Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...
Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir
SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan
Jejak Trauma Kolektif Korban Kekerasan Orde Baru dalam...
Jurnalis Perempuan Selalu Rasakan Ketimpangan dan Kekerasan
Zine Media Perlawanan Alternatif Perempuan di Tengah Perayaan...
Proyek Kapitalisasi Kegilaan
Kelakar UGM, KKN Tak Boleh Kelar

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
BUKUKABARNALAR

Karakter Bangsa

November 20, 2012
jojo. bal

jojo. bal

Judul   : Wanita dalam Pembinaan Karakter Bangsa

Penulis : Prof. Dr. Husein Haikal, MA

Penerbit : Pustaka Pelajar

Waktu Terbit : April 2012

Jumlah Halaman : xiv + 206

 

Perempuan adalah tokoh utama dalam membina karakter bangsa. Lalu, bagaimana peran yang harus dimainkannya? 

Seorang lelaki besar biasanya memiliki wanita hebat di sampingnya. Ungkapan tersebut mewakili peran wanita dalam mendukung kesuksesan seseorang. Sebab, wanita yang tangguh mampu melahirkan generasi yang tangguh pula. Mereka yang paling berperan dalam membentuk karakter dan mental generasi muda. Sosok-sosok itulah yang akan menggantikan orang-orang tua dalam memimpin bangsa ini. Maka dari itu, merupakan hal yang penting untuk menumbuhkan kesadaran  para wanita bahwa mereka memegang kunci emas dalam memajukan kehidupan suatu bangsa.

Kesadaran tentang pentingnya peran wanita dalam pembentukan karakter membuat Prof. Dr. Husein Haikal, MA menulis buku yang berjudul “Wanita dalam Pembinaan Karakter Bangsa”. Buku setebal 206 halaman ini berisi penjabaran tentang peran wanita sebagai kader pembentuk karakter. Di sini, Prof. Husein memberikan banyak informasi tentang wanita-wanita hebat yang sukses membuat perubahan. Melalui bukunya, penulis seolah ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa perempuan mempunyai peran yang sangat kompleks dalam sebuah keluarga.

Seiring perkembangan zaman, paradigma tentang konsep kewanitaan semakin bergeser. Peran wanita sebagai pendamping suami kini semakin melebar. Tidak hanya mendampingi, wanita masa kini bebas beraktivitas di luar tanpa harus mengekor di belakang lelaki. Tapi, pada hakikatnya tetap wanita adalah pendamping. Tidak pernah seorang wanita disebut pemimpin atau kepala keluarga.

Secara etimologis, kata perempuan berasal dari kata empu yang berarti pusat atau orang yang mahir. Kata perempuan juga berhubungan dengan kata ampu yang bermakna dukung atau memerintah. Namun dalam penggunaannya di masyarakat, kata wanita justru dianggap memiliki makna yang lebih terhormat. Kata wanita dinilai kurang karena berhubungan dengan kata betina yang memiliki makna negatif jika digunakan pada manusia. Betina berasal dari kata batina dalam bahasa Kawi yang mengalami metatesis, yaitu perubahan letak huruf, bunyi, atau suku kata.

Konsep kewanitaan ini disampaikan penulis dalam bab kedua.  Penulis menyampaikan tentang konsep penggunaan kata ‘wanita’ dan ‘perempuan’ yang memiliki perbedaan makna. Jika kata wanita diidentikkan dengan pendamping atau pelayan laki-laki, kata perempuan memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Perempuan identik dengan kemandirian.

Bab ketiga buku ini mengulas tentang peran perempuan di ruang publik dan keluarga. Dalam upaya membangun karakter bangsa, seorang ibu harus bisa mendidik dan membangun karakter anaknya agar siap menjadi pewaris negara. Sebab, pembentukan karakter seseorang dimulai sejak dalam kandungan. Dalam melahirkan anak-anak yang siap menjadi pewaris negara, seorang ibu harus terlebih dahulu memahami peran yang dimainkannya.

Keluarga adalah lingkup terkecil dalam usaha membina karakter bangsa. Di sinilah peran perempuan sangat dibutuhkan. Ibu adalah orang terdekat yang mampu mendidik anak sesuai keinginannya. Jika seorang anak diberi pemahaman tentang ilmu agama, maka ia akan menjadi sosok yang agamis. Begitu juga dengan anak yang selalu diberi pemahaman kebangsaan, maka ia akan menjadi sosok yang nasionalis.

Dalam bab ini, Prof. Husein menampilkan sosok perempuan yang menurutnya patut dijadikan contoh melalui pengisahan sejarah tokoh perempuan di seluruh dunia.  Penulis mengisahkan hidup Ann Dunham, ibu kandung Barack Obama, dalam mendidik Obama hingga menjadi tokoh yang disegani. Ia juga menulis tentang perjuangan perempuan di Indonesia dalam pergerakan kemerdekaan, misalnya Kartini dan Cut Nya’ Dien. Para perempuan itu adalah mereka yang menyadari perannya sebagai seorang wanita. Mereka tidak mau tunduk pada kebiasaan lama. Hal ini berkaitan dengan aliran feminisme, yaitu suatu gerakan emansipasi wanita yang dimunculkan oleh Marry Wallstenocraff. Meskipun aliran ini secara resmi pada tahun 1970an, konsep feminisme sudah ada di Indonesia sejak zaman penjajahan.

Penulis tidak hanya menyoroti wanita yang populer karena perjuangannya. Ia juga menampilkan sosok seniman wanita yang cukup berpengaruh, seperti Siti Nurhalizah, Titiek Puspa, dan Lilis Suryani. Menurutnya, seniman perempuan memiliki peran dalam pembentukan karakter bangsa. Sebab, seperti yang diungkapkan oleh Hamengku Buwono IX, kemerosotan berbangsa Indonesia bisa jadi disebabkan oleh elit politik tidak tumbuh dalam tradisi berkesenian. Padahal pendidikan kesenian dapat melatih kritis mata terhadap dunia visualnya, serta melatih individu untuk menyadari berbagai segi dalam ruang kehidupan (hlm. 56).

Melalui contoh tokoh perempuan tersebut, Prof. Husein seolah ingin menunjukkan kepada pembaca bahwa perempuan juga harus mampu terlibat dalam perkembangan dunia. Pada intinya, peran perempuan sebagai kader pembentuk karakter tidak terbatas pada lingkup rumah tangga. Namun, memberikan inspirasi seperti yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut juga merupakan salah satu cara untuk membentuk karakter suatu bangsa.

Buku ini memiliki nilai positif dalam memberikan data-data tentang perjuangan tokoh wanita. Di samping itu, penulis juga banyak mengutip fakta yang disampaikan para tokoh berpengaruh sehingga menguatkan materi yang disampaikan. Namun, materi yang dituliskan dalam tiap bab kurang berkorelasi, sehingga membuat alur penulisan menjadi tidak fokus. Bahasan yang disajikan juga terkesan berbelit-belit. Hal ini membuat pembaca sulit memahami inti dari tiap bab.

Secara keseluruhan buku Prof. Husein menyajikan informasi yang cukup bagus bagi wanita zaman ini. Sebagai sumber inspirasi untuk lebih memaknai peran dan tanggung jawabnya. Tidak hanya bagi ibu atau wanita, kaum Adam juga dianjurkan untuk membaca buku ini agar lebih paham tentang peran wanita dalam membentuk karakter seseorang. Sehingga, diskriminasi terhadap kaum Hawa dapat dihilangkan.  [Anisa Lailatul Fitria]

karakterperan wanitawanita
1
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Perangai Egois di Balik Aksi Heroik

Demotivasi: Alat Menyingkap Motivasi yang Manipulatif

Instabilitas Demokrasi Indonesia Pasca-Orde Baru

Menari di Bawah Rezim Kebudayaan

Hutan Adat Bukan Tanpa Tuan

Tak Semanis (Harga) Kakao

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah

    Mei 4, 2025
  • Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau

    Mei 4, 2025
  • Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender dalam Sejarah Indonesia

    Mei 3, 2025
  • Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

    April 30, 2025
  • SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan

    April 28, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM