Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...
Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...
Kota Batik yang Tenggelam
Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal
Membumikan Ilmu Bumi
Kuasa Kolonial Atas Pangan Lokal
Anis Farikhatin: Guru Kesehatan Reproduksi Butuh Dukungan, Bukan...
Tangan Tak Terlihat di Balik Gerakan Rakyat
Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...
LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARKILAS

Mulai 2012, Konversi Televisi Analog ke Digital

Mei 1, 2011

Rabu (27/4) siang, Lembaga Kajian Opini Publik (LKOP) mengadakan diskusi media bertajuk “Menimbang Kepentingan Publik dalam Digitalisasi Penyiaran.” Bertempat di University Club UGM, LKOP mengundang Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni, Dosen Ilmu Komunikasi UGM dan Ir. Anang Ahmad Latif, M.Sc., Kepala Sub Divisi Pengembangan Infrastruktur Kemenkominfo, selaku pembicara.

Di hadapan hadirin yang berasal dari kalangan jurnalis, Komisi Penyiaran Indonesia, aktivis LSM, dan mahasiswa, Anang menjanjikan revisi UU No. 32/2002 tentang Penyiaran tuntas akhir 2011. Imbasnya, dalam kurun 2012-2017, sistem penyiaran Indonesia akan mengalami masa transisi dari analog ke digital. “Semacam konversi minyak tanah ke gas, televisi analog akan dihilangkan setelah masyarakat memiliki set top box, perangkat yang dapat menangkap siaran televisi digital,” jelas Anang.

Sementara itu, Hermin menyangsikan kesanggupan masyarakat membeli set top box. Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FISIPOL UGM itu mengkhawatirkan kesenjangan informasi antara masyarakat yang mampu membeli set top box dan yang tidak. Terkait hal itu, Anang mengatakan adanya kemungkinan subsidi untuk masyarakat.

Sekalipun pengadaannya menimbulkan polemik, Anang menilai televisi digital lebih banyak keunggulannya. Konsumen dimanjakan dengan kualitas gambar dan suara yang lebih baik. Selain itu, pilihan programnya lebih banyak sehingga industri kreatif dapat berkembang. Daya energi yang digunakan pun sepersepuluh dari televisi analog. Infrastruktur dan biaya operasionalnya juga lebih efisien serta keterbatasan frekuensi radio dapat teratasi.

“Dengan sistem analog, jika tidak punya kanal maka tidak bisa siaran. Kalau digital, cukup bekerja sama dengan penyelenggara yang punya infrastruktur,” ujar Anang.

Daniel Damandolo, salah seorang peserta diskusi bertanya, “Ini memang solusi dari keterbatasan kanal. Namun, apakah pengaturannya transparan?”. Menurut Kepala Nusa TV cabang Yogyakarta itu, percuma saja televisi lokal bisa siaran dengan digital tetapi kontennya tetap tersentralisasi. Anang menjawab, setelah pasal-pasalnya keluar, pasti akan didiskusikan kepada publik. Pihaknya tengah mengupayakan agar televisi lokal berkesempatan memiliki infrastruktur sendiri.

Adapun tentang pelaksanaan digitalisasi penyiaran, Hermin mengingatkan kecenderungan kontrol dari aktor-aktor dominan. Indonesia mempunyai karakter khusus di mana teknologinya dipengaruhi ekonomi-politik. Ia menekankan kembali prioritas pertanggungjawaban kepada publik. “Saya berharap ini akan menjadi jalan untuk mengatasi permasalahan sistem siaran analog,” Hermin optimis. [Ay]

frekuensi radiokemenkominfoLKOPpenyiaranrevisi uu 32/2002set top boxtelevisi analogtelevisi digital
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...

Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...

Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...

LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Diskusi dan Perilisan Zine Maba Sangaji Basuara, Tilik...

Diskusi Buku dan Budaya, Soroti Peran Sastra Melawan...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua Bukan Tanah Kosong

    November 24, 2025
  • Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam Sikapi Diskriminasi

    November 24, 2025
  • Kota Batik yang Tenggelam

    November 21, 2025
  • Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal

    November 21, 2025
  • Membumikan Ilmu Bumi

    November 21, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM