Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
BARA ADIL Lakukan Siaran Pers, Ungkap Catatan Penangkapan...
Sampai Kapanpun, Aparat Bukanlah Manusia!
Polisi Tidur
Solidaritas Warga Warnai Aksi Jogja Memanggil
Partisipasi Publik Makin Terbatas, Ruang Sipil Kena Imbas
Demonstrasi di Mapolda DIY, Gas Air Mata Penuhi...
Jerit Masyarakat Adat Papua dalam Jerat Kerja Paksa...
Konservasi yang Tak Manusiawi
Anggaran Serampangan
Diskusi Serikat Pekerja Kampus, Soroti Ketidakjelasan Proses Etik...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
ANALEKTABINGKAIKABAR

[Potret Story] Helatan Tradisi Jemparingan

Juni 26, 2012

Puluhan orang berpakaian adat Jawa memadati sudut halaman Kemandungan di Kompleks Kraton Yogyakarta Selasa (19/6) sore. Mereka tengah mengikuti lomba panah tradisional Mataraman atau yang lazim disebut Jemparingan. Jemparingan adalah tradisi peninggalan dari Sultan Hamengku Buwono X. Kegiatan panahan tradisional ini telah dilombakan sejak 1934. Di masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono X, lomba ini diadakan setiap 35 hari sekali dan bertepatan dengan waktu hari dalam tanggalan Jawa, yakni Selasa Wage. Kini, panahan tradisional Mataraman menjadi salah satu gaya dalam cabang olahraga panah di Indonesia.

Semua orang yang mengikuti lomba diharuskan menggunakan busana adat Jawa, busur serta panah tradisional. Jemparingan sendiri terdiri dari 20 babak. Dalam satu babak, pemanah diperbolehkan untuk menembakkan empat buah anak panah. Sasaran dari para pemanah adalah wong-wongan. Wong-wongan adalah target berupa tongkat yang merepresentasikan manusia. Target tersebut terdiri dari dua bagian, yakni kepala dan badan. Baik kepala dan badan mempunyai nilai yang berbeda. Apabila pemanah dapat mengenai kepala maka ia akan mendapatkan tiga skor. Sedangkan, bagian badan hanya akan menambah satu skor bagi pemanah. Sebanyak tiga pemenang dari kelompok putra dan putri dipilih berdasarkan perolehan skor terbanyak. [Teks: Nindias Nur Kalika, Foto: Hary Prasojo Syafa’atillah]

 

©jojo. bal

©jojo. bal

©jojo. bal

©jojo. bal

©jojo. bal

©jojo. bal

©jojo. bal

©jojo. bal

©jojo. bal

©jojo. bal

©jojo. bal

©jojo. bal

©jojo. bal

©jojo. bal

JemparinganPanahan
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Polisi Tidur

Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

Rintih Dara

Antara Stigma dan Setara

Tak Kasat Makna

Anggaran Tersedot Misterius (ATM)

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • BARA ADIL Lakukan Siaran Pers, Ungkap Catatan Penangkapan Massa

    September 15, 2025
  • Sampai Kapanpun, Aparat Bukanlah Manusia!

    September 9, 2025
  • Polisi Tidur

    September 6, 2025
  • Solidaritas Warga Warnai Aksi Jogja Memanggil

    September 5, 2025
  • Partisipasi Publik Makin Terbatas, Ruang Sipil Kena Imbas

    September 3, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM