
istimewa
Rabu (7/11) pagi, bertempat di ruang American Corner Perpustakaan Pusat UGM digelarTalkshow and Coffee Social bertajuk “U.S. Election: Popular Vote 2012”. Acara ini diselenggarakan untuk menyambut hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (A.S.) yang telah dilaksanakan pada hari selasa (6/11) kemarin. “Pemilu A.S. ini kan peristiwa besar, kami ingin berbagi informasi kepada masyarakat tentang agenda yang luar biasa ini,” kata Nur Cahyati Wahyuni, Ketua American Corner UGM. Hadir sebagai pembicara, J.P. Feldmayer, political officer kedutaan besar Amerika Serikat dan Dr. Rachmat Yuliantoro, dosen Jurusan Hubungan Internasional UGM sebagai moderator.
Mengawali talkshow, Feldmayer menjelaskan sistem kepartaian yang digunakan di Amerika Serikat. Ia menuturkan, sistem kepartaian negaranya sangat berbeda dengan sistem di Indonesia. “Disana hanya ada dua partai, yaitu Partai Republik dan Demokrat. Berbeda dengan Indonesia yang memiliki banyak partai,” jelasnya. Partai Republik mewakili golongan konservatif sedangkan Demokrat mewakili golongan liberal. Keberadaan kedua partai inilah yang kemudian membagi A.S. menjadi dua wilayah besar –red state untuk basis Partai Republik dan blue state untuk Demokrat.
Selain sistem kepartaian, Feldmayer juga menerangkan sistem pemilihan yang diterapkan di Amerika. Dia mengatakan pemilihan presiden ini menggunakan sistem electoral college. Yaitu setiap negara bagian mengirimkan perwakilannya dalam kongres untuk memberikan suara dalam pemilu. Jumlah suara setiap negara bagian ini disesuaikan dengan jumlah penduduknya. Dengan sistem ini, kandidat yang memperoleh suara terbanyak dari masyarakat belum tentu memenangkan pemilu. Karena untuk memenangkan pemilu, jumlah suara yang harus didapatkan setiap kandidat minimal 270 suara dari anggota kongres. “Melalui electoral college, kita dapat mengetahui persentase negara yang menjadi basis red state, blue state, dan swing voter (masa mengambang),” jelas Feldmayer.
Lebih lanjut, Feldmayer menjelaskan pengelompokan negara bagian yang menjadi kantung-kantung pemilih di setiap partai. Wilayah California, Connecticut, Delaware, Hawaii, Illionis, Maine, Maryland, Massachusetts, Minnesota, New Jersey, New York, Oregon, Rhode Island, Vermont, Washington, dan Washington DC menjadi basis pemilih Partai Demokrat. Sedangkan Wyoming, West Virginia, Utah, Texas, Tennesse, South Dakota, South Carolina, Oklahoma, North Dakota, Nebraska, Montana, Missouri, Mississippi, Lousiana, Kentucky, Kansas, Indiana, Idaho, Georgia, Arkansas, Arizona, Alaska, dan Alabama menjadi basis pendukung Partai Republik. “Untuk negara bagian yang lain seperti Ohio, Virginia, Florida, dan negara-negara lainnya menjadi basis swing voter. Pemilih dari negara-negara inilah yang menentukan kemenangan antara keduanya,” jelas Feldmayer sambil menunjukkan peta A.S. yang telah terbagi menjadi kawasan merah, biru, dan ungu di layar monitor.
Selain mengadakan talkshow, American Corner juga menyediakan sebuah layar lebar untuk menyaksikan langsung penghitungan suara pemilu Amerika. Terlihat di layar tersebut, angka perolehan suara Mitt Romney sedikit mengungguli Barrack Obama dalam tataran 200-an suara. Namun kemudian angka itu perlahan berubah hingga suara yang mendukung Obama melebihi 270. Hingga akhirnya angka 303 menjadi penentu Obama menjadi presiden hingga empat tahun kedepan. Mengalahkan Romney yang hanya mendapatkan 203 suara.
Kemenangan ini sebelumnya telah diperkirakan Rachmat ketika melihat perolehan suara Obama mengungguli Romney di Negara bagian Ohio. Dia menjelaskan bahwa sejak tahun 1964, setiap kandidat yang memenangkan pemilihan di Ohio pasti akan terpilih menjadi presiden. “Hal ini kita lihat kembali trennya pada pemilu 2012. Obama menang di Ohio, dia pun mendulang suara penuh mengungguli Romney,” ujar Rachmat.
Rachmat menambahkan, kemenangan Obama dalam pilpres A.S. 2012 ini tidak terlalu mengubah kebijakan-kebijakan diplomasi yang telah dibuat pada kepemimpinan sebelumnya. Dia akan terus berusaha meningkatkan hubungan pemerintahannya dengan indonesia. Apalagi sejak tahun lalu fokus politik luar negeri Amerika ditujukan kepada negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Sedangkan Indonesia merupakan salah satu negara yang penting di kawasan ini. “Saya kira Obama akan terus membina hubungan yang saling menguntungkan antara Indonesia dan Amerika Serikat,” pungkasnya. [Khairul Arifin]