Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...
Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...
Kota Batik yang Tenggelam
Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal
Membumikan Ilmu Bumi
Kuasa Kolonial Atas Pangan Lokal
Anis Farikhatin: Guru Kesehatan Reproduksi Butuh Dukungan, Bukan...
Tangan Tak Terlihat di Balik Gerakan Rakyat
Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...
LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABAR

JOGJA SOLD OUT, REFLEKSI TATA RUANG DI YOGYAKARTA

April 25, 2015

IMG_4124
“Ruang terbuka hijau semakin berkurang. Setiap hari Yogyakarta semakin padat oleh bangunan,” ucap Dr. Suharko, Ketua Sociology Reseach Center (SOREC) UGM. Dalam sambutannya pada acara “Jogja Sold Out (?)”, Rabu (22/04), Suharko menyinggung beberapa persoalan tata ruang di Yogyakarta. Hal ini berkenaan dengan peringatan Hari Bumi yang jatuh pada hari itu. Ia mengungkapkan, banyak masyarakat resah akibat pembangunan hotel dan apartemen yang sedang marak di Yogyakarta. Pembangunan hotel dan mall menurutnya mengakibatkan masyarakat kesulitan mendapat air karena disedot oleh hotel dan apartemen.
Acara yang diadakan di ruang Seminar Timur FISIPOL UGM ini juga menghadirkan Dodok Putra Bangsa, aktivis Jogja Asat, sebagai pembicara. Berdasarkan data yang miliki Dodok,ada sekitar 67 hotel yang akan dibangun di Yogyakarta. Rencana ini dikhawatirkan akan membuat sumur-sumur warga semakin kering. Pembangunan apartemen dan hotel akan menyedot air tanah sehingga sumur warga yang ada di sekitar apartemen atau hotel menjadi kering. “Permasalahan air adalah hal yang krusial. Manusia tidak bisa hidup tanpa air, tapi sumur menjadi kering karena pembangunan apartemen dan hotel,” singgung Dodok.
Francis Wahono, Direktur Center for Integrated Development and Rural Studies (Cindelaras), juga turut memberikan pandangannya. Ia menjelaskan, Yogyakarta merupakan cekungan besar yang dikelilingi deretan gunung api, seperti Gunung Slamet, Sindoro, Sumbing, Ungaran, Merbabu, dan Merapi. “Kalau pembangunan Yogyakarta tidak terkontrol, maka Yogyakarta yang awalnya cekungan raksasa bisa jadi comberan besar,” ucap penulis buku Ekonomi Hijau tersebut.
AB. Widyanta, peneliti Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan UGM, dalam diskusi ini mengajak masyarakat untuk merenung. Menurutnya, semua pihak sebaiknya memposisikan persoalan ini sebagai persoalan bersama, bukan hanya persoalan orang-perorangan. Kaum intelektual harus lebih bersuara lagi untuk menghidupkan pergerakan. Masalah di Yogyakarta adalah salah satu masalah bumi yang harus segera diselesaikan. “Sesungguhnya Bumi ini cukup untuk memenuhi kebutuhan semua manusia, tapi tidak untuk satu orang yang serakah,” tutupnya.[Sitti Rahmania]

Hari Bumipembanguan yogyakartatata ruang yogyakarta
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Peringatan Hari Perempuan Sedunia 2022 Tuntut Bebaskan Perempuan...

Tuntut Audiensi dan Pencabutan IPL, Aksi untuk Wadas...

Penyintas Kekerasan Tuntut Keadilan Lewat Karya Tulis

Di Balik Kampanye Antitembakau, Industri Farmasi Monopoli Nikotin

Pelarangan Senjata Nuklir Kian Mendesak di Tengah Konflik...

Survei LSI: Masyarakat dan Partai Politik Kompak Menolak...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua Bukan Tanah Kosong

    November 24, 2025
  • Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam Sikapi Diskriminasi

    November 24, 2025
  • Kota Batik yang Tenggelam

    November 21, 2025
  • Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal

    November 21, 2025
  • Membumikan Ilmu Bumi

    November 21, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM