Balairungpress
  • REDAKSI
    • APRESIASI
    • BERITA JOGJA
    • KILAS
    • LAPORAN UTAMA
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • KAJIAN
    • WAWASAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • Rektra 2022
  • EnglishEnglish
  • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
Pos Teratas
Buntut Polemik Uang Pangkal, Mahasiswa UGM Gaungkan Tagar...
Surat Pengadilan
Pintu Ajaib “Pemecah Masalah Mahasiswa” Itu Bernama Crisis...
Tetapkan Uang Pangkal, UGM Bukan Lagi Kampus Kerakyatan
Penerbitan Perppu Ciptaker Masih Penuh Polemik dan Merugikan...
Memburu Keadilan, Melawan Ketidakadilan Aparat atas Kasus Salah...
Bualan Reformasi Polri Tanpa Lembaga Pengawas Eksternal
Bayang-Bayang Masalah Struktural dalam Penanganan Kesehatan Mental
Antarkata Antar Pikiran
SSPI Cacat Formil, Mahasiswa Berencana Ajukan Gugatan ke...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • APRESIASI
    • BERITA JOGJA
    • KILAS
    • LAPORAN UTAMA
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • KAJIAN
    • WAWASAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • Rektra 2022
  • EnglishEnglish
  • Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia
BUKUKABARNALAR

Menilik Konstruksi Budaya Secara Historis

Desember 5, 2011

Budaya, Metabudaya

Judul             : Budaya Metabudaya

Penulis            : Francis Mulhern

Tebal               : 248 halaman

Penerbit          : Jalasutra

Gagasan tentang budaya adalah sebuah reaksi umum terhadap sebuah perubahan yang umum dan besar yang terjadi atas kondisi kehidupan kita bersama. (Williams, 1961)

Kebudayaan merupakan titik awal konstruksi sosial yang ada di masyarakat. Hal itu dikarenakan kebudayaan berasal dari kebiasaan pola pikiran dan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Tidak heran jika tiap wilayah memiliki kebudayaan yang berbeda dengan wilayah lain. Dari perbedaan tersebut tentunya sangat menarik untuk diwacanakan dalam kajian intelektual. Oleh karena itu para cendekiawan kebudayaan berusaha menelaah kebudayaan mulai dari definisi, perkembangan, hingga idealitas kebudayaan yang ada di masyarakat.

Francis Mulhern dalam buku ini menawarkan sebuah pengantar ringkas mengenai definisi budaya dalam pemahaman masyarakat dunia barat di masa kini. Mulhern memaparkan peranan penting budaya dalam kehidupan sosial masyarakat. Dia memulai pengkajian budaya sebagai topik berdasarkan beberapa tradisi intelektual utama di abad lampau. Dari sudut pandang tersebut dia melakukan pendeskripsian ulang tentang metabudaya atau diskursus metabudaya.

Mulhern berusaha menjelaskan argumen terkait isu-isu konseptual dan politik yang terlibat dalam pendefinisian budaya. Dia membuat perbandingan teoritis tentang definisi kebudayaan berdasarkan pemikiran para tokoh intelektual seperti Mann, Arnold, Freud, Sartre, Woolf, dan Elliot.  Dari perbandingan teoritis tersebut pembaca dapat mengetahui beberapa sudut pandang cendekiawan  yang berteori tentang budaya di abad 20. Dalam buku setebal 248 halaman ini terdapat pula pemahaman tentang sejarah perdebatan definisi ‘budaya tinggi’ dan ‘budaya rendah.’ Perdebatan ini dikaji dengan menggunakan pendekatan interdisipliner yang melintasi batas antara kajian sastra berdasarkan teori cultural studies. Berdasarkan pemahaman tersebut, pembaca diajak untuk mengerti bahwa pada dasarnya budaya sudah menancapkan dirinya di semua disiplin ilmu, seperti  sejarah, sosiologi, dan studi sastra. Meskipun pada beberapa pengertian lama istilah budaya bersifat fundamental.

Mulhern memulai diskursus metabudaya dengan menarasikan sekaligus menganalisis pemaparan mengenai Kulturkritik Eropa. Kulturkritik ini merupakan sebuah tradisi yang mengajukan budaya minoritas sebagai penawar atas modernitas massa. Hal itu mengakibatkan munculnya ketidakseimbangan antara besarnya skala kehidupan dengan nilai-nilai tradisional yang ada. Sebagai contoh kasus adalah  diskursus tentang nasionalisme di Jerman pada zaman perang oleh Thomas Mann. Mann berargumentasi pada masa perang Jerman melawan sekutu dia melihat saat terakhir berdirinya suatu tatanan tradisionalis yang sedang melawan kekuatan-kekuatan spiritual subversif modernitas. Menurut istilah klasik dalam idiom Jerman hal ini digambarkan dengan masih berdirinya budaya yang sedang bertarung dengan peradaban.

Pembahasan berikutnya tentang pemikiran para tokoh yang melawan konsepsi Kulturkritik. Beberapa konsep pemikiran para tokoh diulas oleh Mulhern dalam buku ini. Pemikiran Freud yang menunjukkan kesatuan substansial antara budaya dan peradaban berdasarkan premis-premis teoretiknya. Selanjutnya tentang konsep androgini Woolf  yang membedakan secara tajam antara taksonomi budaya dari tatanan kelas sosial yang ada. Berdasarkan konsep androgininya, Woolf menebus kanon nilai kultural yang sudah diterima dari deformasi patriarkal dan menghadirkannya sebagai nilai masa kini dan norma di masa depan. Kemudian analisis pemikiran Orwell dalam esai-esainya yang berusaha mendobrak batas-batas diskursif Kulturkritik hingga pengaruh kaum Marxis terhadap perkembangan budaya. Berlandaskan telaah pemikiran-pemikiran para tokoh tersebut Mulhern mengajak pembaca memahami bagaimana kebijakan-kebijakan yang muncul dari proses politik para intelektual.

Analisis selanjutnya tertuju pada telaah kelahiran Cultural Studies yang cenderung berpusat pada kajian media, politik, etnisitas, dan Marxisme. Cultural Studies telah menjadi otonomi dan memiliki arah pada suatu objek studi dan isu dalam sebuah problematika yang khas. Dari analisis tersebut dapat diketahui bahwa Cultural Studies akan melakukan demistifikasi atas presumtif otoritas Kulturkritik dan formasi-formasi tradisional yang dipertahankannya.Cultural Studies akan memperlemah dan mengalahkan Kulturkritik terutama dari kontras historis biografis. Akan tetapi kontradiksi tersebut tidak bisa memutus kontinuitas formal metabudaya antara Kulturkritik dan Cultural Studies.

Buku ini menyajikan penjelasan secara konseptual perkembangan budaya terhadap alur yang timbul dari kondisi umum berdasarkan kondisi-kondisi sosial-historisnya. Penjelasan secara kronologis memberikan implikasi sesuai dengan urutan waktu cerita mengenai kemajuan maupun kemerosotan yang timbul di masyarakat. Oleh karenanya muncul pandangan dan interpretasi pada pembaca terkait masalah yang timbul dari kondisi masyarakat sekarang terhadap masalah sosial.

Berdasarkan budaya awal yang dipegang oleh suatu individu maupun kelompok masyarakat tidak serta merta buku ini  memiliki kesempurnaan. Adanya ambiguitas yang timbul dari pengertian kritisisme budaya menimbulkan kebingungan konseptual karena memunculkan pengertian secara luas. Namun, hal itu dapat diminimalisir dengan suatu pemahaman yang lebih kompleks dan objektif. Penulis merefleksikan budaya bukan dari pemahamannya sendiri tetapi juga dari perspektif ringkasan kritik dari tokoh lain yang memberikan konklusi terhadap kritisme budaya.

Penulis merekontruksi pemahaman dari ringkasan kritik terhadap perkembangan budaya dari perangkat topik-topik dan prosedur-prosedur yang terbentuk secara historis. Penulis menjelaskan subjek kajian yaitu budaya sebagai topik perdebatan  untuk memperoleh kajian yang lebih terperinci. Hal itu didasarkan kepada proses  penjabaran definisi-definisi sebagai acuan  maupun prinsip. Secara keseluruhan penulis berhasil menyimpulkan sebuah diskusi brilian tentang pengertian metabudaya. Terlepas dari kekurangan dan kelebihannya, buku ini bermanfaat bagi masyarakat yang ingin memperdalam pemahaman tentang kebudayaan.[Heru, Mira]

budayakonstruksi budayamatabudaya
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Buntut Polemik Uang Pangkal, Mahasiswa UGM Gaungkan Tagar...

Pintu Ajaib “Pemecah Masalah Mahasiswa” Itu Bernama Crisis...

Tetapkan Uang Pangkal, UGM Bukan Lagi Kampus Kerakyatan

Penerbitan Perppu Ciptaker Masih Penuh Polemik dan Merugikan...

Memburu Keadilan, Melawan Ketidakadilan Aparat atas Kasus Salah...

Bualan Reformasi Polri Tanpa Lembaga Pengawas Eksternal

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Buntut Polemik Uang Pangkal, Mahasiswa UGM Gaungkan Tagar #UniversitasGagalMerakyat

    Februari 2, 2023
  • Surat Pengadilan

    Februari 1, 2023
  • Pintu Ajaib “Pemecah Masalah Mahasiswa” Itu Bernama Crisis Center

    Januari 24, 2023
  • Tetapkan Uang Pangkal, UGM Bukan Lagi Kampus Kerakyatan

    Januari 20, 2023
  • Penerbitan Perppu Ciptaker Masih Penuh Polemik dan Merugikan Buruh

    Januari 16, 2023

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Spesies Invasif

Polisi Virtual

Fasilitas Mahasiswa Penyandang Disabilitas di UGM Belum Maksimal

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • MASTHEAD
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM