Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...
Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir
SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan
Jejak Trauma Kolektif Korban Kekerasan Orde Baru dalam...
Jurnalis Perempuan Selalu Rasakan Ketimpangan dan Kekerasan
Zine Media Perlawanan Alternatif Perempuan di Tengah Perayaan...
Proyek Kapitalisasi Kegilaan
Kelakar UGM, KKN Tak Boleh Kelar

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARKILAS

Paradoks: Penyadaran akan Kebudayaan Tradisional

Desember 19, 2014
©dok

©dok

“Kemajemukan adalah kekayaan utama. Keragaman bahasa, tata adat, kearifan tradisional, kesenian, tradisi masyarakatnya adalah keunggulan dan keunikan yang bikin bangsa lain ngiler melihat Indonesia,” tutur Butet Kartaredjasa. Kata-kata di atas merupakan monolog yang disampaikan Butet dalam acara pagelaran yang diadakan oleh Marching Band (MB) UGM. Pria yang berkarir sebagai seniman dan pemain drama tersebut tampil sebagai guest star dalam acara ini.

Pembukaan pagelaran dimulai pukul 20.30 WIB dengan penayangan sejarah MB UGM. Dilanjutkan dengan musik konser pertama yang bertemakan “Indonesia Kaya Akan Alam”. Lalu, musik konser kedua yang mengambil tema “Indonesia Kaya Akan Budaya”. Disambung musik konser ketiga dan keempat dengan tema masing-masing “Modernitas” dan “Penetrasi dan Gempuran Budaya”. Selanjutnya, musik konser kelima dengan tema “Nasihat”. Di setiap jeda antar musik konser, Butet tampil dengan kepiawaiannya dalam bermonolog.

Untuk menyukseskan acara yang berlangsung di Grha Sabha Pramana (GSP) ini, dikerahkan pemain sebanyak 87 personil yang terdiri dari 13 Brass (Trumpet), 7 Brass (Mellophone), 7 Brass (Baritone), 5 Brass (Euphonium Tuba), 11 Pit Instrument, 16 Battery, 26 Color Guard, dan 2 Field Commander. Mereka semua merupakan anggota MB UGM rotasi 31 sampai 32. Rotasi merupakan sebutan untuk menyatakan angkatan dalam MB UGM. Meskipun MB UGM sudah mencapai usia 35 tahun, tetapi rotasinya baru sampai 33 untuk angkatan 2014. Hal ini dikarenakan penggunaan istilah rotasi baru dimulai tiga tahun sejak berdirinya MB UGM.

Dalam acara tersebut, MB UGM tidak hanya tampil sendirian, tetapi juga ada bintang tamu dan kolaborator yang mengiringi mereka. Ada Sekolah Menengah Musik (SMM) Yogyakarta, Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Fakultas Kehutanan UGM, Dawai Musik Production, dan penampilan monolog Butet Kertaradjasa. Total dari keseluruhan pemain dalam pagelaran kali ini sebanyak 100-an personil.

Guna mempersiapkan acara yang berlangsung pada tanggal 13 Desember 2014 ini, para pemain sudah memulai latihan sejak bulan Maret hingga April. Namun, untuk latihan intensif dimulai sejak bulan Mei hingga November. Mereka mempersiapkan acara kali ini dengan matang karena tahun ini mereka tidak mengikuti lomba-lomba Marching Band. “Kami memang ingin melakukan sesuatu hal yang berbeda untuk tahun ini, yaitu konser musik,” jelas Yusti, mahasiswa jurusan Teknik Industri 2011.

Yusti juga menjelaskan bahwa acara kali ini terbilang sukses karena tiket yang berjumlah 900 eksemplar terjual habis. Tidak hanya itu, pada undangan yang hadir mencapai 75 orang dari 100 undangan yang disebar. Terbukti, pada saat pagelaran, GSP dipadati penonton yang ingin menyaksikan acara ini. Ia menambahkan bahwa ia sangat senang akan kinerja panitia yang berjumlah 50-an kali ini. “Mereka bekerja secara profesional,” paparnya.

Di sisi lain, Topan Alrian Ramadhan, salah satu pemain dari MB UGM mengatakan bahwa persiapan kali ini berbeda daripada biasanya. Ia menuturkan, waktu yang lama tersebut adalah bukti keseriusan MB UGM dalam mengadakan pagelaran kali ini. Meskipun begitu, ia mengaku tetap senang berada di MB UGM dan bisa tampil dalam acara ini. “Di sinilah aku menemukan makna hidup. Pembina (MB UGM) pernah berkata, ‘Ketika teman kalian mengerjakan tugas, kalian latihan. Ketika teman kalian istirahat, kalian mengerjakan tugas.’ Inilah yang memang kucari,” tutur mahasiswa Psikologi 2014 tersebut.

Pagelaran yang mengusung tema “Paradoks : Masihkah (Kita) Indonesia” diselenggarakan dalam rangka memperingati Lustrum MB UGM yang ketujuh. Yusti Riyandini, Manajer Umum Pagelaran MB UGM menjelaskan bahwa alasan mengambil tema di atas karena sekarang budaya Indonesia mulai dilupakan oleh pemuda bangsa sendiri. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya acara ini dapat menyadarkan generasi muda untuk peduli dengan kebudayaan bangsanya. “Jangan sampai udah dicuri baru mengklaim, telat,” tambahnya.

Lagu berjudul Indonesia Mahardika yang diciptakan oleh Guruh Soekarnoputra menjadi penutup acara kali ini. Yang bertindak sebagai Arranger adalah Natanael Setyo Dimasto, mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.  Selain itu, pada akhir acara juga Iwan Dwi Prahasto, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UGM juga memberikan bunga kepada guest conductor, Natanael. Terakhir, para pemain MB UGM berdiri melingkar di panggung utama dan menyanyikan lagu Hymne Gadjah Mada. [Abiyyu, Rahma].

butetgsplustrummarching bandparadoks
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah

Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...

SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan

Jejak Trauma Kolektif Korban Kekerasan Orde Baru dalam...

Jurnalis Perempuan Selalu Rasakan Ketimpangan dan Kekerasan

Zine Media Perlawanan Alternatif Perempuan di Tengah Perayaan...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah

    Mei 4, 2025
  • Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau

    Mei 4, 2025
  • Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender dalam Sejarah Indonesia

    Mei 3, 2025
  • Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

    April 30, 2025
  • SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan

    April 28, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM