nyata. “Dalam hidup sehari-hari, kita semua bernegosiasi,” paparnya. Ia juga menjelaskan, negosiasi haruslah dalam konteks win-win solution: tidak melanggar moral, etika, dan hukum.
Selain mengurai dasar-dasar negosiasi, dibahas pula kerangka dan teori negosiasi, teknik, dan tinjauan hukum. Ia menjabarkan banyak kerangka negosiasi dalam dunia hukum, dagang, politik, dan kehidupan sehari-hari. Selain itu, ia juga memaparkan teori dan paradigma negosiasi. “Perlu bagi kita untuk memahami teori negosiasi,” tambahnya.
Pada termin kedua workshop tampil Prabu Revolusi pada termin kedua. Sesi tersebut dipandu Muhammad Sulhan, S.IP., M.Si., Ph.D. Cand. Prabu mengawali pembicaraan dengan menceritakan pengalaman pribadinya. Ia menegaskan, profesi public speaker bukanlah untuk jurusan tertentu. “Saya tidak pernah bermimpi untuk terjun di dunia ini,” ujar alumni Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung ini. Ia juga menekankan bahwa dalam public speaking, yang terpenting adalah kekuatan mental. “Delapan puluh persen keberhasilan public peaking adalah mental, jika Kamu mengatakan bisa, maka pasti bisa,” tambahnya.
Prabu mencontohkan figur public speaker yang baik. Ia menyebut Bung Karno, Barack Obama, dan Steve Jobs. “Mereka menurut saya adalah pembicara yang luar biasa,” tandasnya. Selama membawakan materi, Prabu terlihat sangat interaktif dengan peserta. Dalam satu kesempatan, ia memanggil salah satu peserta, Fajar Kurniawan untuk berbicara di depan.
Setelah materi dari Prabu Revolusi, selanjutnya panitia mengadakan permainan yang diberi nama “Ayo Bicara” sebagai wahana implementasi dari materi yang sudah diberikan. Dalam permainan tersebut, peserta dibagi dalam beberapa kelompok untuk kemudian diminta berbicara dengan tema yang ditentukan panitia.
Tanggapan positif datang dari peserta workshop, salah satunya datang dari I Komang Satya Harihara. Mahasiswa Politeknik Seni Yogyakarta ini menyatakan bahwa acara ini sangat bermanfaat. “Kebetulan saya sangat membutuhkan kemampuan ini untuk usaha,” ujarnya. Ia juga berkomentar mengenai pembicara, “Mas Prabu cukup interaktif dengan audiens, penyampaiannya bagus,” tambahnya. “Menarik, seru, nggak membosankan juga,” ucap Rosalita Dian Utami, mahasiswa Komunikasi Atmajaya Yogyakarta.
Ketua panitia acara mengatakan, konsep acara ini berusaha mengkombinasikan dua jurusan yang berbeda. “Jatuhnya di dua jurusan dari komunikasi Public Speaking, kalau hukum negosiasinya,” ungkap Kevin Eduard Matindas. Public Speaking and Negotiation Workshopdiharapkan mampu memberikan bekal cara penyampaian yang baik. “Selama ini, masalah mahasiswa pada penyampaiannya, padahal secara materi sudah bagus,” pungkas mahasiswa Hukum 2010 ini. [Mukhammad Faisol Amir, Muhammad Luthfi Fatkhurrokhman]