Kamis (16/6), National Geographic Indonesia (NGI), lembaga jurnalistik yang menaruh perhatian pada isu-isu alam beserta isinya, bekerja sama dengan Unit Fotografi (UFO) UGM menggelar sharing moment, sebuah presentasi karya fotografi, bertajuk âHidup di Pinggang Merapiâ. Eventyang berlangsung di Auditorium Fakultas Teknologi Pertanian UGM ini merupakan rangkaian dari FotoKita Award 2011, sebuah kontes foto yang digelar NGI. NGI berharap rangkaian acara ini dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat akan jumlah populasi penduduk dunia yang semakin meningkat. âTahun 2011 ini populasi penduduk dunia akan berjumlah tujuh miliar. Agar isunya tidak menjadi liputan biasa, kita adakan event ini,â jelas Purwo Subagiyo, Digital Strategist NGI.
Hadir Firman Firdaus, Editor NGI, sebagai pembicara. Ia menjelaskan perihal tema âTujuh Miliar Manusiaâ yang diangkat dalam rangkaian acara tersebut. Menurutnya dengan semakin bertambahnya populasi manusia, akan timbul banyak permasalahan. Mulai dari masalah kurangnya air bersih, hingga masalah padatnya penduduk. âKita harus menyadari adanya hal ini,â tegasnya.
Sesuai dengan judulnya, dalam acara ditampilkan foto-foto yang berkaitan dengan tema populasi dalam hubungannya dengan bencana Merapi. Foto-foto tersebut adalah hasil karya Dwi Oblo, fotografer lepas sekaligus kontributor NGI dan Reuters, sebuah agen berita global di London. Sembari menampilkan hasil bidikan apiknya di layar proyektor, ia memaparkan cerita di balik proses pengambilan gambar. Misalnya, ia menuturkan usahanya memanjat sebuah menara pemancar untuk memotret perumahan warga yang terendam lahar dingin di Kali Putih.
Melalui hasil jepretannya, foto yang ditampilkan Oblo seakan bercerita tentang kehidupan warga yang terkena dampak letusan gunung Merapi. Beberapa fotonya menggambarkan kehidupan warga yang tinggal di dome dan hunian sementara. Tidak melulu soal kesulitan hidup yang dialami penyintas, ia juga menampilkan orang-orang yang masih memiliki semangat berkesenian di tengah segala keterbatasan. Di kampung Jumoyo, ia menangkap momen ketika para pengungsi menggelar pentas seni Jatilan. âMereka seperti berkata, kita itu memang kena bencana, tapi enggak sedih-sedih amat lah,â ujar Oblo.
Peserta mengikuti acara dengan antusias. Hal ini terlihat dengan banyaknya peserta yang mengacungkan tangan untuk mengajukan pertanyaan. Dwi Andi Rohmatika, mahasiswa Akuntansi UGM 2007, salah satu dari sekitar 100 peserta yang hadir, berpendapat bahwa acara tersebut sayang untuk dilewatkan. âAcara ini menambah khasanah pengetahuan di bidang fotografi,â ujarnya. [Fitriani Mamonto, Shandy Wilo]